Judul tulisan di atas dilatar belakangi oleh obrolan sekelompok kaum Ibu-ibu di perumahan Pondok Damai Desa Cileungsi Kidul Kab. Bogor yang sedang membeli sayur di warung pak De yang cukup dikenal.Â
Namun yang mengagetkan, ada  seorang  ibu bernama Diana menggurutu menyampaikan bahwa diam-diam beras mengalami kenaikan cukup lumayan, untung saja saat membeli saya bawa uang lebih, coba kalau duitnya kurang bisa-bisa hari ini tidak bisa makan.
Obrolan ibu-ibu ini ini walaupun dilakukan sambil lalu tetapi pesan pentingnya bisa dipahami betapa emak-emak sangat merasakan dampak dari kenaikan harga beras dari biasanya 11.000/liter  menjadi 13.000/liter. Bahkan untuk beras  jenis medium harganya sudah mencapai Rp15.000 per kilogram, sedangkan untuk premium sudah tembus Rp16.000 per kilogram. (sumber rri.co.id)
Ini baru kenaikan beras belum lagi diikuti kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya, dan yang sangat mengherankan bagi emak-emak mungkin mengapa kenaikan beras ini sepi dari pemberitaan, ke mana pemerintah kok terkesan diam?Â
Rasanya masih segar dalam ingatan kita bagaimana saat awal-awal penugasan salah seorang Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan yang sempat  mengklaim dirinya sebagai menteri perdagangan (mendag) yang paling sering turun ke lapangan atau mengunjungi langsung pasar-pasar di seluruh Indonesia semata-mata untuk mengendalikan stabilitas harga bahan pokok.Â
Namun, kini tidak lagi mengadakan operasi pasar  entah karena sibuk waktunya tersedot untuk mengikuti parade kampanye yang beberapa hari lagi pemilu serentak akan dilaksanakan diseluruh Indonesia. Namun demikian mewakili suara emak-emak, seharusnya sesibuk apapun penyelenggara negara hendaknya tetap memperhatikan akan nasib rakyat miskin sesuai dengan kewenangannya.
Dengan kenaikan harga beras sekelompok emak-emak di Perumahan Pondok Damai khususnya, dan emak-emak lain pada umumnya  tidak bisa berbuat apapun kecuali hanya bisa pasrah. Meskipun kenaikan ini dirasakan cukup memberatkan karena kemampuan daya beli lemah, namun persoalannya beras harus tetap dibeli jika tidak ingin kelaparan menimpa atau lebih tragis lagi haruskah  ada rakyat miskin yang mati dilumbung padi hanya karena tidak mampu membeli beras.Â