Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Serangan Bangsa Mongolia

6 Juli 2024   11:19 Diperbarui: 6 Juli 2024   11:27 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara Aksa dan Arka dalam petualang, Adipati Smaradhana, ayah mereka, mendapat tugas daei kerajaan Majapahit untuk menghadapi pasukan Mongolia yang dipimpin oleh Jenghis Khan. Mereka sedang memasuki dan berusaha menguasai wilayah Majapahit.

Adipati Smaradhana, dipercaya oleh kerajaan untuk memimpin pasukan menghadapi ancaman ini. Dengan semangat juang yang tinggi, ia memimpin ribuan prajurit Majapahit menuju medan perang, siap mempertahankan tanah air mereka.

Pertempuran sengit pun terjadi di perbatasan kerajaan. Pasukan Majapahit dan Mongolia beradu kekuatan di tengah padang rumput yang luas. Serangan demi serangan dilancarkan oleh kedua belah pihak. Adipati Smaradhana memimpin dengan keberanian yang luar biasa, menginspirasi prajuritnya untuk bertarung habis-habisan.

Namun, pasukan Mongolia tidak mudah dikalahkan. Mereka datang dengan jumlah yang lebih besar dan menggunakan taktik perang yang tidak terduga. Meskipun pasukan Majapahit berjuang keras, mereka mulai kewalahan menghadapi gelombang serangan yang terus-menerus. Dalam pertempuran yang berlangsung berhari-hari, banyak prajurit Majapahit yang gugur, demikian pula pasukan mongolia.

Adipati Smaradhana berada di garis depan, melawan musuh dengan segenap kekuatan. Namun, dalam suatu serangan yang brutal, ia terluka parah oleh pedang seorang prajurit Mongolia. Darah mengalir deras dari luka di tubuhnya, namun ia tetap berjuang dengan sekuat tenaga.

Melihat pemimpinnya terluka, pasukan Majapahit mulai kehilangan semangat. Pasukan Mongolia memanfaatkan situasi ini, menyerang dengan lebih gencar. Akhirnya, Adipati Smaradhana yang sudah terluka parah, ditawan oleh pasukan Mongolia. Ia dibawa ke perkemahan mereka dengan keadaan tak berdaya.

Di perkemahan Mongolia, Adipati Smaradhana disiksa. Luka-luka memenuhi sekujur tubuh. Namun, semangat juangnya tidak padam. Meskipun dalam keadaan terikat dan terluka, ia terus memikirkan cara untuk melarikan diri.

Kabar tentang penangkapan Adipati Smaradhana sampai ke telinga Jenghis Khan. Ia memerintahkan agar Adipati Smaradhana dibawa ke Mongolia sebagai tawanan perang. Jenghis Khan ingin menunjukkan kekuatannya dan mempermalukan kerajaan Majapahit dengan menawan salah satu pemimpin mereka.

Perjalanan menuju Mongolia sangat berat. Adipati Smaradhana, dalam keadaan terluka dan terus disiksa, dalam perjalanan yang panjang dan melelahkan.

Setelah beberapa minggu perjalanan, mereka akhirnya sampai di Mongolia. Adipati Smaradhana dibawa ke hadapan Jenghis Khan. Pemimpin Mongolia itu memandangnya dengan tatapan dingin.

"Jadi, inilah Adipati Smaradhana yang terkenal," kata Jenghis Khan dengan suara penuh wibawa. "Kau telah berani melawan kami, dan kini kau menjadi tawanan kami. Bagaimana rasanya?"

Adipati Smaradhana menatap Jenghis Khan dengan mata penuh amarah. "Aku mungkin menjadi tawananmu, tapi semangatku tidak akan pernah kau tawan. Aku adalah prajurit Majapahit, dan kami akan terus berjuang melawan kalian."

Jenghis Khan tersenyum sinis. "Kita lihat saja seberapa lama semangatmu itu bertahan."

Hari demi hari, Adipati Smaradhana dipenjara di Mongolia. Kondisinya semakin memburuk, namun semangat juangnya tidak padam. Ia terus mencari cara untuk melarikan diri, berharap bisa kembali ke tanah airnya dan memberitahu Aksa dan Arka tentang apa yang terjadi.

Di sisi lain, Aksa dan Arka yang belum mengetahui nasib ayah mereka. Namun, suatu malam, Arka mendapat firasat yang kuat. Dalam mimpinya, ia melihat ayahnya, Adipati Smaradhana, sedang dalam keadaan terikat dan terluka di tempat yang asing.

"Arka, tolong aku," suara ayahnya terdengar dalam mimpi itu.

Arka terbangun dengan perasaan cemas. Ia segera memberitahu Aksa tentang mimpinya.

"Aksa, aku merasa ayah sedang dalam bahaya," kata Arka dengan penuh kekhawatiran.

Aksa menatap adiknya dengan serius. "Kita harus segera mencari informasi. Jika ayah dalam bahaya, kita tidak bisa tinggal diam."

Mereka memutuskan untuk pulang, untuk memastikan kondisi ayah dan ibu mereka. Setibanya di kadipaten Panggung, mereka terkejut  mendengar kabar tentang pertempuran melawan pasukan Mongolia dan penangkapan Adipati Smaradhana.

Dengan bantuan beberapa prajurit terpercaya dan informasi dari mata-mata kerajaan, Aksa dan Arka merancang rencana penyelamatan ayahanda.

Malam itu, dengan peralatan yang telah disiapkan, Aksa dan Arka memulai perjalanan menuju Mongolia. Mereka menyusup melalui jalur-jalur tersembunyi, menghindari patroli musuh.

Setelah sepekan perjalanan, mereka akhirnya tiba di Mongolia. Mereka berhasil menemukan tempat di mana Adipati Smaradhana ditawan. Melihat ayah mereka dalam keadaan yang mengenaskan, hati mereka terasa sakit, namun mereka tidak bisa membuang waktu.

Dengan gerakan cepat dan terkoordinasi, mereka menyerang penjaga dan berhasil membebaskan Adipati Smaradhana dari penjara. 

"Aksa,..Arka....," kata Adipati Smaradhana dengan suara lemah.

"Kita harus segera pergi dari sini, Ayah," kata Aksa sambil membantu ayahnya berdiri.

Dengan segala kekuatan, mereka melarikan diri dari penjara Mongolia. Pasukan musuh menyadari pelarian mereka dan mulai mengejar, namun dengan kecerdasannya,  Aksa dan Arka, mereka berhasil menghindari pengejaran dan kembali ke wilayah Majapahit.

https://bit.ly/KONGSIVolume1

IG:pulpen
IG:pulpen

IG:pulpen
IG:pulpen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun