Aksa yang awalnya grogi, kini merasa sedikit lega. Mereka pun akhirnya makan tempe bareng sambil terus berbincang. Meski percakapan mereka banyak diisi oleh kekonyolan Aksa, Huning merasa senang. Ia mulai melihat sisi lain dari Aksa yang lucu dan menggemaskan.
Hari demi hari berlalu, Huning dan Aksa semakin sering bertemu di Warteg Murni. Mereka berbagi cerita, canda, dan tawa. Aksa pun semakin berani untuk menunjukkan perasaannya. Suatu hari, di tempat yang sudah menjadi saksi pertemuan mereka, Aksa memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.
"Huning, aku tahu ini mungkin terdengar konyol. Tapi, aku suka sama kamu sejak kita makan tempe bareng. Mau nggak kamu jadi pacarku?"
Huning tersenyum lebar, hatinya berdebar-debar. "Sa.., kamu ini memang konyol, tapi aku juga suka sama kamu. Jadi, iya, aku mau jadi pacarmu."
Mereka pun tertawa bersama, merayakan awal baru dalam hubungan mereka di Warteg Wareg. Warteg yang tadinya hanya tempat makan biasa, kini menjadi saksi cinta dua hati yang bertemu dalam kekonyolan dan kehangatan.
Dan sejak hari itu, Warteg Wareg bukan hanya dikenal karena masakannya yang lezat, tetapi juga sebagai tempat di mana cinta yang sederhana dan lucu bisa tumbuh dan berkembang.
jakarta, 2024