Di perempatan jalan Tipar, ada sebuah warteg terkenal bernama "Warteg Wareg". Warteg ini bukan hanya terkenal karena masakannya yang lezat, tetapi juga karena menjadi tempat bertemunya berbagai cerita dan kisah cinta. Salah satunya adalah kisah Huning dan Aksa.
Huning adalah seorang gadis ceria yang bekerja sebagai guru TK. Setiap hari, seusai mengajar, ia selalu mampir ke Warteg Wareg untuk makan siang. Warteg ini adalah tempat favoritnya karena selain masakannya yang enak, pemiliknya, Ibu Haryati, sangat ramah dan penuh canda.
Di sisi lain, ada Aksa, seorang pria canggung tapi baik hati yang bekerja sebagai teknisi komputer. Setiap kali Aksa ke Warteg Wareg, ia selalu merasa grogi. Bukan karena makanan atau suasana warteg, tetapi karena Huning. Ya, Aksa diam-diam menyukai Huning sejak pertama kali melihat senyum manisnya saat ia sedang menikmati seporsi nasi kikil.
Suatu hari, saat Huning sedang makan siang seperti biasa, tiba-tiba Aksa datang dan duduk di meja sebelahnya. Huning yang selalu ceria menyapanya, "Hai, Aksa! Apa kabar? Lama nggak lihat kamu di sini."
Aksa yang langsung grogi dan berkeringat dingin hanya bisa tersenyum kikuk, "H-hi, Huning. I-iya, aku sibuk di bengkel."
Huning tertawa kecil melihat Aksa yang selalu saja canggung. "Jangan tegang begitu, santai saja. Makan dulu, biar lebih rileks."
Aksa mengangguk, berusaha tenang. Tapi entah kenapa, setiap kali ia mencoba memulai percakapan, ia selalu kehabisan kata-kata. Akhirnya, dalam kepanikan, ia tanpa sadar mengatakan sesuatu yang sangat konyol, "Huning, kamu tahu nggak? Aku pernah baca artikel, katanya kalau kita makan tempe bareng, kita bisa jadi soulmate!"
Huning yang sedang minum teh langsung terbatuk karena menahan tawa. Ia tak menyangka Aksa bisa mengeluarkan pernyataan sekonyol itu. "Beneran, kamu percaya begituan?"
Aksa yang sudah keburu malu hanya bisa menggaruk-garuk kepala, "Eh, iya... nggak juga sih. Cuma, ya... siapa tahu?"
Huning tertawa lagi. "Kamu ini ada-ada saja. Tapi kalau kamu mau, kita coba saja makan tempe bareng. Siapa tahu memang beneran jadi soulmate!"
Aksa yang awalnya grogi, kini merasa sedikit lega. Mereka pun akhirnya makan tempe bareng sambil terus berbincang. Meski percakapan mereka banyak diisi oleh kekonyolan Aksa, Huning merasa senang. Ia mulai melihat sisi lain dari Aksa yang lucu dan menggemaskan.
Hari demi hari berlalu, Huning dan Aksa semakin sering bertemu di Warteg Murni. Mereka berbagi cerita, canda, dan tawa. Aksa pun semakin berani untuk menunjukkan perasaannya. Suatu hari, di tempat yang sudah menjadi saksi pertemuan mereka, Aksa memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.
"Huning, aku tahu ini mungkin terdengar konyol. Tapi, aku suka sama kamu sejak kita makan tempe bareng. Mau nggak kamu jadi pacarku?"
Huning tersenyum lebar, hatinya berdebar-debar. "Sa.., kamu ini memang konyol, tapi aku juga suka sama kamu. Jadi, iya, aku mau jadi pacarmu."
Mereka pun tertawa bersama, merayakan awal baru dalam hubungan mereka di Warteg Wareg. Warteg yang tadinya hanya tempat makan biasa, kini menjadi saksi cinta dua hati yang bertemu dalam kekonyolan dan kehangatan.
Dan sejak hari itu, Warteg Wareg bukan hanya dikenal karena masakannya yang lezat, tetapi juga sebagai tempat di mana cinta yang sederhana dan lucu bisa tumbuh dan berkembang.
jakarta, 2024