Ada Apa Dengan Buku Sampul Merah SBY Soal Cawe-Cawe Jokowi di Pilpres 2024Â
"Isi buku mengungkapkan pandangan dan kritik SBY terhadap praktik politik "cawe-cawe" menjelang Pemilu 2024 yang mana hal tersebut menciptakan ketegangan terkait sikap politik AHY dan Partai Demokrat yang sebelumnya berada di pihak oposisi. Isi bukunya juga mencakup dinamika politik nasional dan poin-poin yang dikritik oleh SBY terhadap pemerintahan Jokowi terutama menjelang Pemilu 2024. Sementara itu Jokowi sebagaimana yang dilansir dari Antara, menanggapi kekhawatiran SBY tersebut dan menekankan bahwa pemerintah tetap mendukung penyelenggaraan Pemilu 2024 dengan netralitas aparat dan birokrasi yang dijaga."
Buku ini juga berisi peringatan terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan, khususnya dalam konteks politik, dengan menekankan bahwa tindakan yang melanggar hukum atau abuse of power harus dihindari. SBY menegaskan betapa pentingnya kedaulatan hukum dan keadilan dalam menjaga integritas pemilihan umum dan mencegah terjadinya kontroversi.Â
Di akhir, buku ini ditutup dengan mengingatkan Jokowi menggunakan pepatah "The President Can Do No Wrong," yang menunjukkan harapan bahwa seorang presiden seharusnya tidak berbuat salah, meskipun tetap diingatkan bahwa itu tidak berarti seorang presiden tidak bisa disalahkan jika melakukan tindakan yang tidak sesuai".Â
Buku bersampul merah diberi judul  "Presiden 2024 & Cawe-Cawe Presiden Jokowi" buah pikiran Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang gelisah atas kondisi perpolitikan sejak issue Jokowi akan cawe-cawe mencuat di Pilpres Tahun 2024 kini buku tersebut mendadak viral menjadi bahan perbincangan hangat di media social  bukan lantaran bukunya laku dipasaran dengan beberapa kali cetak sebagaimana biasanya jika buku banyak dicari para penggemarnya  tetapi buku yang satu ini lebih menyoroti terhadap tidak selarasnya antara kenyataan dengan apa yang disampaikan SBY dalam buku tersebut banyak netizen yang mempertanyakan apa artinya kritik pedas dialamatkan jika pada kenyataannya gabung juga menjadi satu rumah apakah ini bisa disebut bahwa SBY mengingkari atas tulisannya tentu saja sebagai netizen boleh menafsirkan apapun sesuai persefsi masing-masing atas  komitmen sikap SBY yang tertuang dalam catatan buku cawe-cawe Jokowi
Dengan membaca judulnya saja tentu khalayak mudah menebak kemana arah isi buku ini  tanpa harus membuka halaman demi halaman  kita bisa dengan mudah  menebak menebak arah tulisan SBY kemana yang pasti menggambarkan kegeramannya atas ketidak netralan Jokowi sebagai kepala Negara dalam pilpres tahun 2024 dengan ikuran cawe-cawe artinya SBY mencoba menyoroti perilaku Jokowi tentang cawe cawenya dalam pilpres 2024 saking gregetnya melihat persoalan  sampai-sampai SBY menuangkan uneg-unegnya  dalam sebuah buku tipis merah tentu saja tulisan ini memiliki nilai sejarah karena ditulis oleh SBY mengalamatkan  kritik nya terhadap  cawe-cawe-nya Jokowi namun persoalan yang menggelitik netizen adalah apakah  sikap SBY yang keresahannya langsung dituangkan sehingga menjadi sebuah buku atas  cawe-cawe Presiden Jokowi ini masih memiliki nilai idiologis atau cukup sebagai penggalan kisah perjalanan drama politik karena  kisahnya sudah berubah 100% saat dilantiknya  Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai menteri Joko Widodo di sisa masa jabatannya tentu saja pelatikan AHY  sudah mendapatkan persetujuan dari SBY pertanyaan selanjutnya adalah "apak makna sejatinya soal kritik SBY  terhadap cawe-cawe Jokowi di buku itu ?  Kalau pada akhirnya SBY merestui anaknya AHY masuk dijajaran kabinet  Joko Widodo bukankah ini tidak sejalan dengan buku yang ditulis sendiri atau jangan jangan sebagaimana yang disampaikan pengamat poltik Muslim Arbi  yang mempertanyakan jangan-jangan soal kritik SBY terhadap cawe-cawe Jokowi di buku itu sengaja dibuat  hanya sebagai gertak sambal  saja biar Demokrat dan SBY diterima Joko Widodo?  Jika demikian faktanya maka dapat disimpulkan  bahwa kegarangan SBY hanya ambisi untuk mengejar jabatan bukan untuk kepentingan bangsa yang lebih luas
Salahkan jika SBY menyetujui AHY sebagai menteri ? tentu bukan soal salah atau tidak salah tetapi inilah dinamika politik yang seringkali membuka  ruang pintu lebar-lebar pragmatisme politik  maka jelas perhitungannya  hanya pada  kalkulasi untuk kemenangan partai Demokrat dan pengamanan kursi empuk untuk AHY  dengan mengabaikan soal kalkulasi etis, dan fatsun politik dan restu SBY untuk AHY gabung dalam kabinet Jokowi semakin meyakinkan netizen bahwa SBY sedang memainkan peran politik pragmatis tidak sebagaimana yang selama ini diperlihatkan ke publik  bahkan semakin yakin lagi saat ketua fraksi  Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas menyatakan partainya bakal mendukung penuh Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga masa pemerintahannya berakhir pernyataan ini muncul karena Demokrat resmi masuk ke pemerintahan dimana sang ketum, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dilantik menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (Menteri ATR/Kepala BPN). "Kami memiliki itikad kalau sudah mendukung, all in.
Dengan demikian jangan terlalu berharap lebih terhadap  nilai-nilai idiologi karena pada kenyataannya partai politik hanya akan menjalankan aksi sesungguhnya lebih didorong  oleh upaya untuk bertahan hidup dan kepentingan untuk terus berada dalam arus kekuasaan, dengan menggunakan cara-cara yang pragmatis dan bahkan rela melakukan "migrasi ideologi" atau perpindahan sikap ideologis sekalipun sebagaimana yang sering kita lihat selama ini. Pada akhirnya kita harus mengucapkan selamat atas pelantikan AHY sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (Menteri ATR/Kepala BPN). Wallahu A'lamu
Cileungsi, Ahad, 25 Februari 2024
Kreator: Inay Thea
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H