Semua manusia di dunia pastilah ingin hidup bahagia. Bahagia di dunia dan bahagia di akhirat adalah impian bagi semua orang beriman. (sebab bagi mereka yang tidak mengimani adanya akhirat, tentu tidak perlu hidup bahagia di akhirat).Â
Sejatinya kehidupan bahagia di dunia akan selaras dengan jalan menuju kebahagiaan di akhirat. Bahagia bukanlah tentang seberapa banyak harta bendamu, seberapa tinggi jabatanmu, seberapa tinggi tingkat pendidikanmu, seberapa besar kekuasaanmu. Bahagia adalah tentang hati, hati yang tenteram, hati yang selalu merasa cukup, hati yang selalu bersyukur. Bahagia adalah tentang sikap dan tindakan. Sikap dan tindakan yang baik, sesuai dengan tuntunan agama, mengikuti perintahNya dan menjauhi laranganNYA.
"Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik."
Lalu, kebaikan apa saja yang dapat kita lakukan untuk bahagia ?
1. Berbagi, menebar kebaikan menebar manfaat
Setiap orang dapat berbagi hal baik. Orang kaya bisa berbagi dengan kekayaannya. Orang pintar bisa berbagi dengan ilmunya. Pengusaha sukses bisa berbagi dengan tips atau cara meraih sukses. Orang biasa yang hidup sederhana bisa berbagi sekedar takjil buka puasa kepada tetangga. Bahkan orang miskin pun bisa berbagi, dengan ringan tangan, selalu siap membantu atau dengan bersikap ramah, tersenyum dengan keluarganya, dengan tetangganya. Berbagi tidak hanya dengan harta atau ilmu, tetapi banyak hal yang dapat kita bagi kepada orang-orang di sekitar kita sesuai dengan kapasitas kita.
Berbagi adalah tentang menebar kebaikan, menebar manfaat kepada sesama. Kebaikan sekecil apapun yang kita lakukan untuk membantu sesama, bermanfaat untuk sesama dan membuatnya bahagia, maka kebahagian itu akan menular dan akan kita rasakan bahagia itu. Bahkan hanya sekedar memberi makan kucing yang kelaparan sekalipun, akan membuat kita bahagia.
2. Bersyukur
Bersyukur atas apapun yang terjadi pada diri kita atau sekeliling kita, akan membuat hati kita damai dan tentram, 'ora kemrungsung'. Percaya bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini, sebab semua kejadian yang menimpa kita adalah kehendakNYA, atas ijinNYA. Kita percaya bahwa takdirNYA adalah yang terbaik untuk kita.Â
Pada dasarnya rasa kecewa muncul manakala tidak sesuai antara ekspektasi atau harapan dengan realita. Contoh aktual adalah dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Kita semua sudah berharap ada event besar di Indonesia, Garuda Muda bertanding di laga Internasional, roda ekonomi bergerak cepat dengan dampak positif bagi masyarakat. Wajar ketika tiba-tiba dibatalkan sepihak oleh FIFA, banyak orang kecewa, bahkan marah-marah tak tentu rimba. Namun jika kita bersyukur dan ikhlas menerima, maka hati terasa lebih damai dan tenteram.Â
Bagaimana caranya mengikhlaskan? Ya dengan bersyukur. Bagaimana mungkin orang kecewa kok disuruh bersyukur? Tentu bisa! Yang pertama tentu harus percaya bahwa ini sudah terjadi, ini atas kehendakNYA dan ini adalah takdir. Selanjutnya dialog dengan hati, dengan diri sendiri dengan berandai-andai. Misalnya kalau saya pribadi menyikapi hal ini dengan mengatakan pada diri sendiri, "Inilah yang terbaik untuk saat ini. Mungkin memang Indonesia belum pantas menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Mungkin dengan begitu banyak penonton dan jika rusuh, bisa mengulang kejadian Kanjuruhan. Mungkin jika Garuda Muda bertanding, bisa saja dibabat habis-habisan oleh tim dari negara lain dan bikin malu, mengingat kita bermain hanya karena sebagai tuan rumah." Jadi, pasti inilah jalan terbaik yang dipilihkan Allah untuk kita.
Demikian juga untuk menyikapi semua hal lainnya yang terjadi pada kita. Bersyukur saja dan yakini bahwa inilah jalan terbaik yang dipilihkan Allah untuk kita.Â
3. Tidak over thingking
Berpikir berlebihan untuk hal-hal yang belum terjadi, takut dan cemas memikirkan masa depan, akan membebani pikiran. Tak perlu cemas dan takut dengan hari esok. Dan tak perlu pula terbebani dengan masa lalu yang gelap atau buram. Lakukan saja yang terbaik hari ini, hadapi hari ini, sebaik yang kita bisa. Sebab hidup adalah tentang hari ini. Kemarin sudah berlalu dan esok belum datang. Lakukan tugasmu dengan baik.Â
Para pelajar belajarlah sungguh-sungguh di kelas, ikuti jadwal sekolah jangan mencoba untuk mbolos. Saat guru menerangkan, simak dan dengarkan dengan baik jangan ngobrol. Saat ulangan/ujian, ikuti dan kerjakan sungguh-sungguh sesuai kemampuan tak perlu mencontek. Hasil seluruh rangkaian pembelajaran, terima dengan ikhlas. Nilainya bagus alhamdulillah itulah yang diharapkan, nilai sedang tetap bersyukur tidak menjadi juru kunci. Yang juru kunci tetap bersyukur tidak tinggal kelas.Â
Demikian juga dengan para pekerja, tak perlu cemas dengan ancaman PHK yang menghantui karena ekonomi global yang buram. Tetap bekerja sesuai SOP perusahaan, disiplin waktu masuk dan pulang kerja, siap jika diberikan tugas tambahan, bekerja dengan penuh semangat, tetap optimis memandang masa depan. Memikirkan masa depan boleh, berencana harus, tapi cemas? Jangan!
4. Hati yang selalu merasa cukup
Jangan menggantungkan bahagia pada banyak hal, pada standar yang tinggi. Jangan mengatakan "Tentu aku akan bahagia jika punya mobil pajero (karena sekarang mobilnya masih avanza), tentu aku akan bahagia jika punya mobil (karena sekarang baru punya motor), tentu aku akan bahagia jika punya motor (karena sekarang cuma punya sepeda)".Â
Tak perlu menggantungkan rasa bahagia kita dengan syarat tertentu. Tak harus menunggu punya mobil untuk bahagia. Tak perlu menunggu punya motor untuk bahagia. Tak perlu punya sepeda untuk bahagia. Yang tak punya alat transportasi pribadi pun berhak bahagia. Katakan pada diri sendiri, "Malah sehat kemana-mana jalan kaki. Malah enak naik angkot bisa ngobrol dengan orang lain." Selalu ambil sisi positif pada setiap keadaan.
Hati yang selalu merasa cukup juga akan membuat kita menjauhi sikap serakah. Manusia hakikatnya memang serakah, jika dia memiliki satu lembah emas, tentu dia menginginkan dua lembah lainnya. Tak akan pernah ada puasnya kecuali sudah dipanggil Allah. Oleh karena itu bahagialah dengan yang dimiliki sekarang. Bersyukurlah jika hanya punya mobil, bersyukur jika punya motor, bersyukur jika punya sepeda, pun bersyukur jika tak punya apa-apa, karena masih diberi hidup oleh Allah swt.Â
Apakah kita tidak boleh bercita-cita tinggi? Punya rumah bagus, punya mobil bagus, punya sawah luas, punya tabungan banyak? Tentu sangat boleh dan dianjurkan setiap manusia wajib berusaha sekuat tenaga menghidupi diri, keluarganya dan membantu orang-orang di sekitarnya. Yang tidak boleh adalah mendapatkan kehidupan dunia, kekayaan, jabatan, kekuasaan dengan cara-cara yang salah, dengan menghalalkan segala cara.
Buatlah hati yang selalu merasa cukup, bersyukurlah dan berbahagialah. Â
Salam bahagia untuk kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H