Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Awas Jebakan Batman Baca Dulu Baru Simpulkan

15 Juni 2023   09:15 Diperbarui: 15 Juni 2023   09:17 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awas Jebakan Batman

Baca Dulu  Baru Simpulkan

Teliti saat membaca informasi  yang tersaji melalui ragam tulisan dari buku, artikel, berita, atau melalui WAG sekalipun setelah itu baru bisa menyimpulkan  tetapi kebanyakan menyimpulkan dulu baru membaca isinya bahkan kalaupun membaca kurang mencermati langsung  menyimpulkan tanpa membaca dengan cermat isi yang ingin disampaikan itulah manusia terkadang belum mengetahui pesan pentingnya tapi nekad  menyimpulkan  parahnya lagi kesimpulannya keliru terus langsung  menuduh penulisnya salah,atau menuduh sesat  tragis bukan ? padahal   maksudnya bukan yang ia simpulkan tapi namanya juga sumbu pendek lebih mengedepankan emosinya tinimbang akal sehat gampang emosian  ingat  zaman kiwari apapun bisa diplesetkan jadi jebakan batman kurang-kurang dalam menelaah  terkadang informasinya mengusik rasa, menggelitik  tetapi itu melatih  mengolah tabung memori agar mampu berpikir jernih, tenang bukan sumbu pendek langsung emosi  berikut penulis berikan beberapa contoh kalimat yang sering ditemukan menjadi  jebakan misalkan : Orang merokok itu dijamin 100 % tidak akan masuk rumah sakit, jebakan berikutnya haram hukumnya mendoakan orang mati, berikutnya haram hukumnya bagi laki-laki menikah dengan wanita sekampung

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Semua kalimat itu masuk dalam  jebakan saja  jangan langsung ditelan mentah-mentah bisa berbahaya menimbulkan perdebatan panjang hal ini pernah penulis alami sendiri   saat menjebak kawan melalui kalimat bahwa " haram hukumnya bagi laki-laki menikah dengan wanita sekampung" kawan saya merespon dengan cepat  alih-alih mencermati  malah  langsung protes itu  ajaran dari mana ? sebutkan   dalilnya, kalaupun ada kitab juga disebutkan, dan itu kyai ngajinya dimana   karena menurut dia ini aliran sesat begitulah kira-kira respon kawan yang terlanjur emosi harap maklum sumbu pendek membaca langsung  menyimpulkan sementara  saya santai saja menanggapi sambil sesekali seruput kopi menunggu kaawan saya  siuman dari pikiran keruh karena tidak ingin berdebat terlalu panjang kasihan juga kalau kawan terlihat dungu pinjam istilah Rocky Gerung saya sampaikan maksud sebenarnya bahwa jelas tidak boleh  menikahi wanita sekampung bayangkan kalau jumlahnya ada 100 wanita sekampung mau anda nikahi semuanya wong 4 saja tidak berani ..hahaha sambil tersipu malu mengakui salah dalam menangkap informasi yang saya sampaikan  kena jebakan dehhhhh, lanjut Jebakan berikutnya tentang  larangan mendoakan orang mati ya jelas kalau mendoakan itu harus yang baik-baik  mendoakan orang mati salah besar yang baik adalah  mendoakan orang sehat dan berumur panjang makanya jangan pakai rumus sumbu pendek bisa berabe, dan jebakan terakhir bahwa orang merokok dijamin100 %  tidak akan masuk rumah sakit" hmmm mana ada orang sambil merokok berani masuk rumah sakit mau diomelin pak satpam sampai disini belum paham juga kebangetan itu otak berarti masih pentium satu harus ganti  supaya tidak lemot...

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Ternyata soal jebak menjebak bagi pembaca zaman baheula sudah ada bahkan dari kalangan  sufi kita akan tergelitik manakala membaca  salah satu quote " zayyinua 'a'malakum bilma-aasi wala tuzayinuu nafsaka bi-alttaa-ah Hiasilah dirimu dengan maksiat" janganlah dihiasi dengan ketaatan" ini disampaikan  oleh  Syekh Ibnu Atha'illah ulama besar penulis kitab Al Hikam coba bayangkan kalau kita menyimpulkan secara emosi seolah mengajarkan berbuat dosa karena ridak ingin terjebak dalam sesat menyesatkan kita harus  berselancar mencari  tahu dibalik makna tersebut karena keawaman tentang ilmu agama yang dimiliki seperti saya naluri berpikirnya pasti ada yang salah dengan qoute itu  bertolak belakang dengan kalimat atau kutipan pada umumnya yang mengajak untuk berbuat takwa namun setelah membaca pemaknaan beberapa para ulama tasawuf bahwa qoute tersebut memang bermakna sangat dalam sekali adalah mengajak untuk senantiasa merasa hina, merasa banyak dosa, tidak merasa paling suci dan merendahkan orang lain, merasa paling rajin beribadah, rajin berbuat baik, rajin berbuat taat namun membuat diri kita merasa jumawa dihadapan Allah SW dan manusia lain.  Iki gagasan mulia dari seorang Ibnu Atha'illah mengajarkan soal tawadhu'  masih bingung ya baca lagi sampai khatam

Kreator: Inay Thea Cileungsi-Kab Bogor-Jawa Barat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun