Pada suatu hari di Kota Bandung, hiduplah seorang gadis remaja bernama Maya. Maya berusia enam belas tahun dan sedang menempuh pendidikan di salah satu SMA favorit di kotanya. Dia dikenal sebagai gadis yang cerdas dan ramah, namun sejak kematian ayahnya satu tahun yang lalu, dia menjadi lebih pendiam dan tertutup.
Maya sangat merindukan ayahnya. Ayahnya adalah seorang pelukis terkenal yang selalu mengajaknya berpetualang ke berbagai tempat untuk mencari inspirasi. Setiap kali mereka pergi, ayahnya selalu menceritakan kisah-kisah menakjubkan tentang kehidupan, seni, dan kebahagiaan. Kini, Maya hanya bisa mengenang cerita-cerita itu sambil memandangi lukisan-lukisan ayahnya yang menghiasi dinding rumah mereka.
Suatu hari, saat Maya sedang merapikan kamar ayahnya yang sudah lama tak tersentuh, dia menemukan sebuah jurnal tua yang tertutup debu di dalam laci meja. Jurnal itu adalah milik ayahnya. Dengan hati-hati, Maya membuka halaman pertama dan menemukan sebuah catatan yang ditulis dengan tulisan tangan ayahnya yang khas:
"Untuk putriku tersayang, Maya. Jika kau membaca ini, berarti kau sudah cukup dewasa untuk memahami isi hati ayah. Jurnal ini berisi perjalanan hidup ayah, inspirasi dari setiap lukisan, dan pesan-pesan penting yang ingin ayah sampaikan padamu."
Mata Maya berkaca-kaca. Dia memutuskan untuk membaca jurnal itu lebih lanjut. Halaman demi halaman, dia menemukan kisah-kisah inspiratif yang tak pernah diceritakan ayahnya secara langsung. Setiap cerita mengajarkannya tentang keberanian, ketekunan, dan keindahan hidup.
Di antara catatan-catatan itu, Maya menemukan satu halaman yang menarik perhatiannya. Halaman itu berisi sebuah peta dengan tanda silang di suatu tempat yang cukup jauh dari Kota Bandung. Di bawah peta itu tertulis pesan singkat: "Temukan harta karun ini, dan kau akan mengerti makna sejati dari petualangan kita."
Maya merasa penasaran dan tertantang. Dengan semangat baru, dia memutuskan untuk mengikuti petunjuk di peta itu. Setelah meminta izin ibunya dan menjelaskan tentang jurnal ayahnya, ibunya mengizinkan Maya pergi dengan syarat dia harus ditemani sahabat baiknya, Andi, yang sudah seperti kakak bagi Maya.
Andi adalah teman sekelas Maya yang selalu mendukungnya sejak kematian ayahnya. Dia adalah seorang pemuda yang ceria dan penuh semangat, sangat bertolak belakang dengan Maya yang pendiam. Namun, perbedaan itulah yang membuat persahabatan mereka semakin erat.
Perjalanan mereka dimulai pada pagi yang cerah. Mereka berdua menyiapkan perbekalan dan perlengkapan yang cukup untuk perjalanan beberapa hari. Dengan motor Andi, mereka melaju menuju tempat yang ditandai di peta.
Perjalanan mereka tidaklah mudah. Mereka harus melewati jalanan berbatu, mendaki bukit, dan menyeberangi sungai kecil. Namun, setiap rintangan yang mereka hadapi justru membuat mereka semakin dekat dan saling menguatkan.