Ntah salam apa yang sepantasnya aku persembahkan teruntuk dirimu, seluruh salam cinta dan sayang ku ikut sertakan dalam lembaran ini, maaf beribu maaf bukan nak maksud melukai hati atau membangkit ingatan mu, paling tidak kau dan aku pernah mengenal, pernah berbagi sebelumnya terjadi seperti ini. Sungguh tak bermaksud merayumu atau mengharap iba dan juga tak mengharap kasian dari mu.
Kini kau telah bahagia dan aku juga tak mengganggu kebahagiaan kamu. aku tak mengubris atau pun mengugat entah siapa yang datang dalam mimpimu, ntah siapa yang memelukmu ketika hatimu benar-benar galau. Terkadang beribu pertanyaan menghantamku tak terjawab, apa, siapa dan mengapa. Lebih parah lagi aku dihantui oleh janji-janji, mmmmm itu masa lalu tapi itu menghantui kemana langkah ku mengayun seakan mengikuti hingga rasa bersalah muncul bertubi-tubi. Aku salah, aku khilaf, ya Allah maafkanlah aku kenapa harus ku lakukan yang tak seharusnya ku lakukan, yang sewajarnya aku lakukan bersama perempuan yang sah dalam ikatan pernikahan bukan dengan perempuan yang hanya singgah sebentar dalam hidupku lalu dia pergi setelah yang diinginkan tak didapatinya.
Penyesalan itu sungguh benar-benar mendalam hingga seakan tertutup pintu hatimu tuk menerima ku apa adanya, aku memang bukan lelaki yang sudah memilki gaji tetap tiap bulan harus diterima, tak bisa membeli make up mu tuk mempercantik dirimu, tak mampu membeli laptop tuk kau tulis catatan harian mu, tak mampu membeli hp yang bisa akses internet, dan tak mampu membeli tiket liburan diakhir pekan menjelang liburan.
Sebentar kau lemah lembut dengan ku dan bermanja sesaat kemudian kau berubah menjadi galak, wajah bête mu sering terlihat sungguh cemberut tak punya alasan, ya ku akui aku tak seperti yang kau harapkan, sehingga kau selalu mencari celah tuk salahku hingga kau punya alasan tuk meninggalkan. Sungguh ironis kau yang bersimpati, seakan akan aku lah biang dari semua ini, aku lah yang menyakiti mu. Banyak orang mempersalahkan aku kenapa harus berpisah, aku hanya menjawab kenapa aku bersatu dengannya, ketika dia tak bisa menerima aku apa adanya, ketika dia hanya tau keinginan malah dia beralasan aku lah yang memaksa. Aku lah perampas jiwanya yang tenang hingga semua ini kacau berantakan. Sungguhkah?
Wow. Aku tak menduga kau terlalu nekat mengukir janji ditepi laut sore hari bahwa kau tak akan meninggalkan aku dalam kondisi apapun. Memang keraguan mu berlebihan pada ku yang masih bertahan dalam ketidakmapanan. Bukan aku tak kerja, aku selalu kerja tapi bukan untuk uang, hanya untuk membantu orang-orang yang merasa butuh bantuan karna penindasan dan perampasan hak. Dan aku juga bukan aktivis, aku hanyalah seorang pemuda biasa yang berasal dari desa dan mencintai dengan cukup sederhana.
Wajar saja semua itu terjadi, ketika hati tak lagi berbunga-bunga, ketika rindu hanya mampu bertanya, oooohh. Rindu itu begitu sakit karna jauh aku terpaksa menjerit. Terserah kau mau berkata apa, kau bilang kek babi seperti yang dulu pernah kau bilang, kau kek cewek yang memang pernyataan yang sering kau lontarkan, kau bilang kek taik yang mungkin baunya merasuk sumsum tulang mu, ah
Kini ku menyadari setelah kepergian mu. Bukan aku sedih tak mendapatkan mu, tapi kau yang tidak beruntung meninggalkan aku, kau hanya penyinggah dalam hidup ku, dan aku harus hilangkan ingatan itu karna jujur ku katakan bahwa kau bukan cinta ku, kau tidak mengenalkan dank au tak memapu menghadapi kenyataan sehingga kau selalu menganggap bahwa kau yang paling benar. Semoga ada benar, kau tetap ku do’akan semoga luluh ego mu, dan tak menganggap remeh orang lain, jangan merasa tinggi hati, jangan lagi beranggapan diri selalu benar, pakai lah ilmu padi semakin berisi semakin menunduk. Semoga kau temukan impian, cita-cita dan cinta mu yang telah kau impi-impikan, anggaplah aku orang diseberang laut sana yang tak pernah kau kenal.
Kok lebay gitu ya ceritanya, apa kau yang salah tulis atau sumbernya yang ngomong tak karuan, hehehehe lagi belajar nulis kisah orang, wkwkwkwkwkwk. Kisah sendiri tak tahu mau nulis apa terlalu panjang, terlalu ribet dan terlalu banyak hal yang susah diungkapkan. Semoga ada manfaatnya.
Salam Sayang Penuh Cinta
NASRUDDIN OOS
Sikabu, 09 Maret 2011.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H