Lama untuk memahami sebuah cerpen yang sebetulnya memakai bahasa yang cukup indah dan sederhana ini. Saya lebih fokus menikmati video klipnya dan membaca sekilas saja cerpen tersebut.
Ternyata, cukup sekali membaca cerpen ini lalu kemudian berulang-ulang memberi warna dan high light di beberapa tempat.
---
" nikmati video klipnya...dengarkan liriknya dan baca cerpennya. Cerpen Malaikat Juga Tahu sudah saya copaskan di sini :http://bit.ly/Rj8Vsm
---
Cerpen ini berkisah tentang seorang anak yang ditakdirkan oleh Allah sebagai anak yang istimewa.
Laki-laki berumur 38 tahun ini pandai menghafal angka dan huruf, mampu merakit ulang komponen-komponen yang ada di radio, televisi ataupun alat-alat elektronik lain yang telah dia bongkar bahkan jauh lebih sempurna dari awalnya. Tak hanya itu, Ia sangat pandai mengingat dengan detail tahun, bulan, jam, menit bahkan detik setiap peristiwa. Memainkan nada diatas denting piano dengan sempurna.
Dia memiliki rutinitas yang nampak 'aneh' bagi sebagian orang. Membuat orang enggan mendekatinya. Dia adalah hal kedua setelah Dobi yang oleh seluruh penghuni kost di rumah ibunya yang ditakuti. Dia tak segalak Dobi. Dobi adalah nama anjing blasteran Doberman peliharaan mereka yang telah menua.
Aneh? Ya..karena dia pernah minggat dari rumah di pagi hari saat salah satu anak kost iseng menyembunyikan ratusan sabun beraneka ragam warna miliknya. Satu sabun yang hilang membuatnya akhirnya ditemukan di sebuah warung yang menjual sabun persis miliknya yang hilang. Si pemilik warung butuh bantuan polisi untuk "mengusir" si abang (begitu dia biasa dipanggil) karena ketakutan. Satu sabun membuatnya cukup limpung.
tak hanya itu keanehannya. Dia memiliki jadwal mencuci baju tertentu. Baju yang ia cuci harus sesuai antara warna dan hari. Senin adalah jadwalnya mencuci baju warna putih, rabu untuk warna terang dan jumat untuk baju yang memiliki warna setengah terang di hari jumat. Dia bisa "ngambek" jika anak kost memberikan warna baju yang berbeda dengan "aturan" yang ia tentukan tersebut.
Ahli kejiwaan menyebut abang sebagai autis. Di umurnya yang 38 tahun mental abang layaknya anak berumur 4 tahun.
Anak autis mengenal akan cinta. Bunda-nya menyadari saat bunda menemukan surat-surat cinta abang, lukisan wajah seorang perempuan di banyak kertas. Aaaah...ternyata abang mencintai seorang perempuan. Perempuan ini adalah sahabat si abang sekaligus pacar si adek abang yang sempurna tadi. Entah bagaimana mereka berkomunikasi. Omelan dan gerutuan si perempuan tentang kisah percintaannya selalu abang tanggapi dengan hafalannya tentang daftar album genesis atau gumaman tentang simfoni batch sambil tangannya memegang ranting pohon layaknya seorang kondaktur. Abang tak pernah bisa melakukan kontak mata selama lebih dari 5 detik..selebihnya...yaaa...abang sibuk dengan dunianya sendiri.
Si abang berhasil membuat seluruh isi kost pergi di setiap malam minggu karena teriakan-teriakannya menggumamkan sebuah nama. Barang-barang di rumah yang ia jadikan berantakan. Hiuufth..jika bundanya beruntung tak perlu bundanya memberikan obat penenang kepada si abang dan malam minggu berakhir dengan tertidurnya si abang sambil memeluk erat kaki bunda.
Tak akan pernah ada yang bisa mengalahkan kasih bunda kepada si abang....malaikat pun tahu siapa yang jadi juaranya....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H