Hans merasa berdebar-debar saat menunggu truk di tepi jalan, tas ranselnya tergantung di bahunya. Liburan sekolah Catur Wulan 1 tahun ini, dia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Bali. Meskipun seorang diri.
Hans menatap dengan gembira pemandangan dari bak truk yang berjalan santai. Bali, pulau dewata yabg indah, menjadi tujuannya untuk liburan sekolah Catur Wulan 1 kali ini. Meskipun perjalanan sendirian membuat semangat petualangannya membara.
Truk yang dia tumpangi melaju perlahan-lahan melintasi jalan berkelok-kelok yang berliku-liku. Sesekali, aroma tanah dan angin laut menyapanya melalui angina yang menampar mukanya. Di bak truk, Hans bersama 4 orang penumpang lainnya yang sibuk bercanda gurau, menciptakan suasana yang ramai dan hangat meski mereka semua adalah orang asing satu sama lain.
Namun, kegembiraan itu terhenti tiba-tiba saat truk tiba-tiba berhenti di tengah jalan yang sepi. Suasana yang riuh redam, digantikan oleh ketegangan yang mencekam. Sebuah geng kecil anak muda lokal, tampaknya tidak terlalu berpikir, mengepung truk. Wajah mereka dipenuhi dengan ancaman yang tak terucapkan.
Hans merasakan denyut panik di dadanya. Dia tidak pernah membayangkan bahwa petualangannya akan berubah menjadi situasi yang berbahaya seperti ini. Dia meraba ke dalam saku celananya, menemukan hanya sejumlah kecil uang yang cukup untuk membeli tiket pulang. Tanpa ragu, dia menyerahkan uang itu pada para penjahat itu, berharap itu cukup untuk membuat mereka pergi.
Namun, para penjahat itu tampak tidak puas. Mereka mulai mendorong dan mengancam penumpang lain, mencari lebih banyak uang dan barang berharga. Hans merasa hatinya berdegup kencang. Dia ingin untuk bertindak, untuk melindungi dirinya sendiri dan para penumpang lainnya.
"Diam!" teriak Hans dengan suara yang tidak terduga, suaranya bergetar tapi penuh dengan keberanian yang tumbuh di dalam dirinya. "Kami tidak memiliki lebih banyak uang. Kami hanya ingin melanjutkan perjalanan ."
Keberanian Hans memancing reaksi yang tidak terduga dari para penjahat itu. Salah satu dari mereka mulai mendekat dengan gerakan yang mengancam. Tapi sebelum mereka bisa melakukan apa pun, suara klakson mobil dari kejauhan mengalihkan perhatian mereka. Dengan cepat, mereka melarikan diri  meninggalkan truk.
Dengan napas yang terengah-engah, Hans melihat ke sekeliling. Dia merasa lega ketika menyadari bahwa semua orang dalam truk aman. Namun, ketegangan itu masih mengendap di udara, meninggalkan rasa ketidakpastian yang menggantung di sekeliling mereka.
Perjalanan dilanjutkan. Hans duduk di tempatnya dengan hati yang berdebar-debar, memikirkan apa yang baru saja terjadi. Dia bertanya-tanya apakah petualangan ini benar-benar sepadan dengan risiko yang telah dia ambil.
Tiba di Bali, Hans merasa lega melihat cahaya bulan purnama yang menyambutnya di dermaga. Dia menghirup udara segar laut dan merasakan debur ombak yang lembut. Namun, kejadian di jalan masih menghantuinya, mengingatkannya bahwa petualangan belum berakhir.
Hans menghabiskan hari-hari berikutnya menjelajahi pulau Bali dengan antusiasme yang belum padam. Dia merasakan keindahan alamnya, merasakan kesejukan udara dan air laut yang jernih di kakinya, dan merasakan kehangatan matahari tropis di kulitnya.
Namun, semakin hari, dompet Hans semakin tipis. Dia tidak menyadarinya bahwa uangnya hampir habis. Ketakutan mulai merayapi pikirannya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana cara dia bisa kembali ke rumah dengan uang tinggal Rp 20.000.
Hans merasa putus asa, Tapi dia tak ingin mengakui kekalahan, tapi dengan uang yang semakin menipis dan waktu liburan yang segera habis, dia mulai merasa terjebak dalam situasi yang sangat sulit ini.
Tengah hari sinar matahari makin menyengati, perutnya yang kosong mulai berteriak, Hans berjalan di sepanjang jalan-jalan yang dipenuhi para pelancong dan turis, mencari makanan yang terjangkau. Tapi toko-toko dan restoran disana harganya mahal-mahal.
Dipinggir bantai kuta dekat pos polisi, hans melihat gerombolan orang, hans mendekat dan melihat  seorang wanita paruh baya membagi bagi snack, Hans ikut mengantri lumayan buat ganjal perut pikirnya.
Dengan perut yang sudah terisi, Hans merenungkan semua pengalaman yang telah dia alami selama petualangannya di Bali. Meskipun dipenuhi dengan tantangan dan kesulitan, dia juga menemukan kebaikan dan kekuatan di dalam dirinya yang belum pernah dia sadari sebelumnya.
Pada hari kelima, ketika truk membawanya kembali ke rumah, Hans merasa berat hati meninggalkan Bali. Meskipun petualangannya penuh dengan kesulitan, dia tahu bahwa dia akan membawa pulang lebih dari sekadar kenangan. Dia telah memperoleh pengalaman hidup yang tak ternilai harganya, dan dia telah belajar bahwa di tengah cobaan, kebaikan dan kekuatan bisa ditemukan di tempat-tempat yang paling tidak terduga.
Dengan hati yang penuh rasa syukur dan semangat petualangan yang belum padam, Hans meninggalkan Bali, memulai perjalanan pulang ke rumah dengan pikiran yang dipenuhi oleh kenangan yang tak terlupakan dan kebijaksanaan yang baru ditemukan. Dan meskipun petualangannya di pulau itu telah berakhir, dia tahu bahwa cerita hidupnya baru saja dimulai.
semarang, 1984
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H