Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Diantara Deburan Ombak

17 Juli 2024   07:08 Diperbarui: 17 Juli 2024   07:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu, pantai terlihat lebih gelap dari biasanya. Langit diselimuti awan tebal, dan hanya kilatan petir yang sesekali menyinari lautan yang bergejolak. Di pantai itu, ada sebuah batu besar yang selalu menjadi tempatku merenung. Di sanalah, diantara deburan ombak yang menerpa karang, kuuraikan cintaku yang kau tolak.

Namaku Aris. Sudah berbulan-bulan sejak Nadya, gadis yang kucintai, menolak perasaanku. Namun, setiap kali aku mencoba melupakannya, bayangannya justru semakin membekas. Aku selalu datang ke pantai ini, berharap ombak bisa menghapus rasa sakit yang menghantuiku.

Suatu malam yang berangin, ketika bulan terselimuti kegelapan, aku mendengar suara aneh di tengah gemuruh ombak. Suara yang seperti memanggil namaku. Dengan rasa penasaran bercampur takut, aku mengikuti suara itu yang seakan membawaku ke arah tebing di ujung pantai. Tebing itu terkenal angker, konon katanya banyak orang yang pernah melihat penampakan di sana.

Aku tetap melangkah meski bulu kuduk merinding. Ketika sampai di ujung tebing, aku melihat sosok perempuan berdiri di sana. Rambutnya panjang terurai, bajunya berwarna putih, dan wajahnya samar terlihat dalam gelap. Jantungku berdegup kencang saat menyadari itu adalah Nadya. Tapi bagaimana mungkin? Nadya tidak mungkin ada di sini.

"Nadya?" panggilku dengan suara bergetar.

Sosok itu menoleh perlahan. Senyumnya terlihat dingin, matanya kosong menatapku. Dia memanggilku dengan suara yang aneh, seperti bukan suara manusia. Aku mundur selangkah, namun sesuatu dalam diriku memaksaku tetap di tempat.

"Kau ingin cintaku, Aris?" tanya Nadya dengan suara serak.

Aku mengangguk tanpa bisa berkata apa-apa. Dalam hatiku, perasaan takut dan rindu bercampur aduk. Kemudian dia melangkah mendekat, semakin dekat hingga aku bisa merasakan dingin tubuhnya. 

"Tapi kau tahu, Aris, cinta itu bukan untukmu," katanya sambil tersenyum miring.

Tiba-tiba, dari arah belakang Nadya, muncul sosok-sosok bayangan lain. Mereka bergerak perlahan, mendekat dengan langkah yang tenang namun menakutkan. Wajah mereka pucat, matanya kosong. Aku mencoba berteriak, tapi suaraku seolah tersangkut di tenggorokan.

"Ini adalah tempat mereka yang ditolak cinta," kata Nadya sambil menunjuk bayangan-bayangan itu. "Mereka seperti dirimu, Aris. Mengira cinta bisa menghapus kesepian, tapi nyatanya hanya membawa mereka ke kegelapan."

Aku ingin lari, tapi kakiku seolah tertancap di tanah. Bayangan-bayangan itu semakin mendekat, mengelilingiku. Tiba-tiba, salah satu dari mereka menyentuh bahuku. Dingin yang menusuk membuat tubuhku menggigil hebat. Mereka berbisik-bisik, suara mereka seperti jeritan yang menyayat telinga.

"Aris, jangan pernah kembali ke sini," bisik Nadya. "Atau kau akan menjadi salah satu dari mereka."

Dengan tenaga terakhir, aku berhasil melarikan diri. Aku berlari sekuat tenaga menjauh dari tebing, dari bayangan-bayangan itu, dari Nadya yang kini berubah menjadi sosok yang menakutkan. 

Aku tidak tahu berapa lama aku berlari hingga akhirnya jatuh tersungkur di pasir. Nafasku tersengal, tubuhku basah oleh keringat. Ketika aku menoleh ke belakang, pantai itu kembali sunyi. Hanya deburan ombak yang terdengar, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Sejak malam itu, aku tidak pernah kembali ke pantai. Ketika seseorang bertanya mengapa, aku hanya tersenyum samar dan berkata, "Di antara deburan ombak, kuuraikan cintaku yang kau tolak. Dan aku belajar, beberapa cinta memang lebih baik dibiarkan pergi bersama angin laut."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun