Wahai diriÂ
Â
Wahai diri mengapa saat diseru kebaikan tidak segera bangkit menyambutnya,
Wahai diri mengapa merasa cukup puas hanya  melambaikan tangan , masihkah merasa nyaman dikursi empuk enggan tuk beranjak
Wahai diri haruskah menunggu musibah menghampiri  kalimat thayyibah ringan meluncur  dari diri
Wahai diri bukankah kesenangan itu juga merupakan ujian kau harus pandai mengolah jika tak ingin mendatangkan  musibah  Â
Wahai diri coba tanyakan  jangan jangan  ghirah menorehkan kebaikan sudah tidak menggoda, mulai luntur  seiring berlalunya sang penyeru, rela meninggalkan diri saat orang lain berlari menghampiri merespon semangat ruhi untuk mensujudkan diri pada Ilahii
Tanyakan pada diri  akankah kemenangan ukhrowi akan engkau dapati jika perbuatan ma'siat masih terasa nikmat, jika ajakannya kau hindari
Wahai diri  usia pasti terkuras setiap saat dimakan waktuÂ
Menebas bagai kilatan pedang berkelebat mengurangi quotamu perlahan tapi pasti  berkurang
Wahai diri semailah sebanyak mungkin kebaikan demi kebaikan untuk hari esok nanti,Â
Rawatlah selalu  kejernihan bathin agar tetap tsabat dijalan-NyaÂ
Perbanyak bekal untuk  perjalanan menuju  rumah kekal akan ditapaki oleh semuaÂ
Saatnya  tiba tak bisa ditolak untuk ucapkan salam akhir terhadap kefanaan menuju keabadian.
Cileungsi, 15 Juli 2023
Inay Thea
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H