Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Tak Berujung di Pelaminan, Membuat Derita Sepanjang Masa

10 Juli 2024   21:20 Diperbarui: 10 Juli 2024   21:22 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://m.antaranews.com/berita/3336774/merasa-sedih-usai-liburan-apa-sebabnya

Semarang, kota yang menjadi saksi bisu janji kami. Waktu itu, kami duduk di tepi pantai Tanjung Mas.  Angin laut yang sepoi-sepoi mengiringi janji kami untuk selalu bersama. Namaku Arya, dan dia, perempuan yang kupuja setengah mati, adalah Nisa.

"Aku akan selalu mencintaimu, Nis. Kita akan berumah tangga," ucapku dengan penuh keyakinan. Nisa tersenyum, lalu memelukku erat.

"Janji ya, Ar..? Kita akan menikah," balas Nisa.

Namun, hidup tidak selalu sesuai janji. Dua tahun kemudian, aku mendapat tawaran pekerjaan di Bandung. Kesempatan yang tak bisa kusia-siakan. Dengan berat hati, aku pamit kepada Nisa.

"Kita masih bisa menjaga janji kita, Ar... Kita bisa tetap bersama, walaupun jarak memisahkan," ucap Nisa dengan suara bergetar. Aku mengangguk dan menghapus air matanya. 

Di Bandung, kehidupan berjalan cepat. Pekerjaan yang menuntut perhatian penuh membuatku sedikit demi sedikit mengabaikan janji yang pernah kubuat dengan Nisa. Hingga suatu hari, aku bertemu dengan Laila, rekan kerjaku. Perlahan, kedekatan kami berubah menjadi perasaan yang sulit dihindari.

Kami menikah. Aku merasa senang sekaligus bersalah. Senang karena Laila adalah sosok yang hangat dan penuh kasih, namun bersalah karena aku melanggar janji yang pernah kubuat dengan Nisa. Aku tahu Nisa pasti terluka, dan benar saja, saat dia mengetahui kabar pernikahanku, dia sangat marah.

"Ar.., kamu pembohong ! Aku tidak akan pernah menikah, tidak akan!" Teriak Nisa melalui telepon. Suaranya menggema di telingaku, membuatku merasa seperti orang paling jahat di dunia. Aku berusaha menjelaskan, namun dia tidak mau mendengar.

Tiga tahun berlalu. Hidupku di Bandung berjalan lancar, namun bayangan Nisa selalu menghantui pikiranku. Hingga suatu hari, aku memutuskan untuk kembali ke Semarang, menemui Nisa dan memohon pengertiannya.

"Nis.., aku datang untuk meminta maaf. Aku tahu aku salah, tapi aku harap kamu bisa mengerti. Kita harus melanjutkan hidup kita," kataku dengan nada penuh penyesalan. Nisa memandangku lama, ada air mata di sudut matanya, namun dia tidak berkata apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun