Frugal living merupakan sebuah frasa yang keren, yang secara umum dapat diartikan sebagai gaya hidup sederhana atau minimalis. Bukan saja istilahnya yang keren, tetapi juga pilihan yang keren dan gaya hidup yang keren.Â
Yap, sederhana adalah gaya hidup yang keren dan tidak semua orang bisa menjalaninya, dengan berbagai alasan, satu diantaranya karena gengsi.Â
Saat ini, dimana seolah dunia dalam genggaman, kita melihat hedonisme dipamerkan dengan sangat jelas. Para selebritas, para crazy rich, konglomerat, pejabat publik  berlomba menampilkan hal-hal mewah.Â
Masyarakat yang di bawah ada kecenderungan ingin meniru mereka sebagai idolanya. Apa daya, pendapatan yang tak seberapa, malah terpakai untuk foya-foya yang tiada guna. Akhirnya terjerat hutang, terlilit pinjol dan berakhir nelangsa.
Buat saya pribadi, sederhana adalah pilihan. Dan buat saya, itu pilihan yang relatif mudah. Mengapa? Ya karena saya tahu dan sadar, saya bukan orang kaya, wong hanya PNS non struktural alias tidak punya eselon, sehingga tidak ada dana untuk berfoya-foya. Jadi pilihan yang paling tepat ya hidup sederhana, kalau tak mau  endingnya nelangsa.
Bagaimana saya menjalani kehidupan sederhana di tengah kawan-kawan yang sebagian bergaya hidup cukup mewah dan berbagai iming-iming dari  luar yang banyak menawarkan berbagai macam produk dengan cicilan ringan? Bagaimana saya membuat planning agar gaya hidup sederhana bisa dijalani dengan gembira.
1. Gaya hidup sederhana itu keren
Yang pertama tentu saya harus percaya diri dengan pilihan sendiri, bahwa gaya hidup sederhana itu keren. Apapun kondisinya, coba kaitkan dengan alasan-alasan yang keren. Misalnya so'al mobil. Jika harus beli mobil baru dengan nyicil dan cukup memberatkan, mengapa tidak beli yang second saja, yang penting fungsinya kan?Â
Bisa dipakai untuk seluruh keluarga, tidak kehujanan, tidak kepanasan, bisa untuk mudik, untuk jalan-jalan, dan tidak rewel. Bedanya apa dengan mobil baru? Lebih ke wah saja bukan? Jadi harus bangga dengan gaya hidup sederhana, itu kuncinya.
2. Menabung untuk masa depan
Iyalah, harus dipersiapkan semua skala prioritas pembiayaan. Biaya pendidikan anak dan ibadah haji menjadi prioritas utama. Caranya tentu dengan menabung, yaitu dengan tabungan rencana yang disediakan di berbagai perbankan.Â
Dimulai dari saat SD mengambil tabungan rencana 5-6 tahun sebagai persiapan masuk SMP. Pada saat SMP membuka tabungan rencana 3 tahun untuk persiapan masuk SMA.Â
Biasanya saat SMP sekaligus menabung untuk persiapan masuk PTN untuk jangka waktu 6 tahun. Sebab biaya pendidikan yang paling besar adalah saat masuk PTN. Dan alhamdulillah sampai anak kedua kuliah semua berjalan lancar sesuai planning. Sekarang masih tetap menabung untuk biaya kuliah anak ketiga, yang rencananya jatuh tempo saat nanti hendak masuk bangku kuliah.
Untuk biaya haji yang juga prioritas, harus diniatkan, buka tabungan haji. Percaya sama Allah jika sudah niat, maka jalan akan terbuka. Dan alhamdulillah pada tahun 2019 kami (saya dan suami) sudah naik haji dalam usia di bawah 50 tahun sebagaimana target saat awal-awal bekerja.
Beberapa teman suka berkomentar, tabungannya banyak banget (beberapa rekening), duitnya banyak ya? Saya bilang, "Lah.. justru sebaliknya. Duit saya kan cuma sedikit, jadi harus rajin nabung, biar nanti pas  butuh tidak kelabakan. Kalau saya kaya mah...nggak perlu nabung kali, duitnya ada terus."
Selanjutnya, sebagai persiapan pensiun saya menabung DPLK juga, biar nanti saat pensiun ada dana untuk misalnya jika ingin buka usaha. Dan sepertinya berdasarkan informasi yang saya baca, menabung dalam bentuk saham serta reksa dana juga bisa dijadikan alternatif pendapatan saat pensiun nanti. Jadi ya sudah beberapa tahun lalu menabung saham dan reksa dana meskipun tak seberapa.
Di samping itu, biar keren saja..kayak orang-orang kaya hehe...punya andil di bank BRI, Indofood dan lain-lain. Sering diundang untuk RUPS, meskipun hanya punya beberapa lot saja, tapi belum pernah datang.
3. Perlakuan terhadap barang konsumsi
a. Pakaian
Barang-barang primer seperti pakaian hanya dibeli saat dibutuhkan, misalnya di hari Kartini, hari ibu atau ulang tahun Pemda biasanya ada himbauan untuk memakai kebaya dengan warna tertentu.Â
Jika belum punya baru beli. Atau baju kerja memang harus dalam kondisi baik dan layak. Tak perlu bermerk, tak perlu mahal. Yang penting bersih, rapi dan enak dipandang.Â
Dan tahukah anda bahwa rahasia cantik, dan enak dipandang bukan terletak pada seberapa mewah dan mahal pakaian yang anda kenakan, tetapi pada wajah yang selalu ramah dan tersenyum dari hati? Ya betul "inner beauty"Â akan selalu terpancar dan tak pernah gagal menampilkan siapa sesungguhnya kita.
Bahkan untuk baju lebaran pun tak selalu harus baru. Jika baju lama masih bagus kenapa harus beli baru? Tak akan ada yang berkomentar, "Baju yang kamu pakai baju lama ya?" ketika kamu sibuk dengan menyapa ramah mereka.Â
Untuk baju rumah rasanya sudah beberapa tahun terakhir tidak pernah beli. Kalau masih bisa dipakai ya terus dipakai walaupun sudah agak lusuh. Anehnya semakin lusuh dan tipis malah semakin nyaman dipakai hehe..Â
Jika ada yang bolong atau sobek, dijahit dulu. Kalau sudah benar-benar tidak layak barulah berubah status menjadi keset, atau lap tangan atau lap meja. Dengan sedikit kreatifitas barang-barang bekas itu masih bisa bermanfaat.
b. Makanan
Saat makan, mengambil makanan  terukur, sehingga tidak menyisakan makanan di piring (tidak habis) yang akhirnya terbuang percuma.  Sedangkan makanan (nasi/sayur/lauk) yang tidak habis sekali makan dan masih layak, tidak dibuang tetapi simpan/masukkan kulkas, dan dipanasin esok harinya untuk kembali dikonsumsi.Â
Selain itu, agar hemat dan sehat, saya menyiapkan bekal untuk makan siang anak-anak. Demikian juga dengan saya sendiri sering membawa bekal ke kantor, biar tidak banyak jajan. Namun demikian sesekali tetap jajan di luar dan ngopi bersama teman tetap saya lakukan.Â
c. Bahan pembersih
Sabun mandi padat biasanya ketika sudah tipis susah untuk dipakai dan ganti yang baru. Maka agar tidak terbuang, ketika mengambil sabun baru, lekatkan sabun yang sudah tipis menjadi satu. Dengan demikian tidak akan pernah ada sisa sabun mandi.
Sedangkan untuk sabun mandi cair dan shampo, ketika tinggal sedikit tambahkan air ke botolnya. Dan itu masih cukup untuk beberapa kali mandi atau keramas.Â
4. Kebutuhan tersier
Berwisata merupakan kebutuhan tersier yang sepertinya layak untuk dipenuhi, sebab tak baik pelit pada diri sendiri. Oleh karena itu, saat ada kesempatan berlibur, saat anak-anak liburan sekolah atau libur lebaran, mengunjungi destinasi wisata untuk healing itu penting. Toh berwisata juga tak harus mahal, tak harus mewah, tak harus ke tempat viral yang jatuh-jatuhnya berbiaya selangit.Â
Sesuaikan dengan kondisi dompet agar setelah liburan tak bikin lemes. Yang dekat dengan rumah, yang tiket masuknya murah, yang tempatnya indah. Yang penting adalah kebersamaan yang dilalui, bonding yang bisa diperoleh dan kenangan manis yang akan diingat nanti di kemudian hari.
5. Hemat tapi tidak pelit
Hemat bukan berarti pelit atau kikir. Oleh karena itu meskipun hidup sederhana, sebagai seorang muslim wajib mengeluarkan zakat, Â infaq serta sedekah. Setiap hari Jum'at meskipun tak seberapa membagi nasi dan lauknya kepada para dhuafa, yang membutuhkan uluran tangan kita. Dengan berbagi, hidup terasa lebih berarti. Yakinlah bahwa Allah akan mengganti dengan kebaikan-kebaikan dan rizki yang kita terima.
6. Bersyukur
Lho, apa hubungannya bersyukur dengan gaya hidup sederhana? Ya karena dengan bersyukur kita dapat menjalani gaya hidup sederhana dengan gembira. Bersyukur dan terima dengan ikhlas kondisi kita. Misalnya bersyukur meskipun gaji kecil, tapi kan ada gaji, daripada mereka yang tidak punya penghasilan tetap.Â
Bersyukur meskipun baju atau tas tidak bermerk, tetapi masih bisa beli dan berfungsi. Demikian seterusnya, selalu ada hal-hal yang bisa disyukuri dalam setiap peristiwa yang terjadi. Dan bersyukurlah, maka akan ditambahkan nikmat sama Allah.
Demikian beberapa hal yang saya lakukan untuk frugal living, yang boleh dikatakan tidak terlalu sulit buat saya, sebab ya itu tadi, karena tak ada duit berlebih untuk bermewah-mewah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H