Setelah berpamitan dengan warga Desa Tambaksari Kidul, Aksa dan Arka melanjutkan perjalanan mereka ke utara. Mereka berjalan melewati hutan dan perbukitan, menyusuri jalan setapak yang mengarah ke Desa Pejagan.
Setibanya di Desa Pejagan, suasana  tampak sepi dan ketakutan, rumah-rumah tertutup rapat, mereka menemukan sebuah gubuk yang dihuni oleh pasangan petani, Ki Dawut dan Nyi Haryani.
"Ayo, masuklah. Tidak aman di luar terlalu lama," ucap Ki Dawut dengan nada cemas.
Di dalam gubuk, Ki Dawut dan Nyi Haryani menceritakan kejadian mengerikan yang melanda desa mereka. Setiap malam, banyak warga yang tiba-tiba sakit parah dan pada pagi harinya mereka meninggal dunia tanpa diketahui penyebabnya.
Aksa dan Arka mendengarkan dengan seksama. Mereka sadar bahwa ini adalah tugas mereka untuk menghentikan pageblug .
"Kita harus menemukan cara untuk mengatasi pageblug di desa Pejagan ini," kata Aksa dengan tegas.
"Aku akan mencoba meminta bantuan dari Ibu Ratu Kidul. Beliau pasti tahu cara mengatasi pageblug ini," jawab Arka.
Arka duduk bersila dan mulai bermeditasi, memanggil Ibu Ratu Kidul, ibu angkatnya yang berkuasa di Laut Selatan. Suasana hening ketika Arka terhubung dengan Ibu Ratu Kidul melalui batinnya.
"Arka, anakku. Apa yang bisa Ibu bantu?" suara lembut Ibu Ratu Kidul terdengar di pikiran Arka.
"Ibu, Desa Pejagan sedang dilanda pageblug. Kami butuh petunjuk untuk mengatasi masalah ini," kata Arka.
Ibu Ratu Kidul menjelaskan bahwa ini ulah Nyi Cempluk yang mendapatkan kekuatan dari perjanjian dengan Raja Jin. Untuk mengalahkannya, mereka harus menghancurkan benda pusaka yang menjadi sumber kekuatannya, yaitu sebuah keris sakti benama kyai Loreng yang disimpan di sebuah gua buntet di dalam hutan Alas Pejagan.
"Anakku, kau harus mencari keris itu dan menghancurkannya. Hanya dengan begitu, kekuatan Nyi Cempluk akan lenyap dan pagebluk akan berakhir," ujar Ibu Ratu Kidul.
Arka mengucapkan terima kasih dan kembali dari meditasinya. Ia segera memberitahu Aksa tentang petunjuk yang didapat.
"Kita harus masuk ke hutan Alas Pejagan dan menemukan keris sakti itu," kata Arka.
Keesokan harinya, dengan persiapan yang matang, Aksa dan Arka berangkat menuju hutan Alas Pejagan. Mereka melewati pepohonan lebat dan jalan setapak yang penuh semak berduri. Namun, berkat keahlian dan kewaspadaan mereka, mereka berhasil menemukan gua yang dimaksud.
Di dalam gua, mereka disambut oleh hawa dingin yang menusuk dan suasana yang menakutkan. Di tengah gua, mereka melihat sebuah altar dengan keris sakti kyai Loreng yang bersinar di atasnya. Namun, sebelum mereka bisa mengambil keris itu, Nyi Cempluk dan pasukan jinnya muncul, menghadang mereka.
"Berani sekali kalian masuk ke wilayahku!" teriak Nyi Cempluk dengan suara menggelegar.
Aksa dan Arka segera bersiap menghadapi pertarungan. Dengan keberanian dan keterampilan mereka, mereka melawan pasukan jin yang mengelilingi mereka. Pertarungan berlangsung sengit, namun Aksa dan Arka tidak gentar.
Arka, dengan kekuatan spiritual yang ia dapatkan dari Ibu Ratu Kidul, berhasil memanggil energi alam untuk melawan jin-jin tersebut. Sementara itu, Aksa, dengan kecepatan dan kekuatan fisiknya, berhasil mengalahkan beberapa jin dengan pukulan dan tendangan yang tepat sasaran.
Melihat situasi yang semakin tidak menguntungkan, Nyi Cempluk mencoba menyerang Arka dengan sihirnya. Namun, Arka berhasil menghindar dan mendekati altar tempat keris sakti berada. Dengan satu gerakan cepat, Arka mengambil keris itu dan menghancurkannya dengan kekuatan yang diberikan oleh Ibu Ratu Kidul.
Teriakan kesakitan terdengar ketika keris itu hancur berkeping-keping. Nyi Cempluk dan para jinnya kehilangan kekuatannya dan mulai menghilang satu per satu. Dengan hilangnya kekuatan gaib yang mengikat mereka, pagebluk yang melanda Desa Pejagan pun berakhir.
Aksa dan Arka kembali ke desa dengan membawa kabar gembira. Warga desa menyambut mereka dengan sukacita dan rasa syukur yang mendalam. Ki Dawut dan Nyi Haryani memeluk mereka dengan haru.
"Kalian telah menyelamatkan kami dari bencana ini. Terima kasih, Aksa dan Arka," ucap Ki Dawut dengan mata berkaca-kaca.
"Kami hanya melakukan apa yang seharusnya. Kalian semua layak hidup dalam kedamaian," jawab Aksa dengan rendah hati.
Beberapa hari berikutnya, suasana di Desa Pejagan mulai pulih. Warga yang sebelumnya sakit kini sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa. Kematian yang misterius berhenti, dan desa kembali hidup dengan keceriaan.
Aksa dan Arka memastikan bahwa desa benar-benar aman sebelum mereka melanjutkan perjalanan. Mereka meninggalkan Desa Pejagan dengan hati yang lega, karena berhasil mengatasi pageblug di desa Pejagan Perjalanan mereka masih panjang, dan mereka siap menghadapi tantangan berikutnya dengan semangat dan keberanian yang tak tergoyahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H