Semakin hari, hubungan mereka semakin erat. Bella selalu tahu bagaimana membuat Arman tersenyum. Sebatang coklat itu menjadi simbol persahabatan mereka yang tulus. Arman mulai membuka diri dan belajar untuk lebih percaya pada orang lain.Â
Namun, suatu hari, Bella tidak datang ke sekolah. Arman merasa gelisah. Ia mencarinya ke seluruh penjuru sekolah, namun Bella tidak ditemukan. Hari-hari berikutnya pun Bella tidak muncul. Arman merasa kehilangan yang mendalam.
Saat sedang sendiri di bawah pohon tempat mereka biasa duduk, seorang guru mendekatinya. "Arman, apakah kamu tahu Bella sakit?"Â
Arman terkejut, "Tidak, saya tidak tahu, Pak. Apa yang terjadi padanya?"
"Bella sakit keras dan sekarang dirawat di rumah sakit," jawab guru itu.
Tanpa berpikir panjang, Arman langsung pergi ke rumah sakit setelah pulang sekolah. Di sana, ia menemukan Bella terbaring lemah di tempat tidur, namun tetap dengan senyum yang sama.Â
"Arman, kamu datang," kata Bella dengan suara pelan namun ceria. "Aku ingin memberitahumu bahwa aku sangat menghargai persahabatan kita. Kamu adalah teman terbaik yang pernah kumiliki."
Arman merasa air matanya mulai mengalir. "Bella, kamu juga teman terbaikku," jawabnya sambil menggenggam tangan Bella.
Hari-hari berlalu, dan kondisi Bella semakin memburuk. Arman selalu datang menjenguknya, membawa buku-buku dan menceritakan kisah-kisah menarik dari sekolah. Meskipun Bella semakin lemah, senyumnya selalu ada untuk Arman.
Suatu hari, saat Arman datang, Bella memberinya sebatang coklat lagi. "Ini untukmu, Arman. Aku tahu kamu menyukainya. Ingatlah aku setiap kali kamu memakannya," kata Bella dengan senyum yang lemah.
Arman menerima coklat itu dengan air mata yang berlinang. "Aku tidak akan pernah melupakanmu, Bella," bisiknya.