Apa yang bisa ku rasa?
Apakah aku harus berkata bahwa tidak ada orang yang cukup penting yang bisa membuat aku marah dan berlaku rendah.
Baju warna merah jambu yang dipakainya melambai lambai di tiup angin, tangan kanannya menenteng sebuah buku sambil sesekali mengangkat kepalanya memandang lurus ke depan karna sebentar lagi dia masuk kuliah.
Sejenak aku merasa ini biasa-biasa saja, tetapi ketika ada kawan-kawan yang bertanya, bagaimana caranya aku merebut simpatinya.
Banyak orang berfikir kalau aku bisa berbicara di depan banyaknya gadis-gadis kampus seperti sekarang sudah sejak awal, tentu saja semua itu tidak benar. Awalnya, aku adalah seorang pemalu, mudah tersinggung, takut bergaul dan minder. Mungkin karena trauma dengan masa lalu tentang berkelakuan baik. Orang tua ku bilang bahwa aku anak yang baik, manis, imut dan lucu, tetangga ku juga berkata kalau aku anak baik-baik, lalu aku pertanyakan pada tokoh-tokoh agama, pemuka adat serta perangkat desa, mereka juga bilang bahwa aku orang taat, patuh dan baik, rajin, sehingga kawan ku juga bilang kalau aku orangnya sosialis, setia penuh pengorbanan, karena oleh karena itu aku pergi ke kantor kepolisian untuk mengurus surat berkelakuan baik. Setelah aku diproses di intrograsi maka pak polisi itu mengeluarkan aku surat berkelakuan baik dan aku memang berhak mendapatkan surat berkelakuan baik sebagai warga negara yang baik. Setelah surat berkelakuan baik dikeluarkan oleh sektor kepolisian dan telah di stempel aku pun mengeluarkan uang Rp.20.000,- pak polisi juga berkata lagi ternyata aku memang betul-betul orang baik.
Surat berkelakuan baik dikeluarkan oleh pak polisi itu aku kantongi.
Pada salah satu malam minggu aku menyumpai salah satu dari kekasih-kekasih ku itu, malam itu aku menjumpai molly, dengan wajah berseri aku menghampirinya tapi ternyata dia bersikap dingin pasca kedatangan aku ke rumahnya, malam mulai meneteskan embun-embunnya memberi kesejukan pada yang gersang ketandusan………………..
Temaram senja tirai hujan, kala bintang sinar fajar menelan windu sebentar telah terbagi dua, cahaya hanya terang redup tak menjelaskan, mengabur rahasia, aku, kau, saat jiwa, hati, diam. Sisi-sisi terlalu angkuh memberi arti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H