"Aditya, pimpin pasukanmu masuk ke benteng Nambi. Kau harus mengalahkan Nambi dan mengakhiri pemberontakan ini," kata Gajah Mada.
Aditya menerima tugas itu dengan penuh tanggung jawab. Ia memimpin prajurit elitnya melalui jalur rahasia yang sulit ditempuh, menyerang benteng Nambi dari arah yang tidak terduga. Pertempuran berlangsung sengit, dengan kedua belah pihak menunjukkan keberanian luar biasa.
Dalam duel terakhir, Aditya berhadapan langsung dengan Nambi. Keduanya bertarung dengan semangat dan kekuatan penuh. Nambi, yang penuh dengan dendam dan ambisi, melancarkan serangan mematikan. Namun, Aditya, dengan keterampilan dan keteguhan hatinya, berhasil menghindari setiap serangan dan akhirnya menjatuhkan Nambi.
Dengan tertangkapnya Nambi, pemberontakan berakhir. Nambi akan diserahkan ke kerajaan untuk di adili. Pasukan Majapahit merayakan kemenangan mereka, namun Aditya tidak melupakan korban yang telah berjatuhan. "Kita telah memenangkan pertempuran ini, tetapi kita harus selalu menghargai perdamaian dan keadilan," katanya kepada prajuritnya.
Pasukan kembali ke istana, disambut oleh Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. "Engkau telah melakukan tugasmu dengan baik, Aditya. Kerajaan berutang budi padamu," ujar Raja Hayam Wuruk.
Setelah melaksanakan tugas Aditya segera kembali ke Desa Wuluh. Saat tiba, ia menemukan Ratih menunggunya dengan senyum dan air mata bahagia. "Kau kembali, Aditya. Aku tahu kau akan kembali."
Waktu berlalu, dan Aditya dan Ratih hidup bahagia bersama, membangun rumah tangganya Desa Wuluh. Keduanya tidak hanya dikenal sebagai pasangan yang penuh cinta, tetapi juga sebagai pahlawan yang selalu siap berjuang demi kebenaran dan keadilan.
Namun, cerita mereka tidak berakhir di sana. Kehidupan selalu membawa tantangan baru, dan mereka harus terus berjuang, tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk masa depan Kerajaan Majapahit yang mereka cintai. Dengan keberanian, cinta, dan kesetiaan, mereka menghadapi setiap ujian dengan teguh, menjadi teladan bagi generasi berikutnya.