Pendanaan pendidikan dengan pola orang tua asuh, dulu pernah menjadi gerakan yang cukup masif, biasanya untuk anak sekolah SD, SMP, SMA. Namun seiring waktu, disebabkan SD, SMP Negeri sekarang ini gratis, sepertinya program ini tidak lagi seperti dulu.
Nah, karena sekarang yang dirasakan sulit adalah membiayai anak kuliah, tidak ada salahnya gerakan orang tua asuh untuk pendanaan biaya kuliah bagi mahasiswa tidak mampu kembali digalakkan. PTN dapat menawarkan kepada orang tua/wali mahasiswa yang berada untuk menjadi orang tua asuh bagi mahasiswa tidak mampu.
c. Optimalisasi donasi alumni
Sebenarnya sudah banyak praktek baik, dimana para alumni fakultas tertentu secara bergotong royong menggalang dana untuk diberikan sebagai beasiswa kepada adik-adik angkatan yang kesulitan membayar uang kuliah. Jika gerakan seperti ini diorganisir secara serius, para alumni  terinformasikan dengan jelas tentang program donasi alumni , sasaran mahasiswa juga yang benar-benar membutuhkan, rasanya para alumni terlebih yang sudah sukses tidak akan ragu untuk menyumbang bagi adik-adik angkatannya.
d. Optimalisasi program magang
Pihak kampus dan stake holder harus lebih aktif mencari partner/perusahaan/instansi sebagai mitra kerja yang bisa memberikan pekerjaan part time kepada mahasiswa.  Mahasiswa tidak perlu gengsi  jika misalnya pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan disiplin ilmunya, atau pekerjaan yang terlihat sepele seperti misalnya menjadi OB di sebuah perusahaan, karena tujuan utama dari program ini adalah diperolehnya dana bagi mahasiswa untuk membayar kuliahnya. Sebagai perbandingan, di luar negeri banyak mahasiswa yang bekerja part time menjadi tukang cuci piring di restoran, loper koran, dll. untuk menghasilkan uang. Mestinya hal ini bisa dilakukan juga di tanah air.
e. Mendorong kreatifitas mahasiswa
Perguruan tinggi bisa mendorong mahasiswa untuk berpikir kreatif sejak semester 1, baik melalui jalur formal dengan memasukkan mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulumnya, ataupun melalui unit kegiatan mahasiswa yang bersifat ekstra kurikluler. Harapannya setelah memperoleh pembekalan baik intra maupun ekstra kurikuler, mahasiswa sendiri yang aktif mencari pekerjaan sampingan, misalnya memberikan les privat bagi anak sekolah, menjadi resseler dan lain-lain pekerjaan sampingan yang tidak mengganggu kuliah. Atau mahasiswa juga dapat memulai sebuah wirausaha yang tanpa modal misalnya resseler, atau mendapatkan penghasilan secara online yang saat ini rasa-rasanya sangat besar peluang untuk memperoleh uang dari dunia digital. Tentu saja disesuaikan dengan minat masing-masing mahasiswa.
f. Pinjaman dana pendidikan
PTN yang menawarkan solusi bekerja sama dengan Pinjol dalam rangka mengatasi mahasiswa yang nunggak UKT, mungkin sudah membuat skema yang metinya tidak memberatkan mahasiswa. Namun sekali lagi, karena maraknya permasalahan pinjol di masyarakat, solusi ini ditolak banyak pihak.
Pinjaman pendidikan ini haruslah pinjaman lunak sehingga tidak memberatkan mahasiswa, yang mulai dicicil pembayarannya ketika mahasiswa sudah lulus dan memperoleh pekerjaan/mempunyai penghasilan. Atau sebagai bentuk perikatan, tetap dicicil sejak pinjaman diterima namun dengan nominal yang terjangkau. Perjanjian kerjasama kredit ini harus diatur secara jelas terkait hak dan kewajiban masing-masing pihak, jangka waktu pembayaran, jumlah pinjaman, jumlah cicilan, besarnya jasa, penanganan jika terjadi wanprestasi dan hal-hal lainnya yang perlu diatur. Mestinya jangka waktu pinjaman dapat dibuat panjang misalnya 5-15 tahun, seperti KPR. Dengan demikian pinjaman dana pendidikan ini benar-benar menjadi solusi bagi mahasiswa tidak mampu, bukan malah menambah perso'alan baru dengan banyaknya mahasiswa yang terjerat utang dan tak bisa membayar.