Nama: Inasa Afiani
NIM: 23010400106
Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UMJ
Peserta mata Kuliah Filsafat dan Etika Komunikasi
Dosen Pengampu: Dr. Nani Nurani Muksin, M.Si.
Filsafat adalah suatu ilmu, suatu usaha untuk berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. ketika seseorang ingin berkomunikasi, maka ia harus bisa menerjemahkan pikiran dan perasaan yang akan disampaikan ke penerima dalam suatu bentuk yang dapat ditransmisikan.
Etika komunikasi menjadi sangat penting ketika berkomunikasi dalam sebuah komunitas, komunitas menurut Wenger sebagaimana dibahas oleh Setiyani (2013) adalah sekelompok orang yang saling berbagi lingkungan, perhatian, masalah, serta memiliki keterkaitan atau kegemaran yang sama terhadap suatu topik. Penggunaan simbol atau lambang merupakan ungkapan ekspresi perasaan dalam pikiran manusia yang penting untuk berlanjutnya proses interaksi.Â
Semua proses komunikasi melibatkan tanda atau sim-bol yang dikodifikasikan, yaitu disusun atau diorganisasikan sehingga beberapa tanda tau simbol terhubung satu dengan lainnya untuk dapat menghasilkan makna tertentu bag orang lain. komunikasi bersifat sistemik. "To interpret communication, we have to consider the system in which it takes place" (Wood, 2009).
Penggunaan internet telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Perkembangan berkelanjutan dari teknologi komunikasi elektronik memfasilitasi komunikasi yang efektif dan berbiaya rendah; Namun, hal itu juga membawa sejumlah konsekuensi negatif, terutama perundungan di dunia maya dan viktimisasi dunia maya.Â
Dengan melihat jumlah data pengguna internet di dunia ini semakin banyak, maka setiap manusia semakin mudah dalam berbagai berkomunikasi dan berbagi informasi dengan gawainya dan akun media sosial masing-masing salah satunya yaitu media sosial instagram. Selain memberikan dampak positif kepada manusia, internet juga memberikan dampak negatif yang salah satunya yaitu perundungan dunia maya atau bisa disebut dengan cyberbullying.
Cyberbullying merupakan fenomena perundungan di dunia maya seperti memposting foto ataupun status yang mempermalukan orang lain, mengolok-olok, mengancam ataupun menyebar fitnah. Cyberbullying ini memiliki efek yang sangat berbahaya untuk korban. Efek yang dirasakan tidak hanya menyakiti perasaan saja namun juga dapat merusak jiwa dan kondisi psikologis sehingga menyebabkan korban merasa depresi, sedih, dan frustasi (Malihah dan Alfiasari, 2018). Melihat efek dari cyberbullying ini bisa diartikan bahwa fenomena cyberbullying merupakan fenomena serius yang harus segera diatasi. Namun pada kenyataannya masyarakat masih banyak yang menganggap kasus cyberbullying ini tidak terlalu penting dan dapat diselesaikan tanpa ada dampak yang buruk akan terjadi (Maya, 2015). Hal ini dikarenakan masyarakat masih belum memahami mengenai edukasi tentang cyberbullying.
Cyberbullying terjadi pada beberapa media sosial, salah satunya pada media sosial instagram. Instagram merupakan suatu aplikasi berbasis internet yang memungkinkan penggunanya mengambil foto, menerapkan filter digital, instatory dan live streaming (Yanti, 2018). Dalam media sosial instagram terdapat banyak fitur didalamnya seperti upload foto dan video, like, comment, share dan lain sebagainya. Para netizen atau masyarakat dunia maya juga sering menggunakan fitur like dan comment untuk memberikan timbal balik baik itu pujian bahkan cacian dan hinaan.Â
Perilaku itulah yang menjadi salah satu bentuk cyberbullying dengan mengetik kalimat-kalimat yang menjelek-jelekkan dan menyudutkan seseorang dengan menggunakan fitur komentar pada instagram. Hal ini berkaitan dengan etika komunikasi netizen dalam bermedia sosial di instagram karena seringkali yang menggunakan kata-kata kasar, kotor dan hinaan.Â
Dengan hal ini penting adanya edukasi etika yang baik dalam berkomunikasi di media sosial salah satunya yaitu instagram agar masyarakat bisa mengatur kata-kata yang ia ketik dalam berkomentar agar tidak menyakiti orang lain. Fenomena cyberbullying di instagram ini sering terjadi sehingga tak jarang korban menjadi depresi dan mentalnya terganggu karena membaca komentar-komentar kasar dari netizen. Oleh karena itu sangat penting adanya penanganan yang tepat untuk mengatasi fenomena ini.
Teori Socrates
Menurut Socrates di dunia ini ada kebenaran yang bersifat objektif, di mana kebenaran itu tidak bergantung pada saya atau kita. Dan untuk membuktikan adanya kebenaran yang objektif, Socrates menggunakan metode tertentu Metode tersebut kita kenal dengan metode dialektika darı kata kerja Yunanı yang berarti bercakap- cakap atau berdialog Metode Socrates ini dikatakan sebagai metode dialektika karena memiliki peranan penting di dalamnya. Di dalam metode atu terdapat dua penemuan, kedua-duanya menyangkut berkenaan dengan dasar pengetahuan. Teori Socrates dalam etika filsafat komunikasi menekankan pada pentingnya dialog, kebenaran, dan pengetahuan diri dalam interaksi komunikasi. Socrates percaya bahwa dialog yang baik adalah kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih baik. Dalam konteks komunikasi, ini menggarisbawahi pentingnya berkomunikasi secara terbuka, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan berusaha untuk memahami sudut pandang orang lain. Socrates juga menyoroti pentingnya etika dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, menghormati orang lain, tidak merendahkan, dan menghindari penyebaran informasi yang salah atau merugikan adalah prinsip-prinsip penting dalam komunikasi yang etis.
Fenomena Cyberbullying  Pada Media Sosial Instagram
Beberapa minggu terakhir seorang Youtuber sekaligus Selebriti Instagram, yaitu Jerome Polin diduga jadi penyebab kekalahan Timnas U23 Indonesia kalah dari Uzbekistan di Semifinal Piala Asia setelah Jerome menunjukkan antusiasme berlebihan pada pertandingan sebelumnya. Kekalahan Timnas Indonesia malam tadi oleh Timnas Uzbekistan di babak semifinal Piala Asia U-23, membuat sedih banyak pendukung. Kekecewaan para penonton atas kekalahan Timnas Indonesia banyak yang melampiaskannya di media sosial. Tak terlewat para netizen Indonesia menyerbu akun instagram Jerome Polin. Instagram Jerome Polin diserbu netizen Indonesia lantaran dianggap sebagai "Jerome effect" atas kegagalan Timnas Indonesia saat Semifinal Piala Asia U-23. Jerome, yang sebelumnya mengunggah story Instagram dengan caption penuh semangat mendukung Timnas, kini dianggap sebagai 'dark system' yang membawa sial. Karena hal tersebut, banyak netizen meninggalkan komentar negatif atas kekalahan Timnas Indonesia di Instagram Jerome Polin. Bahkan tak sedikit komentar tersebut tampak jahat untuk dikatakan. Tak hanya komentar negatif, ada juga yang memberi semangat dan menyayangkan kelakuan netizen Indonesia yang dianggap sebagai cyberbullying bukan lagi sekadar candaan. "Fomo lu bocahh sok ngerti bola dasar dark system," komentar salah satu netizen."Jerome effect," komentar lain."Bikin sial aja kerjaannya wkwkwk," komentar lainnya. Walaupun tuduhan ini tidak berdasar, fenomena ini menunjukkan bagaimana sosok publik dapat dengan mudah menjadi sasaran ketika harapan publik tidak terpenuhi.
Analisis CyberBullying Pada Media Sosial Instagram Menggunakan Teori Socrates
Socrates, dalam pemikirannya, sangat menekankan pentingnya dialog dan diskusi yang bermakna dalam komunikasi. Dalam konteks cyberbullying, kita dapat melihat bahwa perilaku ini bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Socrates. Socrates percaya bahwa komunikasi yang baik haruslah mengarah pada pencarian kebenaran dan peningkatan pengetahuan, bukan untuk merendahkan atau menyakiti orang lain. Dalam cyberbullying, seringkali tujuannya adalah untuk merendahkan, menyakiti, atau mempermalukan orang lain secara tidak adil, tanpa memberikan kesempatan untuk berdiskusi atau memberikan pemahaman yang lebih baik. Socrates, seorang filsuf Yunani kuno, sangat menekankan pentingnya dialog dan diskusi yang baik dalam mencapai pemahaman dan kebenaran. Dalam konteks cyberbullying, kita dapat melihat beberapa relevansi dengan konsep-konsep Socrates:
1. Pengetahuan dan Kesadaran Diri
Socrates menekankan pentingnya pengetahuan diri dalam mencapai kebijaksanaan. Dalam konteks cyberbullying, pengetahuan diri dapat membantu individu memahami dampak dari tindakan mereka dalam ruang digital. Dalam kasus diatas, netizen yang tidak sadar atau kurang peduli tentang konsekuensi cyberbullying mungkin merasa bahwa mereka hanya memberikan komentar biasa, tanpa menyadari dampak emosional yang bisa sangat merusak bagi korban.
2. Dialog dan Diskusi yang Bermakna
Socrates percaya bahwa dialog yang baik adalah kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih baik. Dalam konteks cyberbullying, dialog yang terbuka dan bermakna dapat membantu mengatasi konflik dan perbedaan dengan cara yang lebih konstruktif. Dalam kasus diatas, Cyberbullying dapat menghambat terbentuknya dialog. Dampaknya membuat korban enggan atau terancam untuk terlibat diskusi yang seharusnya bermanfaat. Karena takut mendapat serangan lebih lanjut dari netizen yang melakukan cyberbullying.
3. Etika Komunikasi
Socrates juga menekankan pentingnya etika dalam berkomunikasi. Dalam hal ini, memperlakukan orang lain dengan hormat dan tidak merendahkan adalah prinsip yang relevan dalam mencegah cyberbullying. Banyak netizen Indonesia yang masih berkata tidak pantas kepada korban yang membuat korban menjadi tidak pecaya diri dan takut untuk mengeskpresikan diri ke arah yang positif.
4. Pencarian Kebenaran
Socrates mengajarkan pentingnya mencari kebenaran melalui dialog dan refleksi. Dalam konteks cyberbullying, mencari kebenaran tentang alasan di balik perilaku cyberbullying dapat membantu mencegahnya dan mengatasi akar permasalahan yang mendasarinya. Dalam kasus diatas, Jerome dikomentari tanpa alasan yang jelas. Dalam kasus diatas, Netizen menyerang korban tanpa tahu kebenaran dan melampiaskan kekecewaannya dengan mengkritik atau menyalahkan korban atas tindakan atau perilaku mereka.
Solusi untuk CyberBullying Pada Media Sosial Instagram
Pada dasarnya mengalami kejadian cyberbullying merupakan  sesuatu yang mengganggu dan dapat membuat malu korbannya. Mengingat siapapun memiliki potensi  menjadi  korban  maupun  pelaku  cyberbullying,  maka  menyikapi  hal demikiandiperlukan  langkah  kesadaran diri  dan  pengendalian  diri  di  kalangan muda atau generasi Z. Dalam hal ini para generasi Z perlu untuk lebih peka dan bijak dalam menggunakan social media Instagram terutama dalam mengungkapkan pernyataan, mengunggah postingan maupun merespon suatu postingan di media sosial Instagram.
Penerapan Undang-Undang  perlu  diterapkan lagi  di kehidupan  sehari-hari, dikarenakan  semakin banyaknya  korban  akibat cyberbullying  ini. Tidak hanya mengganggu aktivitas, cyberbullying dapat merusak kesehatan mental para korban maupun  pelakunya.  Melakukan efek jera  terhadap pelaku, agar  mengantisipasi tindakan cyberbullying berikutnya. Kesehatan mental sangat berdampak ke bentuk psikologis seseorang, dimana seseorang dapat menjadi trauma hingga sepanjang hidupnya.
Referensi
Mustansyir, Rizal dan Misnal Munir. 2013. Filsafat Ilmu. Â Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kriyantono Rachmat, Ph.D. 2019. Ilmu Komunikasi Filsafat dan Etika Ilmunya Serta Perspektif Islam. Prenada Media.
Mufid Muhammad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Pranada Media.
Laora, A.Y dan Feri Sanjaya. 2022. Fenomena CyberBullying di Media Sosial Instagram (Studi Deskriptif Tentang Kesehatan Mental Pada Generasi Z Usia 20-25 di Jakarta).
Wulandah Safira. 2023. Fenomena CyberBullying: Krisis Etika Komunikasi Netizen Pada Media Sosial Instagram. Jurnal Analisa Sosiologi.
Zulfikar Ahmad. 2021. CyberBullying Dalam Perspektif Etika Berkomunikasi di Mediia Sosial.
Sadiah Halimatu. 2024. Instagram Jerome Polin Kena Serbu Netizen dengan Komentar Negatif Usai Kekalahan Timnas Indonesia Melawan Timnas Uzbekistan di Piala Asia U-23 (2024). https://www.radarupdate.id/entertainment/105312548166/instagram-jerome-polin-kena-serbu-netizen-dengan-komentar-negatif-usai-kekalahan-timnas-indonesia- Diakses pada tanggal 4 Mei 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H