Selektif Memilih Antara Kebaikan Musiman Atau  Kebaikan Murni Dari Para Caleg Tahun 2024
Banyak sekali meme yang bertebaran. Jika kita rajin beselancar didunia maya akan banyak menemukan  meme menyindir aca calon pemimpin yang akan berlaga di Senayan. Meski terkesan guyonan tetapi sejatinya itu menggambarkan realitas kehidupan yang sering terjadi terhadap para calon pemimpin. Terlebih di tahun menjelang pemilu 2024 mereka para politisi bermetamorfosis dengan mengemas kepribadiannya sedemikian rupa mendadak menjadi orang baik, dermawan, menyantuni, suka memberi, bersedekah, membantu pembangunan untuk tempat ibadah masjid, gereja, klenteng , memperbaiki infrastruktur yang rusak seperti jalan saluran dsb , suka menyapa terhadap siapapun baik kenal ataupun tidak, ramah dan murah senyum, merunduk tawadu', sering memberi terhadap yang meminta maupun yang tidak meminta, semuanya serba harus di make over lipstick supaya  menjelma menjadi orang yang baik, santun dan berwibawa.
Maraknya sikap sepeti ini terlebih di tahun-tahun menjelang pemilu sampai-sampai muncul celotehan di masyarakat perkampungan,permukiman, desa dan kota  bahwa jika ada orang yang tetiba menjadi baik dipastikan itu caleg ya namanya  juga celotehan bisa benar bisa juga tidak, tidak usah terlalu baper karena ini sifatnya guyonan di masyarakat, namun tidak menutup kemungkinan ini merupakan sindiran  yang pesannya  jelas ditujukan untuk siapa ?  Soal apakah ada perubahan atau tidak rasanya perkara lain tetapi pesannya sudah tersampaikan secara berantai meskipun bersifat melalui media  meme namun isinya tentu saja menggambarkan kondisi yang sering dialami
Menjadi orang baik sebuah keharusan  dalam agama apapun karena seringkali yang dibaca. dilihat  orang lain adalah rekam jejak keseharian jadi baiknya bukan bersifat dadakan alias instan, apalagi baiknya hanya bersifat musiman  tetapi perilaku kebaikan itu harus konsisten muncul dari dalam lubuk hati yang paling dalam.
Tentunya kita berharap terhadap para politisi yang nyaleg di 2024 sikap baiknya dirawat secara menerus bukan pada saat menjelang pemilu saat ada maunya dari masyarakat untuk menanamkan simpati. Namun seharusnya terpilih atau tidak terpilih maka tetap menjadi orang yang dermawan,baik, dan murah senyum terhadap siapapun. Ini baru kebaikan yang bukan hasil dari make over lipstick bersifat dadakan tetapi kebaikan yang murni dan tulus sebagai cerminan sikap dari sanubari yang paling dalam. Sulit memang untuk mewujudkannya karena biasanya para caleg hanya memunculkan kebaikannya. Pada saat kampanye setelah pemliu selesai maka selesai pula kebaikan yang sempat terpublikasikan di masyarakat caleg terpilih mendadak menjadi pelupa lehernya menjadi kaku untuk sekedar menoleh para konstituennya yang dulu menjadi anak tangga sebagai pijakan untuk mensukseskan melenggang ke Senayan, dan yang tidak terpilih malah menjadi stress menuduh para pendukungnya sebagai penghianat. Bukankah banyak kita menemukan cerita-cerita berkembang di  masyarakat yang sumbangan karpet untuk masjid diambil kembali karena tidak terpilih, jalan yang di aspal baru separo tidak diteruskan karena tidak terpilih  dan banyak lagi cerita-cerita lucu lainnya mengundang gelak tawa masyarakat
Dengan maraknya kebaikan bersifat  musiman serta hasil polesan sesaat  maka public harus lebih berhati-hati dalam menentukan pilihannya, jika dirasa kebaikan caleg tersebu hanya hasil lispstik belaka sebaiknya tidak dipilih toh ujung-ujungnya tidak akan berpihak terhadap nasib rakyat dengan demikian pilihlah caleg yang kebaikannya tidak bersifat dadakan tetapi kebaikan murni berdasarkan rekam jejak . Wallahu A'lamu
Senin, 01 Januari 2024
Kreator: Inay Tea Cileungsi Bogor Jawa Barat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H