Setitik "Emosi Religius "
Membangkitkan Gairah Kebersamaan
Seorang kawan  menuturkan  kalau tanaman bunga itu harus disiram setiap pagi dan sore hari agar tetap tumbuh subur menyegarkan, dijaga supaya tidak ada tangan yang merusak,  dipelihara karena bunga yang segar akan menggoda  burung-burung, dan kupu-kupu hinggap untuk menghisap  aroma harumnya sang bunga , dan bungapun paham  meski terkesan malu-malu namun pada akhirnya memekarkan kuncupnya seolah mempersilahkan kupu-kupu untuk langsung menghisap sari madu nektar yang terdapat pada bunga, dan timbal-baliknya bunga mendapatkan asupan dari gerakan kupu-kupu untuk penyerbukannya  sebagai bentuk simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan.
Begitulah analogi  keberadaan kita di DKM sebagaimana bunga dan kupu-kupu saling memberikan manfaat, menghadirkan aroma menyejukkan untuk semua orang,  menebarkan nilai-nilai kebaikan, saling mengarahkan, saling menerima masukan, saling melengkapi, saling menanamkan  motivasi-motivasi, membangun rasa keikhlasan dalam menjalankan tugas yang telah diamanahkan, didengarkan pendapat-pendapatnya, bahkan bila perlu sesekali bepergian bersama supaya terjalin hubungan yang lebih mesra lagi rasanya suasana ini harus  dipupuk supaya makin subur  menjalin kemesraan yang makin erat , kini hilal kemesraan itu semakin  terasa dengan suasana berbeda  misalkan dalam mempersiapkan pelaksanaan agenda kajian tafsir keliling kali ini seluruh angota tanpa kecuali dihimbau  untuk berpartisipasi mensukseskan kegiatan kajian, dan  ini bukan soal supaya tersohor, atau menunggu pujian dialamatkan dari  khalayak,  anggap saja itu hanya virus dari kegenitan pikiran harus dibuang jauh-jauh  karena ada hal yang  lebih substantive mendatangkan potensi pahala berlipat adalah  bahwa tuan rumah  dianjurkan  memuliakan tamu yang datang sebagaimana Hadist Rasulullah SAW Dari Abu Suraih Al Ka'bi bahwa Rasulullah SAW bersabda:Â
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam." (HR Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah). Nabi Muhammad sendiri suka memberikan hidangan kepada tamu-tamu beliau,dan sabdanya lagi "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya." Hadis  ini memberikan penjelasan bahwa ada kaitan antara iman seseorang dan memuliakan tamu.Â
Islam memandang memuliakan tamu tidak hanya sebagai faktor penting dalam membangun kehidupan manusia, tetapi juga menjadi ukuran keimanan seseorang, terlebih tamu yang bertandang  dengan tujuan mulia  untuk memakmurkan masjid, maka sepatutnya  sebagai tuan rumah melakukan persiapan-persiapan dan kali ini ada yang berbeda  lebih meriah lagi dengan pemasangan umbul-umbul sebagaimana lazimnya pemandangan ini  kita saksikan  pada perhelatan perlombaan,  pemasangan spanduk ucapan selamat datang , dan  himbauan menggunakan uniform DKM supaya terlihat lebih serasi, guyub, harmonis dan  tentu  tidak kalah pentingnya  penyiapan amunisi jasadiyah bagi jamaah  sebagai wujud penghormatan kami terhadap tamu.
Berikut  beberapa kutipan adab memuliakan tamu dari buku Adab Bertamu oleh Malik al Adhim, dalam memuliakan tamu ada beberapa cara :
Disunnahkan menyambut tamu dengan mengucapkan selamat datang kepada mereka.
 Menghormati dan menyediakan hidangan untuk tamu sesuai kemampuan namun berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan hidangan terbaik.
Dalam pelayanannya, diniatkan untuk memberikan kegembiraan bagi para tamu.
Mendahulukan tamu yang lebih tua daripada tamu yang lebih muda, sebagaimana sabda dari Rasulullah SAW berikut:"Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami." (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad)
Mempercepat untuk menghidangkan makanan bagi tamu, karena hal tersebut merupakan penghormatan bagi mereka.
 Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang-bincang dengan topik yang menyenangkan, tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang.
Tidak membereskan hidangan sebelum tamu selesai menikmati.
Setidaknya mengantarkan tamu saat hendak mau pulang hingga ke depan rumah.
Itulah beberapa akhlak dalam Islam  tentang bagaimana memperlakukan tamu yang datang ketempat.
Lalu bagaimana persiapan DKM  sudahkah mempraktekan penyambutan tamu sesuai pesan dalam Islam ? banyak cara mengungkapkan ekpresi kegembiraan atas kunjungan tamu  misalkan dengan pemasangan spanduk selamat datang , umbul-umbul dsb itu kudu dimaknai sebagai  alat bantu semata  dalam mempercepat saluran informasi sekaligus merangsang masyarakat untuk turut hadir  dalam kajian tafsir Jalalain sehingga dapat menjaring lebih banyak masyarakat  yang tertarik duduk bersama dalam taklim, dilain pihak pemasangan media sebagai wujud penghormatan dan sekaligus cerminan kebersamaan  tanpa harus menonjolkan diri karena kita sama-sama menyadari bahwa kebersamaan akan melahirkan kebesaran bersama, dan situasi ini yang harus dirawat dengan apik ...
Karena itu moment kajian tafsir ini dimanfaatkan seoptimal mungkin  terlebih dalam kepengurusan DKM Nurul Falaah  terdapat wajah baru yang memiliki semangat baru untuk  menumbuhkan ghirah dalam melakukan perubahan   kearah yang lebih baik  menggerakkan spirit  saling membantu, menghargai, memahami, dan mendukung untuk DKM kedepan ini adalah 'the long road'/jalan panjang musti  dijaga konsistensinya karena banyak potensi yang dimiliki  jika  dikolaborasikan akan menjadi sebuah kekuatan besar  untuk membuka  jalan menuju torehan amal kebaikan dan DKM sebagai lintasan jalan panjang  yang dilalui bersama berbasis pada landasaan keimanan dan keikhlasan dan sejatinya semua  mafhum bahwa jalan untuk membesarkan rumah  bersama "Nurul Falaah"  adalah upaya menjemput  dari  setitik 'emosi religius' yang tumbuh sejak masih kanak-kanak hingga kini bisa terjun langsung untuk merasakan betapa lezatnya menjadi bagian dari jamaah Nurul Falaah Pondok Damai Cileungsi-Bogor. Semoga
 Wallahu-A'lamu. Â
Inayat / Pekerja Lepas Konsultan Pemberdayaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H