Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kehilangan yang Menguatkan

27 Juni 2024   11:38 Diperbarui: 27 Juni 2024   12:42 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari pameran, banyak siswa dan guru yang terpukau dengan karya-karya Maya. Mereka memuji keindahan dan kedalaman makna dari setiap lukisan. Bahkan, seorang kolektor seni terkenal yang kebetulan hadir di pameran tersebut tertarik untuk membeli salah satu lukisan Maya.

Namun, Maya menolak tawaran itu. Baginya, lukisan-lukisan itu memiliki nilai sentimental yang tak ternilai dengan uang. Dia ingin menyimpannya sebagai kenangan dan penghormatan untuk ayahnya. Kolektor seni itu pun mengerti dan memberikan apresiasi tinggi kepada Maya atas karyanya.

Selain pameran seni, Maya juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial di sekolah. Dia menjadi lebih aktif dalam organisasi dan sering membantu teman-temannya yang membutuhkan. Dukungan dari Andi selalu ada di setiap langkahnya, membuat Maya semakin yakin bahwa dia bisa melakukan apa pun yang dia inginkan.

Pada suatu sore yang tenang, Maya dan Andi duduk di taman sekolah, menikmati pemandangan matahari terbenam. Mereka berbicara tentang masa depan dan impian mereka. Maya bercerita bahwa dia ingin menjadi seorang pelukis profesional seperti ayahnya, sementara Andi bercita-cita menjadi seorang arsitek.

"Maya, aku yakin kamu akan menjadi pelukis yang hebat. Kamu punya bakat dan semangat yang luar biasa," kata Andi dengan penuh keyakinan.

"Terima kasih, Andi. Aku juga yakin kamu akan menjadi arsitek yang sukses. Kamu selalu punya ide-ide brilian dan kemampuan untuk mewujudkannya," jawab Maya sambil tersenyum.

Mereka berdua saling menatap dan tersenyum, merasa yakin bahwa persahabatan dan dukungan satu sama lain akan membawa mereka mencapai impian mereka.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Maya dan Andi terus berusaha keras untuk meraih impian mereka. Dukungan dari keluarga, teman-teman, dan kenangan akan ayah Maya selalu menjadi sumber kekuatan mereka. Mereka belajar bahwa kehilangan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan baru yang penuh dengan tantangan dan kebahagiaan.

Di kemudian hari, Maya berhasil masuk ke sebuah akademi seni terkenal di Jakarta. Dia terus mengasah bakat melukisnya dan mengadakan berbagai pameran seni yang mendapat pengakuan luas. Lukisan-lukisannya tidak hanya indah, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan inspiratif yang menggugah hati banyak orang.

Andi pun berhasil meraih impiannya menjadi arsitek. Dia bekerja di sebuah firma arsitektur ternama dan terlibat dalam berbagai proyek besar yang memperindah kota-kota di Indonesia. Mereka berdua selalu menjaga persahabatan mereka dan sering berkolaborasi dalam proyek-proyek pemerintah maupun swasta.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun