Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Antara Cinta dan Dendam

26 Juni 2024   05:26 Diperbarui: 26 Juni 2024   09:25 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kota kecil yang terletak di tepi pantai, hiduplah seorang gadis bernama Amara. Amara dikenal oleh semua orang karena kecantikannya yang menawan dan senyumnya yang manis. Seorang pelukis dan mempunyai  galeri seni yang dikelola bersama keluarga. Hidupnya tampak sempurna, namun di balik senyumnya dan keceriaannya, tersimpan  sebuah rahasia yang kelam.

Pagi itu, ketika matahari mulai terbenam, Amara bertemu dengan seorang pemuda bernama Bima. Bima adalah seorang musisi yang baru saja pindah ke kota tersebut. Pertemuan mereka terjadi di pantai, tempat Amara sering mencari inspirasi untuk lukisannya. Saat itu, Bima sedang memainkan gitar di bawah pohon kelapa, menciptakan melodi yang indah yang menarik perhatian Amara.

"Permainan gitarmu sangat indah sekali ," kata Amara mendekati Bima.

Bima tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya yang dalam. "Terima kasih. ."

Dari pertemuan itu, Amara dan Bima mulai sering bertemu. Mereka berbagi cerita, tawa, dan impian. Amara merasa nyaman bersama Bima, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Hubungan mereka berkembang dengan cepat, dan tidak butuh waktu lama bagi keduanya untuk jatuh cinta.

Namun, di balik semua kebahagiaan itu, Amara menyimpan sebuah rahasia besar. Rahasia yang dia jaga rapat-rapat, dari Bima. Amara pernah menjalani hubungan dengan seorang pria bernama Rangga. Hubungan itu berakhir dengan tragis ketika Rangga ditemukan tewas di sebuah kecelakaan mobil. Menurut banyak orang, hal itu terjadi karena Amara membiarkan Rangga mengemudi saat mabok.

Amara merasa bersalah atas kejadian itu, meskipun polisi menyatakan bahwa itu kecelakaan murni. Sejak saat itu, Amara dendam pada dirinya sendiri dan berjanji untuk tidak pernah membuka hatinya lagi. Namun, kehadiran Bima mengubah segalanya.

Di sisi lain, Bima juga menyimpan rahasia. Dia sebenarnya datang ke kota itu bukan untuk mencari inspirasi, tapi karena dendam untuk dapat menemukan jawaban penyebab kematian kakaknya, Rangga. Bima telah menyelidiki kejadian tersebut selama bertahun-tahun, dan akhirnya menemukan bahwa Amara adalah orang terakhir yang bersama kakaknya sebelum kecelakaan itu terjadi.

Mengenal Amara membuat Bima jatuh cinta dan tidak bisa mengabaikan perasaannya, meskipun dia tahu ada kebenaran yang harus dia cari. Setiap kali bersama Amara, hatinya berperang antara cinta dan dendam. Dia tahu bahwa dia harus mengetahui kebenaran dari Amara, tapi dia takut Amara mengetahui tujuan sebenarnya dari Bima dan akan kehilangan gadis yang mulai dia cintai.

Suatu malam, ketika mereka duduk di pantai yang diterangi cahaya bulan, Bima akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Amara, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan," kata Bima dengan suara bergetar.

"Apa itu, Bima?" tanya Amara, menatapnya dengan mata penuh cinta.

"Kamu pernah kenal seseorang bernama Rangga?" Bima menatap dalam-dalam mata Amara, mencari tanda-tanda kebohongan.

Amara terdiam, wajahnya pucat. "Kenapa kamu bertanya tentang Rangga?" tanyanya dengan suara berbisik.

"Karena dia adalah kakakku," jawab Bima. "Dan aku datang ke sini untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu."

Amara menarik napas dalam-dalam, air matanya mulai mengalir. "Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu, Bima. Aku tidak tahu bahwa kamu adalah adik Rangga."

"Katakan padaku yang sebenarnya, Amara," desak Bima. "Apa yang terjadi malam itu?"

Dengan suara bergetar, Amara mulai menceritakan kejadian tragis malam itu. "Malam itu, kami bertengkar hebat. Rangga sedang mabuk dan dia memaksa untuk mengemudi. Aku mencoba menghentikannya, tapi dia tidak mendengarkan. Aku merasa sangat bersalah, itu semua salahku."

Bima terdiam, hatinya bergejolak. Dia bisa merasakan kebenaran yang tulus dalam kata-kata Amara, tapi rasa dendamnya masih belum hilang. "Jadi, kamu tidak bersalah?" tanyanya, meskipun dia sudah tahu jawabannya.

Amara menggeleng, air mata mengalir deras di pipinya. "Aku tidak tahu,  aku hanya tahu bahwa aku sangat mencintai Rangga dan aku tidak bisa menghentikannya. Aku mencoba sekuat tenaga, tapi dia tetap keras kepala."

Melihat tangis dan air mata kesedihan Amara, hati Bima mulai luluh. Dia menyadari bahwa Amara juga korban dalam kejadian ini. Cintanya terhadap Amara semakin kuat, dan dia tahu bahwa dia harus memaafkan dan melupakan masa lalu.

Bima mendekat dan memeluk Amara erat. "Aku percaya padamu, Amara. Dan aku mencintaimu. Mungkin kita bisa meninggalkan masa lalu dan memulai hidup baru bersama."

Amara terisak dalam pelukan Bima, merasa beban berat yang selama ini menghantui hidupnya perlahan menghilang. "Terima kasih, Bim... "

Mereka berdua berdiri di pantai, memandang laut yang tenang, merasakan kebahagiaan dan kelapangan hati lepas dari jerat masa lalu yang dipenuhi dengan kesedihan dan rasa bersalah, mereka bertekad untuk membangun masa depan yang lebih cerah bersama.

Namun, hidup tidak selalu berjalan sesuai rencana. Sebuah surat tak terduga datang ke galeri seni milik Amara beberapa minggu kemudian. Surat itu dari seorang detektif swasta yang dipekerjakan oleh keluarga Rangga untuk menyelidiki kematiannya.

Amara membaca surat itu dengan gemetar. Di dalamnya, terungkap bahwa kecelakaan Rangga bukanlah murni kecelakaan, melainkan ada unsur sabotase dari pihak yang ingin menghancurkan keluarga mereka. Bukti-bukti menunjukkan bahwa rem mobil Rangga sengaja dirusak.

Bima yang mengetahui isi surat itu merasa hancur. Dia merasa gagal melindungi kakaknya dan juga Amara. Namun, dia tahu bahwa dia harus kuat untuk menemukan pelaku sebenarnya dan memastikan keadilan bagi kakaknya.

Amara dan Bima kemudian bekerja sama dengan detektif tersebut untuk mengungkap kebenaran. Mereka menemukan bahwa ada pesaing bisnis keluarga Rangga yang merasa terancam dengan keberhasilan mereka. Orang itulah yang merencanakan sabotase tersebut.

Setelah berbulan-bulan penyelidikan, akhirnya pelaku utama ditangkap dan diadili. Keluarga Rangga mendapatkan keadilan yang mereka cari, dan Bima merasa bebannya sedikit terangkat.

Namun, trauma masa lalu tetap membekas. Amara dan Bima memutuskan untuk meninggalkan kota kecil mereka dan memulai hidup baru di tempat lain. Mereka memilih untuk tinggal di sebuah desa yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota dan kenangan buruk masa lalu.

Di desa baru mereka, Amara membuka galeri seni kecil sementara Bima terus berkarya sebagai musisi. Mereka hidup sederhana, tapi bahagia. Setiap hari mereka berusaha untuk saling mendukung dan mencintai, mengatasi luka masa lalu dengan kekuatan cinta mereka.

Meskipun perjalanan mereka penuh dengan rintangan dan cobaan, Amara dan Bima belajar bahwa cinta sejati mampu menyembuhkan luka terdalam sekalipun. Mereka berjanji untuk selalu jujur satu sama lain, tanpa ada lagi dusta yang memisahkan.

Di tengah kehidupan mereka yang sederhana, mereka menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang selama ini mereka cari. Dan meskipun masa lalu mereka penuh dengan kesedihan, mereka percaya bahwa masa depan mereka akan dipenuhi dengan kebahagiaan cinta yang abadi.

Bandung, 1993

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun