Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Monster Bertopeng

18 Juli 2024   11:01 Diperbarui: 18 Juli 2024   11:09 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sudah lama mati. Tubuhku telah menjadi tanah, namun entah bagaimana, jiwaku masih terikat pada dunia ini. Dari dalam kuburku, aku bisa melihat kehidupan yang kau jalani, kebenaran yang tersembunyi di balik wajah ramahmu, dan kelakuanmu yang sebenarnya.

Kita dulunya sahabat karib. Sejak kecil, kita selalu bersama, berbagi rahasia dan impian. Ketika aku sakit dan akhirnya meninggal, kau berjanji akan menjaga keluargaku, terutama adikku yang masih kecil. Aku percaya padamu, tanpa keraguan.

Hari demi hari berlalu. Di dalam kuburku yang gelap, aku mulai merasakan kehadiran dunia di atas sana. Sesuatu menarik jiwaku, memberiku pandangan ke kehidupan yang masih terus berjalan. Dan di sanalah aku melihatmu, temanku.

Pada awalnya, semua tampak normal. Kau datang ke rumahku, membantu keluargaku yang berduka, bahkan memberikan dukungan finansial. Keluargaku memujimu, menganggapmu sebagai pahlawan. Tapi, lama kelamaan, kebenaran mulai terkuak.

Aku melihat bagaimana kau mendekati adikku, bukan sebagai pelindung, tapi sebagai pemangsa. Kata-kata manismu yang dulu menenangkan sekarang berubah menjadi rayuan yang menjijikkan. Adikku, yang masih belia dan polos, termakan oleh bujuk rayumu. Kau memanfaatkan kelemahannya, dan aku hanya bisa menyaksikan dari dalam kuburku, terperangkap dalam ketidakberdayaan.

Setiap malam, aku melihat kau datang ke rumahku, membawa hadiah-hadiah kecil untuk adikku. Wajahnya yang dulu ceria kini semakin muram, namun dia takut untuk melawanmu. Aku merasakan amarah yang membara, tetapi tak bisa berbuat apa-apa. Jiwaku terikat, tak bisa bergerak, hanya bisa melihat dan merasakan sakit yang mendalam.

Suatu hari, kau membawa adikku pergi. Kau menjanjikan kehidupan yang lebih baik, pendidikan yang layak, dan masa depan yang cerah. Ibuku, yang sudah renta dan rapuh, hanya bisa menangis, berterima kasih padamu tanpa tahu niat burukmu. Aku ingin berteriak, ingin memberitahunya bahwa kau adalah iblis yang menyamar, tapi suara jiwaku tidak bisa menembus alam dunia.

Kehidupan di kota besar ternyata lebih kejam dari yang kubayangkan. Adikku, yang dulunya ceria, kini menjadi korban eksploitasi. Kau memanfaatkannya untuk kepentinganmu sendiri, memaksanya bekerja tanpa henti, bahkan menjual dirinya demi keuntungan. Aku melihat semuanya, merasakan setiap luka dan air mata yang dialaminya, tetapi tak bisa melakukan apapun.

Waktu terus berlalu, dan adikku semakin tenggelam dalam penderitaan. Kau hidup mewah dengan hasil jerih payahnya, sementara dia menderita tanpa henti. Setiap kali kau datang ke kuburanku, menaruh bunga dan berpura-pura berduka, aku merasakan kebencian yang semakin membesar. Aku melihat senyum palsumu, mendengar doa-doa kosongmu, dan tahu bahwa di balik itu semua, ada jiwa yang busuk dan kejam.

Suatu malam, ketika adikku sudah mencapai titik terendah, dia akhirnya mengambil keputusan yang berat. Dia memutuskan untuk melarikan diri, meninggalkanmu dan segala kesengsaraan yang kau bawa. Dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, dia melarikan diri ke tempat yang jauh, mencari perlindungan dan harapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun