Darto setuju. Dia mengundang seorang dukun terkenal dari kota untuk datang ke desanya. Dukun itu, Pak Joko, memeriksa Sari dan mengatakan bahwa hanya ada satu cara untuk membebaskannya: Sari harus menghadapi dan mengalahkan kutukan itu sendiri.
Malam itu, Pak Joko mempersiapkan ritual besar. Sari duduk di tengah lingkaran mantra, sementara Darto dan warga desa mengelilinginya. Pak Joko mulai melantunkan mantra-mantra kuno. Tiba-tiba, angin kencang bertiup dan suara tangisan kuntilanak semakin keras. Sari mulai berubah, wajahnya menjadi pucat dan matanya semakin merah.
"Darto, aku tidak bisa menahan ini lagi!" jerit Sari, suaranya terdengar seperti dua orang berbicara sekaligus.
Darto maju dan memegang tangan Sari. "Kamu bisa, Sari. Kita harus menghadapi ini bersama."
Namun, tiba-tiba, Sari berubah menjadi sosok kuntilanak sepenuhnya dan menerkam Darto. Darto merasakan cengkraman dingin di lehernya dan perlahan-lahan tubuhnya ditelan oleh kegelapan. Warga desa hanya bisa menyaksikan dengan ketakutan saat tubuh Darto menghilang dalam bayangan kuntilanak.
Setelah kejadian itu, desa menjadi sunyi. Tidak ada yang berani membicarakan tentang Darto dan Sari lagi. Rumah mereka ditinggalkan dan tidak ada yang berani mendekat. Beberapa orang mengaku melihat bayangan Sari di malam hari, duduk di sudut rumahnya, menangis tanpa henti.
Desa itu sekarang dikenal dengan cerita horor tentang Darto dan Sari, guru spiritual dan istrinya yang adalah kuntilanak. Cerita mereka menjadi legenda, mengingatkan setiap orang bahwa cinta bisa melampaui batas-batas dunia, tetapi kadang-kadang, cinta juga bisa membawa kutukan yang tak terhindarkan.