Spirit Ramadhan Apakah Pelitanya Masih Menyala atau Sudah Redup
Kalaulah diajukan sebuah pertanyaan tentang spirit  pelita ramadhan apakah cahayanya masih tetap menyala atau  sudah padam  rasanya pertanyaan ini wajib dilontarkan untuk diri sendiri terlarang keras melontarkan pertanyaan ini untuk orang lain urusannya apa ?  bisa-bisa bukan jawaban yang diterima tetapi gelombang ketersinggungan yang teramat sangat  pertanyaan ini sejatinya hanya untuk diri sendiri  sebagai media refleksi diri dari rangkaian perjalanan selama bulan Ramadhan apakah lebih banyak memenuhi asupan jasadiyah atau ruhiyah tentu saja ini sebagai bagian dari  evaluasi apa yang sudah dilakukan selama bulan suci Ramadhan dengan ghirah yang konon membara untuk  mengejar  keutamaan Ramadhan melalui  berbagai amalan kebaikan sebagaimana yang  dianjurkan Rasulullah SAW jika kita tidak mau masuk kategori orang- orang yang merugi yaitu orang-orang yang beranggapan bahwa bulan Ramadhan sama dengan bulan-bulan lainnya tanpa peningkatan aktifitas amal kebaikan walau secuil, dan  kalaupun pelita lilinnya masih ada maka pertanyaaanya berikutnya adalah apakah cahayanya  masih menyala dengan baik atau sudah mulai redupi atau jangan-jangan sudah layu bahkan sudah kering  berguguran layaknya daun daun kering yang mudah berguguran jika diterpa angin, jawaban atas pertanyaan ini lagi dan  lagi berpulang kepada pribadi masing-masing dengan segudang pengalaman selama tiga puluh hari mendekap erat  dengan tamu istimewa bernama Ramadhan  namun demikian  harapan semua orang atsar Ramadhan tetap membekas untuk sebelas bulan kedepanÂ
Kini kita memasuki bulan Syawal sebagaimana kita ketahui bahwa bulan Syawal secara bahasa Syawal berarti naik, meningkat atau peningkatan berarti bulan syawal adalah bulan peningkatan ibadah dan amal saleh sebagai kelanjutan logis dari tarbiyah  moral dan spiritual yang dilakukan selama Ramadhan namun demikian harus diakui bahwa godaan untuk futur dari beramal mulai menyelinap kedalam hati memainkan rayuan gombal kebhatilan menggoda menebarkan virus seolah sedang menghipnotis pikiran tanpa sadar untuk menyetujui bahwa bulan syawal adalah saatnya untuk istirahat total dari aktifitas amal kebaikan karena sudah terlalu lelah selama bulan puasa  sepintas terdengar rayuan itu sangat masuk akal tetapi sesungguhnya akan menjerumuskan kita kedalam kehinaan karena justru syawal itu adalah peningkatan menyusun pazzle  amal kebaikan, bahkan seharusnya lebih mengembangkan kawasan-kawasan kebaikan tidak hanya  asyik membangun kesolehan individu tetapi melupakan kesolehan social bukankah kesimbangan adalah cermin ajaran Islam
Namun harus  disadari bahwa dengan berakhirnya bulan Ramadhan otomatis  berakhir pula pahala yang dilipat gandakan oleh Allah SWT kepada setiap muslim yang menjalankan ibadah puasa dengan segala keutamaan amalan yang dianjurkan namun dengan berakhirnya Ramadhan tentu saja akan berbeda peringkat pahala di bulan lainnya inilah mengapa saat bulan Ramadhan orang berlomba-lomba mengejar keutamaan pahala yang dijanjikan mengingat  tidak ada sedikitpun jaminan akan bertemu dengan Ramadhan yang akan datang maka sangat merugi  bagi orang-orang yang hanya menjadi penonton duduk dikursi sofa empuk sementara yang lain berlarian mengejar untuk membangun puzzle amal  kebaikan beruntunglah  bagi orang-orang yang berusaha sekuat tenaga  untuk  memaksimalkan waktu selama satu bulan dengan memperbanyak amal sholeh hingga berakhir di garis finish dengan selamat tanpa cacatÂ
Kini  Ramadhan telah berlalu  perpisahan bukan berarti semangat ibadah menjadi kendor bahkan lebih tragis lagi futur yang seharusnya terjadi adalah kebiasaan amaliyah ibadah di Bulan ramadhan lebih ditingkatkan untuk menjaga agar kuantitas dan kualitas ibadah tidak mengalami penurunan karena justru keberkahannya terletak karena adanya  penambahan amal kebaikan (ziyadatul khair,) sebagaimana pendapat Imam Al-Ghazali bahwa berkah adalah  adalah bertambahnya kebaikan (Baznasjabar.org) dan para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah-berkah material dan spiritual, fikriyah, jasadiyah, maaliyah, keamanan, ketenangan, kesehatan, anak, dan usia. Mengenai  berkah dapat ditemukan dalam Al-Quran Surat Al-A'raf ayat 96 ""Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi" Langit dan bumi adalah semesta yang melingkupi hidup manusia. Semua yang terdapat di langit dan bumi mulai dari air hujan, tumbuhan, sungai, laut, hewan, dan segala macam sumber-sumber kehidupan telah Allah SWT limpahkan untuk kebutuhan makhluknya Untuk itu, keberkahan ini berarti bahwa memang Allah SWT memberikan nikmat berupa segala materi yang dibutuhkan makhluknya
Membangun  itu terkadang relative mudah tetapi merawat belum tentu semudah membangun karena itu Allah SWT telah mengingatkan melalui sabda Rasulullah SAW bahwa Allah SWT lebih menyukai hambanya yang istiqomah dalam beribadah walaupun yang dilakukan sedikit tetapi sifatnya menerus jauh lebih disukai   "Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah Subhanahu wa ta'ala adalah amal yang paling terus-menerus dikerjakan meskipun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim) jangan sampai ada perasaan telah beramal banyak, lantas mengendorkan semangat, menurunkan intensitas, bahkan sampai berhenti, atau setidaknya mulai jarang melakukan. Mohon maaf kita jangan  tertipu dengan amal yang telah ditorehkan  karena setiap tergantung daripada niat kita mari perbaharui amalan kita yang tak cuma ditingkatkan dari segi kuantitas  namun yang terpenting kita menjaga kualitasnya jangan dicampur dengan riya' agar kemurnian amalannya terjaga  selamanya