Bullying Siswa SDN 3 Karangson Kecamatan Indramayu Telah Menampar Dunia PendidikanÂ
Dunia pendidikan kembali digemparkan oleh aksi bullying anak SD yang notabenenya masih anak-anak. Tentu kejadian ini sangat mengeherankan semua pihak entah bagaimana entah  seharusnya cara mendidik anak-anak di sekolah supaya terhindar dari melakukan bullying  terhadap teman kelas lainnya.
Ini kejadian beberapa minggu lalu kembali jagad maya dihebohkan oleh ulah anak-anak SD di Indramayu yang melakukan bullying  teman kelasnya dengan cara ditelanjang hingga ditendang kemudian bajunnya  dibasahi menggunaka air.
Tidak hanya sampai di situ kemudian aksi mereka direkam oleh salah satu siswa  yang turut melakukan bullying  korban dan pelaku merupakan kelas 5 SDN 3 Karangsong Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Peristiwa itu terjadi pada hari Sabtu, 24 Februari 2024 saat jam pelajaran olahraga berlangsung sekitar pukul 9.00 WIB. Lokasi perundungannya tidak terjadi di sekitar sekolah SD tetapi disalahsatu ruangan kelas madrasah atau MDTA yang lokasinya tidak jauh dari SDN 3.Â
Kejadian perundungan dengan cara mengeroyok ramai-ramai sambil diiringi tertawa menunjukkan kegembiraan anak-anak telah berhasil melakukan bullying terhadap kawannya seolah-olah merasa terpuaskan  telah mempermalukan kawannya
Kejadian yang menimpa HA ini tentu saja membuat miris hati orang tuanya melihat anaknya diperlakukan seperti ini bahkan ibu Fatimah (40)  ibunda dari dari HA mengatakan sangat sakit hatinya terlebih jika melihat video bagaimana cara mereka melakukan  aksi bullying terhadap anaknya yang seperti seorang pesakitan tanpa ada rasa empati sedikitpun  atas apa yang dilakukan terhadap  anak saya.
Kejadian ini tentu telah menampar dunia pendidikan untung saja pihak sekolah bergerak cepat dengan memanggil kedua orang tua korban perundungan menyelesaikan kasus bullying yang terjadi supaya kedepannya tidak terulang lagi.
Menghadirkan  orang tua korban dan pelaku, kepala sekolah SDN Karangsong 3, kadis pendidikan dan kebudayaan Indramayu, camat Indramayu dan kapolsek Indramayu melakukan mediasi di sekolah membahas masalah bullying di sekolah SDN 3 Karangson.
Mengapa perundungan terjadi  disekolah SD yang masih anak-anak ? mengutip pakar psikologi Pakar Psikologi Anak UNESA, Riza Noviana Khoirunnisa, S.Psi., M.Si., menurutnya, fenomena bullying seperti penyakit menular dengan cepat yang menimbulkan banyak korban menurutnya ada beberapa yang melatarbelakangi kasus perundungan terjadi :
Pernah Jadi Korban Kekerasan di Rumah
Terjadinya bullying bisa disebabkan karena pelaku pernah menjadi korban kekerasan di rumah. Jika seorang anak menyaksikan perkelahian orang tuanya, mendapatkan perilaku kekerasan oleh orang tuanya, maka pengalaman menyaksikan adegan kekerasan kedua orang tuanya terekam dalam memory maka sang anak berisiko melakukan bullying kepada temannya di sekolah.
Tidak Percaya Diri
Seorang anak dengan mudah bisa bisa melakukan bullying jika ia tidak percaya dengan dirinya sendiri hal ini  dilakukan sesungguhnya hanya untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya sehingga bullying dijadikan sebagai salah satu jalan keluar untuk menindas, mengancam teman sekolahnya yang dianggap memiliki kelebihan, kecerdasan, namun kecerdasan tersebut tidak dimiliki oleh pelaku bullying.
Terlalu Dibebaskan Orang Tua
Ada sebagian orang tua yang terlalu bebas dalam mendidik anaknya , apapun yang dilakukan anaknya orangtua selalu mengijinkan yang penting anaknya senang tidak berpikir bahwa itu kedepannya akan membahayakan, pola asuh dari orang tua yang permissive ini akan menananmkan pada anak merasa bebas melakukan apapun tanpa merasa bersalah.
Ingin Menjadi Populer
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam lingungan sekolah terdapat kesenjangan social, dan ini menjadi penyebab anak ingin menjadi populer dari siswa lainnya  pada akhirnya memutuskan dengan melakukan bullying dengan begitu anak tersebut akan dikenal semua siswa sehingga jalan mulus untuk menjadi penguasa disekolah menjadi lebih terbuka .
Tidak Memiliki Rasa Empati
Lagi-lagi peran orang tua di rumah bukankah rumah adalah madrasah pertama adalam mendidik anak maka dari sejak dini seharusnya seorang anak dibekali rasa empati, rasa kasih sayang  terhadap sesamanya, membuat anak belajar menghargai orang lain, karena jika tidak memiliki rasa empati pada diri anak rentan terjadinya  bullying karena dala pikiran mereka  dengan melakukan bullying pelaku akan merasa perbuatannya bersifat candaan padahal korbannya merasa tersakiti, tersudutkan dan berdampak secara psikologis.
Kurang Perhatian di Rumah
Sebagai orang tua tidak bisa lepas dari pengawasan dan perhatian terhadap perkembangan anak sesibuk apapun, jika ini tidak dilakukan maka anak akan merasa  kesepian dan kurang mendapatkan perhatian, akibatnya untuk mendapatkan perhatian anak pelampiasannya anak tersebut melakukan bullying.
Senang Mengejek Orang Lain
Candaan dengan mengejek, menghina orang lain seringkali dianggap remeh karena pada awalnya  dianggap candaan biasa namun ternyata mengejek orang lain bisa menyakiti hati korban bullying dan menyebabkan trauma. Ejekan bisa bermacam-macam ada kerena soal ekonomi, ras,  fisik, bahasa,  pakaian yang digunakan, kemampuan dan gaya hidup teman di sekolahnya yang berbeda dengan pelaku bullying
Karena persoalan Bullying tidak bisa dianggap remeh ini sudah seharusnya menjadi permasalahan bersama  dan kejadian bullying di kelas 5 SDN 3 Karangsong Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu hendaknya dijadikan  sebuah pembelajaran berharga untuk melakukan tindakan nyata antara lain
Lembaga pendidikan harus  menciptakan suasa  iklim sekolah yang menyejukkan semua pihak,
Saatnya sekolah harus punya program pencegahan terjadinya perundungan, intervensi maupun sosialisasi yang efektif,tepat dan lebih strategis  untuk mencegah prilaku bullying
Membangun sinergi  antara sekolah dan orang tua dengan membuka kran komunikasi yang aktif ,komunikatif, informatif, dan konsultatif (AKIK) peran ini harus dijalankan dengan komitmen Â
Sebaliknya orang tua wajib mengetahui detail informasi mengenai perkembangan sekolah dan anak mereka.
Jika perlu sekolah membentuk divisi khusus yang bisa menjembatani  komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua
Apapun persoalan yang terjadi pada anak diluar rumah adalah merupakan cermin dari pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap anak, oleh karena itu sebagai orang tua harus sudah memperbaiki pola komunikasi terhadap  anak melalui obrolan  santai, ringan, dengan memberikan  kesempatan lebih pada anak  untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi  untuk dicarikan solusi yang terbaik bagi perkembangan anak sehingga anak akan merasa dihargai pendapatnya oleh kedua orang tua. Wallahu A'lamu
Cileungsi, Kamis, 07 Maret 2024
Kreator: Inay thea
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H