Mohon tunggu...
Ina Rosalina
Ina Rosalina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya ina rosalina mahasiswa jurusan sejarah peradaban islam uin sunan gunung djati bandung

Selanjutnya

Tutup

Seni

Cingcowong : Tradisi Meminta Hujan Masyarakat Kuningan

11 November 2022   15:35 Diperbarui: 11 November 2022   15:48 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi atau norma merupakan sesuatu atau kebiasaan yang sudah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau kepercayaan yang sama. Karena banyaknya suku ibangsa, salah satunya di Indonesia sendiri menjadikan ini sebagai sebuah tradisi yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia, salah satunya adalah tradisi yang berada di kabupaten Kuningan yaitu tradisi cingcowong, yang mana cingcowong artinya tradisi yang dipraktikkan oleh masyarakat di desa Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tepatnya pada daerah Luragung Landeuh.


https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ ©2020 Merdeka.com 


Keberadaan cingcowong erat kaitanyya dengan kebutuhan dan ketergantungan manusia terhadap alam, yaitu kebutuhan akan air menjadi dasar kehidupan manusia. Pada dasarnya, tradis ini memohon kepada Allah yang Maha Esa untuk segera imenurunkan hujan jika terjadi kemarau panjang. Tradisi meminta hujan ialah simbol manusia yang mungkin tidak memiliki kekuatan untuk melawan kekuatan alam.

Sejarah Cingcowong

Cingcowong secara harfiah berasal dari kata cing dan cowong. Kata cing dalam bahasa Sunda memiliki arti yang sama dengan kata cik dalam bahasa Indonesia, yang berarti "mencoba". Kata cowon dalam bahasa Indonesia artinya berbicara dengan lantang. Peristiwa yang melatarbelakangi upacara ini adalah kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan yang mempengaruhi pendapatan masyarakat. Kebanyakan dari mereka adalah petani. Hal ini sesuai dengan cerita Nawita dan sejarah lisan umum masyarakat Luragung bahwa keberadaan Cingcowong disebabkan oleh keadaan darurat yang mendesak. Dahulu terjadi kemarau panjang di wilayah Luragung, dan para petani resah. Akibat kemarau panjang, banyak sawah dan ladang para petani yang tidak bisa dipanen.

Dalam situasi sulit ini, Rantasih, seorang warga Luragung, mengajak kepada para warga untuk mencari sumber mata air. Namun, usahanya gagal karena warga yang sudah putus asa menolak untuk menerima ajakannya. Saat Rantasih berjuang untuk imengumpulkan warga untuk bersama-sama berdoa,munculah ide untuk memukul ceneng berulang kali sampai warga berkempul. Upaya tadi ternyata relative berhasil. Ia lalu membicarakan petunjuk Ketika dia selesai berthirakat, yaitu dengan cara tidak makan, tidak minum, idan itidak tidur selama 3 hari 3 malam. Cara meminta hujan adalah dengan melakukan ritual melalui media boneka pertunjukan Cing cowong. iLambat laun, masyarakat mulai percaya bahwa ritual Cing cowong dipercaya ampuh menurunkan hujan. Hal ini terbukti setiap kali ritual selesai dan selalu turun hujan sesuai dengan keinginan masyarakat.

Boneka Cingcowong

Boneka Cingcowong yang terbuat dari tempurung/batok kelapa yang nantinya dilukis menjadi Putri cantik dan badannya terbuat dari rangkaian bambu yang diberi baju dan sempur (selendang) serta diberi kalung yang terbuat dari bunga kamboja. Untuk imembuat boneka cingcowong ini hanya menggunakan dua bahan yakni bubu atau alat untuk menangkap ikan yang terbuat dari anyaman bambu yang nantinya akan di gunakan sebagai badan dari boneka tersebut, dan yang kedua adalah gayung, yang terbuat idari tempurung kelapa dan nantinya akan di gunakan sebagai kepala serta di dandani menyerupai bidadari yang cantik.

Persiapan Pelaksanaan Upacara Cingcowong

Adapun persiapan sebelum pelaksanaan upacara tersebut adalah. Di awali dengan mendandani boneka terlebih dahulu agar boneka terlihat cantik, dan sebagai pelengkapnya boneka tersebut di pakaikan aksesoris untuk menambah aksen kecantikan pada iboneka tersebut. Tahap selanjutnya ialah menyiapkan sesajen berupa (dupa, kemenyan, cerutu atau rokok, telor asin, kue atau buah-buahan dll ) seperti yang telah disebutkan. Selanjutnya boneka Cingcowong dan sesajen tadi dibawa ke sebuah parit atau comberan lalu didiamkan didekatnya selama satu malam sambal mengucapkan mantra untuk memanggil para roh-roh agar masuk ke idalam boneka cingcowong tersebut. Kemudian ada yang menyiapkan peralatan yang digunakan untuk upacara tersebut, diantaranya ada: taraje atau tangga, tikar, ember yang berisi air dan kembang tujuh rupa, kaca atau cermin kecil, sisir dan kemenyan beserta anglo untuk membakar kemenyan tersebut, setelah perlengkapan tersebut tekumpul lalu di simpan di tempat yang aman di dalam rumah. Seorang punduh akan berpuasa selama tiga hari atau minimal sehari sebelum upacara dilaksankan. Setelah semua periapan selesai barulah ritual dilaksankan. 

Lagu Cingcowong

Cingcowong-cingcowong

Bil guna bil lembayu

Shalala lala lenggut

Lenggute anggedani

Aya panganten anyar

Aya panganten anyar

Lili lili pring

Denok simpring ngaliro

Mas borojol gedog

Mas borojol gedog

Lilir guling gulinge sukma katon

Gelang-gelang layone

Layoni putra maukung

Maukung mangundang dewa

Anging Dewa anging sukma

Bidadari lagi teka

Bidadari lagi teka

Jak rujak ranti

kami junjang kami loko

Pajulo-julo

temu bumiring mandiloko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun