Sejak infeksi kasus pertama COVID-19 secara resmi diumumkan Presiden Joko Widodo, 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo menetapkan COVID-19 sebagai bencana wabah nasional, pada 14 Maret 2020. Penetapan ini diikuti dengan sejumlah kebijakan, antara lain adanya himbauan untuk menjaga jarak aman pada setiap orang di berbagai tempat yang disebut physical distancing. Sampai diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kebijakan alokasi keuangan untuk menangani wabah maupun untuk mengurangi dampak sosial-ekonomi COVID-19.
Hingga saat ini, terhitung 7 Mei 2020 jumlah pasien korona mencapai 12.776 Positif, 930 Meninggal & 2.381 Sembuh[i]. Insiden ini merupakan peristiwa yang menyedihkan yang menimpa bangsa Indonesia. Meskipun bangsa Indonesia telah diserang pandemi ini tetapi mari kita optimis kedepannya bangsa Indoensia akan lebih baik setelah berakhirnya pandemi ini dan juga tidak lupa harus ada evaluasi bagi kinerja pemerintah dalam menangani pandemi ini, meskipun yang dapat saya lihat kinerja pemerintah pusat sangat buruk, berbeda dengan pemerintah daerah. Ditengah pandemi ini yang terus memuncak, apakah peran perempuan dan juga lingkungan hidup penting atau tidak?, mari kita ulas. Keterkaitan perempuan dengan lingkungan hidup merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, karena perempuan yang dapat mempengaruhi gaya hidup keluarga dan juga masyarakat. Disisi lain, timbul pertanyaan apakah peran perempuan sudah terlihat di tengah pandemi COVID 19?.
Dalam konteks COVID 19 sendiri peran perempuan dalam kesehatan keluarga adalah ibarat cermin dalam sosial budaya ketimuran seperti di Indonesia. Oleh karena itu, dalam penanganan wabah penyakit seperti COVID-19 yang saat ini merebak tampaknya hal ini perlu lebih diperhatikan. Seperti yang kita ketahui bahwa informasi terkait update virus korona dapat dilihat pada website resmi Gugus Tugas Penanganan COVID-19 https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/.
Jika dilihat secara seksama data yang disampaikan belum begitu rinci, masih tidak ada data yang menyajikan proporsi perempuan dan laki laki yang terinfeksi COVID 19. Berapa persen perempuan atau laki2 yang terkena? atau berapa jumlah perempuan dan laki2 yang sembuh?. timbul juga pertanyaan lain “apakah perempuan lebih rentan terjangkit virus daripada laki2 ?". Informasi seperti itu sangatlah penting sebagai langkah antisipasi dan strategi penanganan pasien, maupun dampak lanjutan lainnya.
Oleh sebab itu, diperlukan adanya data terpilah yang disajikan pemerintah terkait jumlah laki2 maupun perempuan ayng terinfeksi COVID 19, adanya proporsi perempuan dan laki2 ayng telah mengikuti tes kesehatan terkait COVID 19 dan lain lain. Hal ini penting karena dalam penanganan epidemi COVID 19 kita juga perlu menganalisis dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan hingga ke level rumah tangga. Sterotip laki laki dinilai lebih kuat dari perempuan dalam menghadapi pandemi ini bisa saja menjebak kita dalam penanganan COVID 19. Kita bisa ambil contoh kasus di AS.
Menurut data yang disajikan pada website white house AS, menunjukkan bahwa dari sekitar 1,5 juta tes yang dilakukan di AS menunjukkan bahwa mayoritas orang yang diuji atau mengikui tes sebanyak 56% adalah wanita. Sebesar 16% dari wanita tersebut dinyatakan positif virus. Sebaliknya, hanya 44% dari tes dilakukan pada pria dan 23% dari mereka dinyatakan positif.[ii]
Menurut hasil penelitian yang meneliti perkembangan COVID 19 di China menjelaskan bahwa 44.672 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, menemukan bahwa tingkat kematian untuk pria adalah 2,8% sedangkan untuk wanita hanya 1,7%.[iii] Selanjutnya ada sebuah penelitian di AS yang menunjukkan bahwa orang-orang yang dirawat di rumah sakit di AS untuk COVID-19 pada bulan Maret menemukan bahwa laki-laki secara proporsional lebih mudah terkena COVID-19 dibanding perempuan.[iv] Penelitian tersbut menyebutkan bahwa angka kematian di Rumah Sakit, jumlah pasien laki-laki yang meninggal lebih banyak dibanding perempuan.[v]
 Merujuk dari berbagai data penelitian diluar menunjukkan bahwa laki laki lebih rentan terkena infeksi COVID 19 daripada perempuan. Data data tersebut bisa menjadi rujukan untuk bahan analisis dalam pencegahan dan penanganan dampak COVID 19 di Indonesia. Apabila jika diteliti memang benar laki laki lebih beresiko terkena virus COVID 19 di Indonesia, strategi yang tepat untuk dikembangkan ialah mendorong peran perempuan dalam aspek sosialisasi di level keluarga, serta aspek pengelolaan limbah masker maupun limbah infeksius lainnya untuk diolah menjadi alat pelindung COVID, seperti Masker dan APD.
 Dalam sehari hari peran perempuan cenderung lebih dekat dengan lingkungan, seperti penyiapan makanan dirumah, pengelolaan sampah rumah tangga, pengelolaan air bersih, merawat tanaman dan pembibitan pohon, dan lain2. Sehingga dapat dinilai perempuan memiliki peran yang tepat apabila diikut andilkan dalam pencegahan dan penanganan COVID 19.
 Dalam pencegahan dan penanganan COVID 19 ini kita dapat mengikut sertakan kaum perempuan untuk ikut andil membantu pencegahan dengan cara Pengarusutamaan Gender. Pengarusutamaan Gender sendiri merupakan suatu strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional, termasuk dalam pengelolaan lingkungan hidup dan penanganan COVID 2019.[vi] Contoh, mengajak ibu ibu PKK untuk mensosialisasikan tentang pencegahan virus korona kepada masyarakat sekitar dan ikut andil mensosialisasikan terkait peraturan PSBB pada lingkungan tempat tinggal, apabila aturan PSBB diberlakukan di wilayahnya.
 Apabila kesetaraan Gender diterapkan dengan baik, maka manfaat bagi masyarakat luas akan besar, tidak melihat manfaat untuk kaum laki2 maupun perempuan melainkan bagi seluruh lapisan masyarakat. Peran perempuan yang begitu dekat dengan keadaan lingkungan dinilai tepat untuk diikutsertakan dalam pencegahan dan penaganan pandemi COVID 19 yang sedang melanda Indonesia. Pembangun lingkungan hidup dan Kesehatan masyarakat yang responsif Gender, tidak hanya mendorong peran perempuan, namun juga menekankan perubahan cara berpikir bagi setiap orang agar mau dan mampu untuk berbagi ruang akses kelola, ruang ilmu, ruang kebijakan, ruang implementasi dan ruang manfaat, baik laki-laki maupun perempuan, yang semuanya itu pada intinya bermuara pada kecerdasan dan kesejahteraan bangsa.
 Dan untuk yang terakhir semoga bangsa Indonesia dapat melalui pandemi COVID 19 ini dengan tabah. Tidak lupa juga peran pemerintah dan juga masyarakat Indonesia harus bisa bekerjasama dalam menghadapi pandemi ini sehingga akan terciptanya bangsa yang sejahtera dan juga kuat. Hal itu merupakan poin penting untuk kesejahteraan bangsa kita, bangsa Indonesia kedepannya.
 STOP KETIDAKADILAN GENDER, SALAM KESETARAAN GENDER.
referensi
[i] https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/.
[ii] https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/
[iii] (China CDC Weekly  > 2020, 2(8): 113-122)
[iv] https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/69
[vi] https://id.wikipedia.org/wiki/Pengarusutamaan_gender
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H