Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Islam Simbolik VS Islam Substantif

1 Mei 2024   07:25 Diperbarui: 1 Mei 2024   07:37 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makna Islami terbagi menjadi dua, yaitu Islami secara simbolik dan Islami secara substantif. Simbolik di sini artinya adalah hanyalah sekedar simbol atau tanda saja tidak lebih dan tidak memiliki effek apapun , sedangkan makna dari substansi adalah esensi, atau inti dari suatu hal ikhwal itu sendiri yang bisa terlihat dalam implementasi pada rekam jejak keseharian. 

Antara Islam Simbolik VS Islam Substantif

Simbolik adalah segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol, baik benda mati, maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan langsung maupun perilaku tidak langsung, dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau menandakan sesuatu agar gampang untuk diingat.

Tetapi terhenti pada simbolik saja tidak akan memiliki effek apapun karena hanya sebagai penanda saja tidak memiiki nilai apapun terlebih jika dihubungkan dengan kesadaran menjalankan ajaran agama dimana Islam misalkan banyak ritual yang harus dilakukan tetapi bukan berarti disebut sebagai agama simbolik meski ini sering digunakan menjadi symbol sebagai identitas oleh pihak-pihak yang ingin dikenal di ranah publik seperti akrobatik yang biasa dilakukan oleh para politisi.

Para artis semata mata didorong hanya untuk menaikan citra diri untuk bisa  mengaduk-aduk perasaan emosi publik hanya dengan menunjukkan sebagai seorang yang terlihat tampilan lebih religius dengan menempatkan dirinya sebagai figur yang beriman, figur sebagai seorang yang  sholeh,  sebagai orang yang baik, menunjukkan kedewasaan ruhani yang semakin meninggi sehingga pada akhirnya dianggap sebagai figur yang baik dimata publik  

Dok. NU Online
Dok. NU Online

Tampilan Islam secara simbolik adalah Islam yang dapat ditemukan dengan sangat mudah apa yang nampak  dilayar kaca televisi ketika bulan Ramadhan tiba kalau kita perhatikan kostum yang sering digunakan oleh para artis misalkan saat membawakan acara menjelang bulan Ramadhan maka ia harus tampil sebagai sosok dengan penampilan yang sangat religius dengan menggunakan kostum busana koko, surban melilit dileher dan peci yang selalu terpasang dikepalanya untuk melengkapi sebagai seorang muslim, begitu juga seorang artis wanita saat membawakan salah satu acara Ramadhan disalah satu statsiun televisi tentu dengan menggunakan busana muslimah dengan baju panjang, berhijab layaknya seorang muslimah yang sholihah.

Lalu kita mencoba membandingkan kostum  yang digunakan antara before dan after bulan Ramadhan tentu seringnya ditemukan ada perbedaan saat di bulan Ramadhan dan diluar Ramadhan lalu salahkah apa yang mereka lakukan ?

Tentu saja bukan soal salah dan benar tetapi ingin menunjukkan bahwa islam sebagai simbolik sangat mudah membacanya dengan hanya melihat kostum saat  menjadi muslim atau muslimah di bulan  puasa dan muslim muslimah  non puasa biasanya  ada perbedaan yang sangat mencolok perbedaannya untuk seorang artis menjadi muslim puasa maka ia harus menjelma menjadi seorang dengan tampilan yang mencirikan sebagai seseorang yang memiliki kesadaran sebagai seorang muslim, namun ada yang paling mengerikan  jika  Islam simbolik bisa hadir pada perilaku ormas-ormas yang mengatas namakan Islam namun seringkali mudah untuk memukul saudaranya  sendiri sambil meneriakan takbir tetapi sayang kalimat takbir hanya untuk menutupi keberingasannya dalam melawan saudaranya sesama muslim.

Begitu juga saat musim pemilu kita akan lebih banyak menemukan kesadaran Islam simbolik saat musim pemilu semua para kandidat, para caleg  akan berlomba-lomba menanamkan kesadaran beragama dengan penampilan yang lebih religius  untuk menarik simpati publik, dan celakanya masyarakat Indonesia kelemahannya gampang tersihir, trenyuh, sedih   saat melihat figur dengan tampilan polesan kesalehan yang diperlihatkan kepada publik sebagai salah satu bentuk pencitraan sebagaimana yang sering dipertontonkan terhadap khalayak padahal ada pesan terselubung dari penampilan religius  tersebut adalah semata-mata untuk mendulang suara pemilih belaka

Dok. Islami.Co
Dok. Islami.Co

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Namun apapun motivasi yang melatar belakangi tampilan kesadaran religius ini sudah menujukkan  adanya perubahan perilaku kesalehan meski masih  tejebak marayakan kesalehan baru  sebatas pernyataan dan performace bukan sebagai rekam jejak keseharian tetapi baru  kebaikan bersifat brand, merk budaya, komoditas, yang mengundang kenikmatan klalayak untuk menirunya , penampilan kesalehan simbolik semata banyak digunakan untuk karier sebagaimana yang sering mewarnai saat kampanye  yang kesalehannya dibentuk dalam virtual  sebagai symbol semata-mata hanya untuk menarik simpati sesaat  saja.

Pembentukan kesalehan pada kondisi seperi itu  hanya dipasrahkan kepada jenis pakaian yang digunakan dari mulai koko, surban, kain sarung , busana muslimah, pola penampilan, dan tradisi budaya simbolistik ini sudah menunjukkan tren kebaikan sebagai media dakwah di ruang public.

Tetapi seharusnya bagaimana dari kesalehan simbolik ini naik menjadi kesalehan substantive melalui kualitas amal keseharian karena jika hanya terhenti sebagai kesadaran simbolik tidak bisa disalahkan jika beredar berbagai rumor  bernada guyonan dengan  mengatakan bahwa tidak selalu jidat hitam, baju koko, jenggot yang subur, surban yang tebal menunjukkan kesalehan atau kemuliaan seseorang karena apapun yang digunakan akan menjadi runtuh manakala perilaku seseorang yang tidak mencerminkan keislamannya ini menunjukkan bahwa symbol itu tidak berarti apa-apa.

Selama yang substantive itu belum terpenuhi karena kesadaran  substantif adalah Islam yang sudah tertanam dalam hati dan terimplementasi dalam praktek rekam keseharian dengan tidak mengutamakan bungkus semata. 

Wallahu A'lamu

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Rabu, 01 Mei 2024

Kreator: Inay Cileungsi-Kab. Bogor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun