Mohon tunggu...
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI
INASTIANING DYAS DAHANA PUTRI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis yang berfikir Obyektif dan realitis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Berdarah

25 Juni 2024   19:28 Diperbarui: 25 Juni 2024   19:35 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arman menghela napas panjang. "Maria, ada sesuatu yang harus kamu ketahui. Aku terlibat dalam sesuatu yang berbahaya. Ada orang-orang yang ingin membunuhku."

Maria terkejut mendengar pengakuan itu. "Apa maksudmu? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Arman menjelaskan bahwa ia terlibat dalam sebuah kelompok rahasia yang berurusan dengan hal-hal gelap. Mereka mengejar kekuasaan dan uang tanpa memperhatikan siapa yang mereka sakiti. Arman pernah menjadi bagian dari mereka, tapi ia ingin keluar dan memulai hidup baru bersama Maria. Namun, kelompok itu tidak membiarkannya pergi begitu saja. Mereka mengirim orang-orang untuk menghabisinya.

Maria merasakan ketakutan yang mendalam, tapi juga tekad yang kuat. "Arman, kita harus pergi dari sini. Kita harus menemukan tempat yang aman."

Arman mengangguk. "Aku sudah memikirkan hal itu. Kita harus meninggalkan kota ini malam ini. Aku tahu tempat di mana kita bisa bersembunyi."

Malam itu, dengan perasaan cemas dan hati yang berat, Maria dan Arman meninggalkan rumah mereka. Mereka berjalan dalam kegelapan, menyusuri jalan-jalan sepi dan hutan yang lebat. Maria tidak tahu ke mana mereka pergi, tapi ia mempercayai Arman sepenuhnya.

Setelah berjam-jam berjalan, mereka sampai di sebuah pondok kecil yang tersembunyi di dalam hutan. Arman membuka pintu dan mempersilakan Maria masuk. Pondok itu sederhana, tapi cukup nyaman untuk mereka berdua. Arman menyalakan perapian dan menghangatkan ruangan.

"Kita akan aman di sini untuk sementara waktu," kata Arman sambil memeluk Maria.

Hari-hari berlalu dengan cepat di pondok itu. Arman dan Maria mulai merasa lebih tenang, meski ancaman dari masa lalu Arman masih menggantung di atas mereka. Mereka berusaha menikmati waktu bersama, memasak, berjalan-jalan di hutan, dan saling menguatkan.

Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Suatu malam, ketika Maria sedang memasak makan malam, Arman tiba-tiba berdiri di dekat jendela dengan wajah pucat. "Maria, kita harus pergi sekarang juga. Mereka menemukan kita."

Maria merasa darahnya membeku. Tanpa berpikir panjang, ia segera berlari keluar bersama Arman. Mereka berlari menembus kegelapan hutan, mendengar suara-suara langkah kaki dan teriakan yang mendekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun