Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita Cantik Penjual Minuman Kopi di Jalan Panjang Arteri Permata Hijau Jakarta Selatan

7 Januari 2024   08:22 Diperbarui: 7 Januari 2024   08:47 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita Cantik Penjual Minuman Kopi di Jalan Panjang Arteri Permata Hijau Jakarta Selatan

Kehidupan Kota Jakarta semakin kurang berpihak manakala kita tidak memiliki kemauan, kemampuan  atau keterampilan karena semakin ganasnya persaingan hidup di ibu kota Jakarta fakta ini seolah membenarkan terhadap salah satu judul Film lawas Kejamnya Ibu Tiri Tak Sekejam Ibu Kota adalah film Indonesia pada tahun 1981 dengan disutradarai oleh Imam Tantowi film ini dibintangi antara lain oleh Almarhum Ateng dan Iskak faktanya memang demikian bahwa betapa kehidupan kota Jakarta semakin kejam, persaingan semakin ketat, jalanan yang super macet dan kehidupan orang yang super cuek dengan kesibukan masing-masing pagi berangkat kerja pulang malam langsung masuk rumah nyaris tak ada waktu untuk bercengkrama dengan tetangga itulah relalita yang ada karenanya jika ingin hidup di ibu Kota Jakarta harus ada persiapan yang matang, kemauan yang keras, dan semangat untuk berjuang   jika bermalas-malasan  dijamin tidak akan bisa bertahanlama karena semuanya serba diukur dengan uang tidak ada uang ora bisa mangan harus membuang jauh-jauh perasaan malu,  gengsi demi untuk mempertahankan hidup di metropolitan  sebagaimana perjuangan hidup yang dilakukan oleh  Ibu Ria (25) bukan nama sebenarnya wanita cantik ini memutuskan untuk mengadu nasib mencari peruntungan di Kota Jakarta  dengan membawa sejuta harapan daripada hidup dikampung yang serba kekurangan terlebih ria sebagai anak yang paling tua dari 5 bersaudara  yang harus menanggung adik-adiknya yang masih sekolah sementara bergantung dari kedua orang tua tidak mungkin mengingat pekerjaan orang tua juga serabutan yang penghasilannya tidak menentu

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Wanita  asal Wonosobo ini  lebih memilih berjualan kopi dan rokok eceran tinimbang harus menjadi buruh pabrik karena jika dipikir-pikih hasilnya malah bisa lebih besar dari berjualan kopi kata ria sambil tersenyum hanya memang dukanya kita harus pandai-pandai berpetak umpet dengan Satpol PP  terkadang kami berjualan dilokasi zona terlarang maklum strategis banyak orang lalu lalang sayang kalau tidak mangkal ditempat tersebut meskipun saya sadar bahwa tempat ini dilarang  untuk jualan terlebih di sekitar statsiun kereta api kebayoran lama ya harus pandai-pandailah untuk lari dari sergapan Satpol PP karena jika sudah ketangkap ya alamat gerobak dagangan ini bertamu di Walikota Jakarta Selatan dan tidak mudah untuk mengambilnya kembali

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Seorang ria di usia relative masih muda memiliki semangat  juang yang luar demi bisa bertahan hidup di Kota Jakarta membuang jauh-jauh rasa malas dengan terus  memacu roda dua setiap harinya untuk menjajakan kopi dan cemilan lainnya  motornya lumayan penuh dengan barang dagangan bahkan terkadang  melewati  pundaknya ini bukan perkara gampang terlebih dijalan raya yang ramai kendaraan roda dua dan empat  jika tidak hari-hati dalam mengendarai motor  bisa berbahaya tapi Alhamdulillah ujarnya sampai sekarang saya tidak pernah mengalami kendala yang berarti bagi saya sing penting sebelum berangkat berdo'a dan hati-hati dalam mengendarai motor  Ibu Ria mulai start jualan kopi sehabis sholat Subuh langsung menuju lapak pertama di sekitar statsiun kereta api Kebayoran Lama dari jam 5.00 sampai jam 7.00 karena pada jam tersebut  ada rekan sesama penjual yang siap mangkal biasa kita harus  saling menghargai akhirnya Ria harus bergeser  ke lapak berikutnya di jalan panjang  arteri permata hijau yang kebetulan ada ruas jalan yang cukup luas untuk mangkal karena pada saat bersamaan biasanya dilokasi tersebut banyak kendaraan roda dua yang istRiahat tentu ini menjadi sasaran pasar bagi ibu Ria dan benar saja saat saya melintas melihat sosok perempuan cantik masih muda sedang melayani para pengendara motor yang beristirahat melepas lelah sambil menimati kopi racikan tangan ria  akhirnya saya tergoda juga untuk istirahat  dengan memesan segelas teh manis dan kue ringan sambil tidak lupa membuka obrolan ringan dengan Ria wanita tangguh yang mengais rezeki dengan berjualan kopi ria sadar Jakarta adalah tempat terjadinya perputaran uang namun tidak berarti saya akan  mudah untuk mendapatkannya  harus berjuang keras memacu roda dua berpindah dari lapak satu ke lapak lainnya ada tiga lapak yang biasa disinggahi oleh ria dalam menjajakan kopi memang cukup menguras tenaga sudah pasti tetapi teringat akan kebutuhan saya di Jakarta,  kedua orang tua dan adik-adiknya dikampung membuat ia harus terus berjuang berjuang mengais rizki

Saat ditanya apakah  ada cita-cita untuk bekerja seperti di pabrik ria  mengatakan untuk saat ini saya tidak berfikir ke arah sana angan-angan saya sedehana ingin bagaimana nantinya bisa memiliki usaha tetap  seperti warung Indomie, dan ia sangat yakin  untuk memilikinya tidak mustahil kalau kita  ulet, kerja keras, pantang menyerah dan ketekunan karena dengan  tiga  kekuatan itulah yang diyakini  Ria harapannya memiliki kios bisa terwujud ....  Wallahu A'lamu

Cileungsi, 07 Januari 2024

Kreator: Inay thea

Dok Pribadi
Dok Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun