Mohon tunggu...
Inas ImtiyazFH
Inas ImtiyazFH Mohon Tunggu... Mahasiswa - :)

Sukanya nonton drama, tapi lagi coba nulis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Elektabilitas Partai Politik Menjelang Pemilu 2024

20 Desember 2021   18:15 Diperbarui: 20 Desember 2021   18:22 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada pemilu tahun 2019 silam, terdapat lima partai yang tergolong sebagai partai politik papan atas. Lima partai tersebut yakni, Gerindra, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Golkar, Demokrat, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Pada survei pertanyaan tertutup, PDIP memperoleh 24,8 persen, Gerindra 12,4 persen, Golkar 8,8 persen, PKB 6,2 persen, dan Demokrat 7,8 persen.

Menjelang pemilu 2024, terdapat perubahan elektabilitas partai yang signifikan. Berpacu pada survei yang dilakukan pada 24 Agustus-3 September 2021, PDI Perjuangan tetap berada diurutan teratas dengan elektabilitas sebesar 18,4 persen kemudian Partai Gerindra di posisi kedua dengan perolehan 11,1 persen, Partai Golkar 10,5 persen, Partai Nasdem di 8,5 persen, Partai Demokrat 8,2 persen, dan PKB memperoleh 7,9 persen.

Survei ini menunjukkan adanya perubahan elektabilitas menjelang pemilu 2024. Mengingat pemilu yang masih 2,5 tahun lagi, tentu elektabilitas partai akan terus berubah. Ada partai politik yang pada tahun 2019 memiliki elektabilitas yang tinggi, namun menjelang 2024 terjadi kenaikan, begitu pula sebaliknya.

Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor yang paling kuat adalah faktor ketokohan. Faktor ketokohan ini meraup angka 22,9 persen. Angka tersebut tergolong angka yang besar. Faktor ketokohan dilihat dari persepsi tokohnya, gaya kepemimpinannya, sederhana, dan mendengar suara rakyat.

Faktor kedua adalah citra dan emosional. Kategori ini terlihat dari sikap-sikap kader dalam kehidupan sehari-hari serta melalui rekaman-rekaman yang terdapat di media sosial. Faktor citra dan emosional mencapai angka 18,2 persen.

Selanjutnya diikuti oleh faktor keluarga. Kategori ini biasanya sudah memiliki kebiasaan untuk memihak salah satu partai, karena anggota keluarga menjadi kader atau sekedar mengikuti yang lain. Faktor ini memperoleh angka 14,2 persen.

Ada pula faktor sosiologis yakni faktor yang berdasarkan diri pemilih. Misalnya, pemilih melihat calon A adalah orang yang religius, beliau yang merupakan seorang ustadz pun tergerak memihak calon A. Faktor sosiologis memperoleh anka 9,1 persen.

Faktor terakhir adalah faktor rasional. Yakni penilaiannya berdasarkan visi misi calon dalam menyejahterakan rakyat atau memiliki program yang bagus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun