Mohon tunggu...
Inawati Eddijanto
Inawati Eddijanto Mohon Tunggu... Lainnya - -

Mahasiswi Aktif UKDW

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Analisa Risiko Kesehatan, DBD di Kabupaten Magelang

12 Mei 2020   13:19 Diperbarui: 12 Mei 2020   13:22 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demam Berdarah Dengue atau yang biasa dikenal sebagai DBD adalah demam yang diikuti dengan pendarahan di bawah kulit, selaput hidung, dan lambung. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama Virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Manusia yang terinfeksi pasti menunjukan jumlah trombosit atau keping darah yang menurun drastis. Fungsi trombosit secara umum adalah pembekuan darah. Sehingga ketika pembuluh darah terluka akibat gigitan nyamuk, trombosit akan menuju ke bagian luka tersebut dan menutupnya. Dengan demikian maka dalam beberapa hari jumlah trombosit akan terlihat menurun. Selain penurunan jumlah trombosit, penderita juga mengalami demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual muntah, diare, hingga muncul ruam-ruam merah pada kulit.

Memasuki musim pancaroba atau pergantian musim dari musim penghujan ke musim kemarau menyebabkan tingginya kelembaban udara yang sangat disukai nyamuk Aedes aegypti. Selain itu, vektor pembawa Virus Dengue ini, juga menyukai tempat yang berair menggenang dan intensitas cahayanya rendah. Nyamuk Aedes biasanya akan aktif mengigit manusia pada pagi dan sore hari.

Dikutip dari Buku Saku Dinas Kesehatan Jawa Tengah 2015 - 2019, jumlah kasus penyakit Malaria di Kabupaten Magelang pada tahun 2015 adalah sebanyak 158,14% per 100.000 penduduk; tahun 2016 terjadi sebanyak 60,27% per 100.000 penduduk; tahun 2017 terjadi sebanyak 54,33% per 100.000 penduduk; tahun 2018 terjadi sebanyak 41,03% per 100.000 penduduk; dan pada akhir tahun 2019 terjadi sebanyak 61,4% per 100.000 penduduk. Jika dilihat data jumlah kasus penderita DBD di Kabupaten Magelang tergolong sangat tinggi.

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor resiko meliputi kondisi geografis dan gaya hidup masyarakat di Kabupaten Magelang. Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang memiliki curah hujan cukup tinggi, selain itu di kabupaten ini juga memiliki beberapa perairan sungai yang tentu saja mendukung perkembangbiakan nyamuk khususnya nyamuk Aedes. Yang menjadi bahaya adalah di Indonesia masih ada saja masyarakat yang mendirikan rumahnya di tepian sungai, secara tata letak kota pembangunan rumah ini sudah tidak strategis ditambah warga yang tinggal dalam rumah tersebut lebih beresiko terkena berbagai kasus penyakit menular vektor seperti DBD, Malaria, dan yang lainnya. Selain itu, masih banyak masyarakat yang membangun rumah diarea kumuh dekat dengan tempat pembuangan sampah atau jarak antara rumah sangat dekat (padat penduduk). Sehingga nyamuk akan lebih suka dan mudah untuk berkembang biak serta mudah untuk menularkan virus Dengue dari manusia satu ke manusia lainnya. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah gaya hidup atau kebiasaan masyarkat. Lagi-lagi di Indonesia khususnya Kabupaten Magelang, masih banyak masyarakat yang sering membuang sampah di sungai dan tidak peduli dengan kebersihan sekitar rumahnya. Hal ini yang semakin mendukung perkembang biakan nyamuk-nyamuk khususnya nyamuk Aedes. Tidak heran kasus penderita DBD di Indonesia tepatnya di Kabupaten Magelang sangat tinggi dan memprihatinkan.

Dengan tingginya kasus penyakit DBD di Kabupaten Magelang maka perlu dilakukan upaya evaluasi oleh pemerintahan apakah upaya-upaya pencegahan yang dilakukan sudah tepat, karena jika ditinjau meskipun terjadi penurunan kasus di tahun 2018 tetapi di tahun 2019 kembali meningkat. Untuk mendukung upaya pemerintahan dalam menanggulangi kasus DBD, masyarakat juga diharapkan memiliki kesadaran diri akan bahayanya penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes. Sehingga selain memperbaiki perilaku hidup yang telah disebutkan diatas, masyarakat juga dapat melakukan pencegahan di rumah dan lingkungan sekitarnya. Caranya adalah dengan rutin menguras atau membersihkan tampungan air yang ada di rumah, menutup tampungan air tersebut, mengubur sampah organik dalam tanah, menghilangkan kebiasaan menggantung pakaian selepas dipakai, dan biasakan memakai kelambu jika akan pergi tidur. Kemudian bisa juga membersihkan area disekitaran rumah seperti jika terdapat tempat-tempat yang menampung air hujan dapat segera dibersihkan atau sampah-sampah yang ada di sekitar juga bisa dibuang ke tempatnya.

Pencegahan berkembangnya nyamuk Aedes juga bisa dilakukan dengan melakukan fogging tetapi disarankan untuk menggunakan fogging dengan bahan yang diekstrak dari alam seperti sereh dapur, lengkuas, melati dan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar nyamuk Aedes tidak mengalami resistensi terhadap senyawa fogging kimiawi yang biasanya digunakan. Atau senyawa-senyawa alami tersebut juga dapat dibuat menjadi sejenis abate untuk membasmi jentik-jentik nyamuk di air.

Sebagai masyarakat cerdas yang peduli, kita perlu memperhatikan segala faktor resiko penyakit DBD karena tidak sedikit orang yang meninggal karena penyakit ini. DBD tidak bisa dianggap sebagai penyakit yang ringan jadi kita tidak boleh terlena dan harus tetap waspada dalam menjaga lingkungan. Bersama kita pasti bisa melawan DBD :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun