Hasil belajar anak yang dituangkan dalam raport selama semester 1 tahun pelajaran 2021/2022 telah selesai dibagikan dan mulai hari ini anak-anak memasuki masa liburan semester 1 dan masuk kembali 2 (dua) minggu mendatang.
Semester ganjil tahun ini merupakan pembelajaran tatap muka penuh, setelah hampir 4 semester dilakukan secara daring ataupun on off (sehari masuk tatap muka sehari berikutnya daring). Anak-anak semangat sekali menyambut pembelajaran tatap muka, sebab banyak hal bisa diperoleh saat tatap muka, terutama tentu suka cita bisa bermain bersama, bersosialisasi dengan teman-temannya.
Selama daring banyak tantangan dihadapi dalam proses pembelajaran, baik oleh anak itu sendiri, orang tua maupun guru-guru. Saya sebagai orang tua tentu jauh lebih repot dan sibuk, sebab harus menyiapkan perangkatnya, kuotanya dan tentu saja lebih banyak pertanyaan tentang pelajaran yang tidak dipahami. Karena dalam  pembelajaran  daring penjelasan guru cukup singkat dan kemudian anak diberikan tugas/PR untuk dikerjakan.Â
Memang anak bisa bertanya kepada guru tetapi karena jaringan dan lain-lain hambatan, hal itu tidak mudah untuk dilakukan. Oleh karena itu orang tualah yang kemudian harus menjelaskan kembali, yang tentu saja harus membaca dan belajar terlebih dahulu materinya, agar bisa mengajari anak.
Tantangan berikutnya adalah pada saat dilakukan ulangan baik ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan akhir semester. Saya memang wanti-wanti ke anak bahwa meskipun ulangan dilakukan secara daring, ada kesempatan untuk mencari jawaban melalui google atau membuka buku tanpa dilihat guru, tetapi ulangan adalah ulangan, sebuah cara untuk mengukur kemampuan, seberapa jauh materi dipahami.Â
Oleh karenanya tidak boleh membuka buku, tidak boleh mencari jawaban di google dan tidak boleh  bertanya kepada orang tua, sebab jika itu dilakukan maka itu artinya menyontek dan itu tidak boleh, tidak jujur.
Selama masa pandemi, anak saya tidak pernah ranking 1 kembali, tidak seperti semester-semester sebelumnya yang selalu di posisi 1 atau 2. (Sebenarnya saya pribadi tidak terlalu memusingkan ranking karena percaya setiap anak berbakat di bidang tertentu dan memang tidak tercantum dalam raport.Â
Demikian pula guru pada saat pembagian raport menyampaikan bahwa sebenarnya sudah tidak ada ranking-rankingan, sebab setiap anak berpotensi di pelajaran tertentu atau ekskul tertentu. Namun karena sebagian orang tua menghendaki disebutkan rankingnya, maka guru kemudian melakukan pemeringkatan dan disebutkan sekilas rangking 1-10).Â
Saya bertanya ke anak, mengapa rangkingnya melorot ada di posisi 4, dia menceritakan bahwa temannya yang ranking 1 itu sering mamanya yang mengerjakan PR, Â dan kalau ulangan juga katanya suka dibantuin nyari jawaban, kalau mengerjakan tugas juga suka banyak dibantuinnya, jadi nilainya selalu bagus. Â
Tapi saya tetap memberikan nasihat dan motivasi kepada anak bahwa jujur itu lebih baik karena itu perintah agama, meskipun nilainya menjadi lebih rendah dibandingkan nilai temannya.Â
Tetapi nilai tersebut benar-benar mencerminkan kemampuan diri, sementara yang nilainya bagus tetapi karena dibantu orang tua tidak mencerminkan kemampuan anak.Â
"Berarti itu nilai orang tuanya. Lha yang sekolah siapa? Anaknya apa orang tuanya?", tanya saya kepada anak.Â
"Ya anaknyalah yang sekolah", jawabnya.
"Ya sudah, kalo begitu adik harus tetap jujur, mengerjakan sendiri sesuai kemampuan. Kalau belajarnya rajin, benar-benar memahami materi, nanti suatu hari juga akan terbukti." kataku memotivasi.
Nah, hari Jum'at kemarin adalah sebuah pembuktian, karena si adik berhasil menjadi terbaik 1 di kelasnya. Tentu dia sangat senang sebab seolah itu sebuah pembuktian bahwa kejujuran akan tetap menang melawan ketidakjujuran, sebagaimana sebuah kejahatan pada akhirnya akan kalah oleh sebuah kebaikan.
Jadi, tetap ajarkan kejujuran kepada anak-anak kita, meskipun sebagai orang tua selalu ada dorongan untuk membantu agar anak kita menjadi yang terbaik dan ada banyak kesempatan untuk membantu, namun tetap harus diperhatikan agar membantu dengan cara-cara yang baik dan jujur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H