Mohon tunggu...
Ina Purmini
Ina Purmini Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga, bekerja sebagai pns

Menulis untuk mencurahkan rasa hati dan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Wisuda Itu Tak Melulu Soal Baju, Senyum Juga Perlu

27 Februari 2023   23:29 Diperbarui: 28 Februari 2023   00:21 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wisuda merupakan momen yang paling ditunggu anak kuliah, sebab wisuda merupakan penanda bahwa studinya telah selesai, kemudian menerima ijasah serta berhak menyandang gelar di depan atau belakang namanya. 

Namun jujur saya pribadi sebenarnya tidak terlalu berminat mengikuti wisuda. Cukuplah ijasah bagi saya, toh untuk melamar kerja yang diperlukan adalah ijasah, bukan foto wisuda. Saya tidak terlalu antusias mengikuti wisuda sebab saya malas mencari-cari dan menyiapkan baju, kain, kebaya, sandal dan segala pernak perniknya, termasuk menghias diri dengan make up lengkap.

Pada saat kuliah saya mengikuti dan menjadi anggota perhimpunan mahasiswa pecinta alam. Di Fakultas Pertanian UNS terdapat perhimpunan mahasiswa pecinta alam "KOMPOS" dan di sanalah saya aktif berorganisasi, sering naik turun gunung, menempuh rimba, menyusuri pantai, memanjat tebing, dan aktifitas outdoor lainnya. Jadi memakai celana lapang, t-shirt dan baju kotak-kotak flanel khas anak mapala adalah pakaian keseharianyang nyaman.

Dengan penampilan anak mapala, terus disuruh wisuda pakai kebaya? Alamaak....malas sekali. Akibatnya sampai saatnya wisuda hampir tiba, barulah mencari-cari, bertanya sana sini mencari kain, kebaya dan sandal. Dan akhirnya dapatlah kain pinjam punya budhe, kebaya memakai bekas kebaya wisuda kakak, hanya sandal yang harus beli karena tak ada yang punya sandal untuk saya pinjam.

Pada hari H wisuda, saya harus dandan merias diri, tapi saya tidak bisa dandan bermake up lengkap. Saya cuma bisa pakai bedak. Untungnya saya punya ibu kost yang baik hati. Ketika saya minta tolong merias, dengan senang hati beliau menyanggupi. 

Dan pada bulan November 1994, banyak teman-teman yang terbelalak kaget melihat penampilan saya yang berubah 180 derajat! Bagaimana tidak? Saya yang biasanya berpakaian ala anak mapala tanpa make up, hari ini dandan cantik, pakai high heels, bersanggul, berkebaya. 

Meskipun semua hanya pinjaman dengan make up gratisan,  banyak teman bilang "pangling" dan cantik . Dan saya hanya tersenyum menanggapi komentar mereka, sambil dalam hati berkata, "ya pastinya kelihatan lebih cantik, karena selama ini tampilannya kayak cowok, tomboy, kucel, tak bermake up" (tapi tidak bau yaa...hehe..). Dan pastinya tak banyak keluar uang untuk itu semua, minimalis.

(foto dokpri_Puncak G. Arjuno)
(foto dokpri_Puncak G. Arjuno)

Terlepas dari baju dan rangkaian seremoni wisuda, tentu yang paling penting adalah bagaimana setelahnya? Dengan mengantongi IPK 3,3 dari Universitas Negeri, saya cukup percaya diri melamar kerja. Tak berapa lama dengan modal IPK dan senyum saat wawancara, saya diterima bekerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun