1.   Hadapkan tangan kiri dengan tangan kanan; jempol kiri menghadap jempol kanan; dan seterusnya.
2.   Lipat jari tengah sehingga keduanya saling memunggungi.
3.   Pisahkan jari jempol kiri dan kanan, lalu kemudian kembalikan pada posisi semula.
4.   Pisahkan jari telunjuk kiri dan kanan, lalu kemudian kembalikan pada posisi semula.
5.   Pisahkan jari kelingking kiri dan kanan, lalu kemudian kembalikan pada posisi semula.
6.   Pisahkan jari manis kiri dan kanan, lalu kemudian kembalikan pada posisi semula jika keduanya benar-benar bisa terpisah.
Simulasi ini sesungguhnya memiliki makna yang sangat dalam mengenai hubungan antarmanusia. Saat jari-jari jempol dipisahkan, keduanya dapat terpisah karena begitulah adanya orangtua kita. Keduanya tidak akan selalu ada selamanya. Cepat atau lambat, keduanya akan meninggalkan kita.
Saat kedua telunjuk dipisahkan, keduanya juga dapat terpisah dengan mudah. Begitupun dengan saudara-saudara yang kita miliki. Mereka pada akhirnya akan menjalani pilihan hidup mereka bersama keluarga barunya. Pun dengan jari-jari kelingking. Keduanya akan terbuka dengan mudah saat dipisahkan karena sesungguhnya anak-anak kita akan senantiasa bertumbuh secara fisik, psikis, dan spiritualnya. Pada suatu hari, mereka pun akan membuat sebuah pilihan dalam memilih pasangan hidup. Dan pada akhirnya, mereka pun memiliki ruang tersendiri untuk keluarga baru mereka.
Nah, yang terakhir ini sungguh mengejutkan. Betapapun kuatnya Anda berusaha, tampaknya memisahkan jari manis kiri dari jari manis kanan---tanpa menggerakkan jari-jari tengah yang saling memunggungi---bukanlah pekerjaan yang mudah. Begitulah seharusnya pasangan hidup dalam mempertahankan komitmen yang sudah dibuat. Sesungguhnya keduanya diciptakan untuk hidup bersama sepanjang usia. Oleh karena itulah mengapa cincin kawin disematkan pada jari manis.
Masih penasaran dengan enaknya menikah? Memang seharusnya demikian. Apa jadinya jika seorang lajang tidak lagi berminat untuk menikah. Apa kata dunia nantinya? Jika saat ini hanya dapat mengetahui nikmat dan hikmah menikah dari keterangan para ahli dan orang-orang yang sudah berpengalaman, tidak ada ruginya kalau Anda tetap bersabar dan terus berusaha mewujudkannya. Walaupun saat ini Anda baru bisa merasakan sebatas ‘katanya’ dan ‘katanya’, sejurus kemudian bisa jadi Anda sendirilah yang akan membagikan rasa itu yang sesungguhnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI