Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Penyesalan

28 Juli 2024   09:25 Diperbarui: 28 Juli 2024   09:27 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sebuah desa terpencil di Pulau Jawa, hiduplah seorang dukun santet yang dikenal sebagai Ki Rengga. Selama puluhan tahun, namanya begitu ditakuti karena kekejamannya. Namun, di masa tuanya, kehadiran seorang cucu membuatnya merasakan penyesalan yang mendalam hingga ajal menjemputnya. Ini adalah kisah tentang Ki Rengga, dari kelahiran hingga kematiannya, yang penuh dengan misteri, kekejaman, dan akhirnya penyesalan.

Ki Rengga dilahirkan dengan nama Renggawijaya di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat. Ibunya, Nyi Sumi, adalah seorang wanita yang dikenal memiliki ilmu kebatinan tinggi, sementara ayahnya, Karta, adalah seorang petani sederhana. Sejak kecil, Rengga sudah menunjukkan tanda-tanda keanehan. Ia sering berbicara sendiri, seolah-olah ada makhluk gaib yang menemani.

Di usia 12 tahun, Rengga mulai belajar ilmu hitam dari ibunya. Nyi Sumi adalah dukun hebat yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan makhluk halus. Rengga tumbuh menjadi anak yang pendiam dan misterius, sering kali menghilang ke dalam hutan selama berhari-hari.

Ketika berusia 18 tahun, Rengga memutuskan untuk meninggalkan desa dan mengembara mencari ilmu hitam yang lebih mendalam. Di sebuah desa jauh dari tempat asalnya, ia bertemu dengan seorang dukun tua bernama Ki Somo yang menguasai ilmu santet. Rengga belajar dari Ki Somo selama bertahun-tahun, hingga akhirnya ia menjadi seorang dukun santet yang sangat ditakuti.

Kisah kejahatan Ki Rengga dimulai dari sini. Ia menerima bayaran untuk mencelakai orang lain. Korbannya bukan hanya orang-orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Tidak ada yang berani menentangnya karena siapa pun yang mencoba, akan menemui kematian mengenaskan.

Dalam masa kejayaannya, Ki Rengga menjadi sangat kaya dan berkuasa. Orang-orang datang dari berbagai tempat untuk meminta bantuannya dalam mencelakai musuh mereka. Rengga tidak pernah menolak permintaan selama ada imbalan yang cukup besar.

Salah satu kejahatan terbesar yang pernah dilakukannya adalah membunuh seorang pemimpin desa yang jujur dan adil. Pemimpin desa tersebut telah mencoba melawan pengaruh jahat Rengga, namun akhirnya tewas dengan cara yang mengerikan. Hal ini membuat Rengga semakin ditakuti dan dihormati oleh mereka yang ingin menggunakan jasanya.

Waktu berlalu, dan Ki Rengga mulai menua. Tubuhnya yang dulu kuat kini melemah, dan wajahnya yang garang mulai menua. Di masa tuanya, ia hidup menyendiri di sebuah rumah tua di pinggir hutan. Kejahatan yang pernah dilakukannya mulai menghantuinya dalam mimpi-mimpi buruk.

Suatu hari, seorang wanita muda datang ke rumahnya bersama seorang anak kecil. Wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai Ningsih, putri dari salah satu korban santet Ki Rengga. Anak kecil yang dibawanya adalah cucu Ki Rengga, yang bernama Joko. Ningsih menceritakan bahwa suaminya telah meninggal, dan ia tidak punya tempat lain untuk pergi. Ki Rengga merasa terkejut dan malu, namun ia menerima mereka dengan hati yang berat.

Joko adalah anak yang lugu dan ceria. Kehadirannya perlahan-lahan mengubah hidup Ki Rengga. Joko tidak tahu tentang masa lalu kakeknya dan selalu memandangnya dengan kasih sayang. Ki Rengga mulai merasakan kembali kasih sayang yang sudah lama hilang dari hidupnya.

Ki Rengga mulai mengajari Joko tentang kehidupan, namun kali ini ia tidak mengajarkan ilmu hitam. Sebaliknya, ia mulai menceritakan tentang kehidupan yang baik dan bermanfaat. Joko tumbuh dengan pemahaman bahwa kakeknya adalah orang yang bijak.

Suatu malam, mimpi buruk yang menghantui Ki Rengga semakin menjadi-jadi. Ia melihat wajah-wajah para korban yang pernah disantetnya, memohon keadilan. Ki Rengga merasa sangat bersalah dan mulai berdoa, memohon ampunan kepada Tuhan atas segala kejahatan yang pernah dilakukannya.

Joko yang melihat kakeknya sering kali menangis di malam hari, mulai merasa cemas. Ia bertanya kepada ibunya tentang apa yang terjadi, namun Ningsih hanya mengatakan bahwa kakek sedang mengalami masa sulit. Melihat Joko yang begitu peduli, Ki Rengga semakin merasa bersalah.

Ki Rengga memutuskan untuk memperbaiki kesalahannya. Ia mengembalikan semua harta hasil kejahatannya kepada keluarga-keluarga yang pernah ia sakiti. Ia juga meminta maaf kepada mereka, meskipun banyak yang tidak bisa memaafkannya. Namun, ada juga yang bersedia memberikan pengampunan.

Joko, yang semakin besar, mulai mengetahui sedikit demi sedikit tentang masa lalu kakeknya. Meskipun demikian, ia tetap mencintai kakeknya dan selalu berada di sisinya. Cinta dan kesetiaan Joko memberikan kekuatan bagi Ki Rengga untuk terus berusaha memperbaiki kesalahannya.

Suatu hari, Ki Rengga merasa bahwa ajalnya sudah dekat. Ia memanggil Joko dan Ningsih ke hadapannya. Dengan air mata yang mengalir, ia memohon maaf kepada mereka atas semua kesalahan yang pernah ia lakukan. Ia juga meminta agar Joko tumbuh menjadi orang yang baik dan tidak mengikuti jejaknya.

Di saat-saat terakhirnya, Ki Rengga merasakan kedamaian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia meninggal dengan senyum di wajahnya, meninggalkan warisan cinta dan penyesalan kepada Joko.

Kematian Ki Rengga menyisakan banyak cerita di desa. Meskipun banyak yang masih mengenangnya sebagai dukun santet yang jahat, ada juga yang melihat perubahan di akhir hidupnya sebagai bukti bahwa setiap orang bisa berubah.

Joko tumbuh menjadi pria yang baik, menghormati kakeknya dengan cara hidup yang lurus dan bermanfaat bagi sesama. Kisah tentang kakeknya menjadi pelajaran berharga bahwa penyesalan dan tobat selalu mungkin, tidak peduli seberapa besar kesalahan yang telah dilakukan.

Kisah Ki Rengga adalah sebuah peringatan bahwa kekuasaan dan kekayaan yang diperoleh melalui kejahatan tidak akan pernah membawa kebahagiaan sejati. Hanya dengan penyesalan dan tobat, seseorang bisa menemukan kedamaian yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun