Dan semakin dekat dengan lokasi, jalanan semakin sulit dan sebagian sudah tertutup semak. Sepertinya selama pandemi sampai sekarang belum kembali buka. Oh iya, selama perjalanan, tidak ada rombongan lain yang menuju curug Ngelay, jadi hanya kami berempat saja.
Dan sampailah kami di sebuah pos untuk pembelian tiket, namun tidak ada penjaganya. Jadi kami melanjutkan tracking tanpa tiket dan walaupun sudah tahu airnya kering tapi buat kami tracking juga sebuah aktifitas yang menyenangkan. Jadi ya tetap kami lanjutkan sampai lokasi. Kami melihat ada sebuah pondok/saung yang semula mungkin berfungsi sebagai tempat istirahat atau berjualan penduduk lokal untuk para pengunjung.Â
Dan...sampailah kami di titik lokasi, Curug Ngelay. Kondisi tebingnya masih tetap gagah dan terlukis bekas aliran air di dinding tebing. Sementara di sisi kiri kanan tebing, pohon bambu dan berbagai tanaman lainnya tumbuh subur dan mulai menutup tebing. Suasana hijau segar kami rasakan, Â tenang dan damai, yang terdengar hanya suara angin gemerisik yang bertiup di antara pepohonan. Sungguh keindahan yang masih belum terjamah, alami. Jika ingin melepas penat dari suasana bising dan hingar bingar kota, maka tempat ini bisa dijadikan salah satu alternatif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H