Distribusi bantuan yang terkendala, seringkali terjadi dalam peristiwa bencana alam, demikian juga dengan bencana alam gempa bumi yang terjadi di Cianjur. Masyarakat yang menjadi korban bencana tidak segera tertangani dengan baik.
Bantuan sandang, pangan, papan dan obat-obatan seharusnya dapat segera dikirimkan ke lokasi bencana untuk mengurangi dampak bagi korban, terutama bagi mereka kelompok rentan seperti bayi, balita, lansia dan ibu menyusui serta ibu hamil.
Medan yang berat biasanya menjadi faktor paling berpengaruh dalam sulitnya distribusi bantuan sampai ke korban, di samping kurang terkoordinirnya distribusi bantuan.Â
Kabupaten Cianjur dengan topografi perbukitan serta kondisi pasca gempa yang merusak sebagian prasarana dan sarana jalan, membuat semakin sulit distribusi bantuan sampai kepada para korban.
Agar bantuan terdistribusi dengan baik mestinya memenuhi empat tepat, yaitu tepat alur distribusi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat kualitas/kuantitas. Dan untuk bisa mencapai empat tepat di atas, maka keterlibatan kelembagaan masyarakat di desa sangatlah penting.Â
Mengapa? Sebab yang paling mengerti keadaan di desa, baik itu mengenai medan, lokasi, berapa banyak dan bagaimana kondisi korban, dimana letak tenda/bangunan pengungsian, dan lain-lain adalah desa itu sendiri.Â
Kelembagaan desa mulai dari Pemerintah Desa sendiri, juga RT, RW, Puskesos, Karang Taruna, Linmas, PKK, bahkan BUMDes bisa digerakkan, dilibatkan secara aktif untuk membantu korban bencana termasuk dalam hal distribusi bantuan.
1. Tepat alur distribusi
Tentu manajemen bencana termasuk distribusi bantuan sudah ada SOP yang memadai, namun seringkali di sisi implementasi tidak berjalan sebagaimana diharapkan.Â
Oleh karena itu harus dipastikan bahwa bantuan dari manapun datangnya hendaknya disalurkan melalui jalur yang tepat, agar tidak terjadi tumpang tindih yang akibatnya bantuan tidak tersalurkan, atau menumpuk di satu tempat, atau bahkan dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.Â
Jalur distribusi bantuan secara bertingkat dari kabupaten, kecamatan dan di tingkat desa dengan melibatkan kelembagaan desa untuk sampai kepada para korban.
Pemerintah desa dibantu kelembagaan desalah yang pertama kali melakukan pendataan warga yang terkena dampak, ada berapa jumlahnya, di titik mana saja (dusun, RT, RW), bagaimana kondisi korban (luka parah, luka ringan) dan dimana lokasi pengungsiannya.Â
Informasi inilah yang kemudian dijadikan dasar dalam pemberian bantuan, sehingga sasarannya tepat. Mereka yang memperoleh bantuan adalah mereka para korban dan disesuaikan dengan kondisinya.
3. Tepat Waktu
Pemerintah desa dibantu kelembagaan desa serta pihak lainnya dapat memberikan informasi secara berkesinambungan kepada pemerintahan di atasnya tentang kondisi di desanya.
Jika terdapat hal-hal kritis yang harus segera ditangani dengan informasi yang cepat dari desa, bantuan diharapkan datang tepat waktu. Misalnya diantara para korban terdapat seorang ibu hamil yang hendak melahirkan, maka arus informasi yang cepat dan tepat dapat mendatangkan bantuan secara tepat waktu agar ibu melahirkan tertolong baik ibu maupun bayinya.
4. Tepat kualitas/kuantitas
Masih dengan mengandalkan informasi dari sumbernya yaitu pemerintah desa, kelembagaan desa dan dibantu berbagai pihak lainnya, dapat diketahui berapa banyak korban jiwa, berapa banyak yang luka berat, luka ringan, berapa jumlah balita, bayi, ibu hamil, ibu menyusui, lansia.Â
Di titik/dusun/RT/RW mana saja korban tersebut, di lokasi pengungsian mana. Berapa dan di mana saja sarana prasarana seperti jalan, jembatan yang hancur dan tidak bisa dilalui, rumah yang rusak berat, rusak ringan.
Dengan mengetahui data-data di atas, maka jumlah dan jenis bantuan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk bahan pangan misalnya tentu korban anak balita dan bayi harus diperhatikan secara khusus sebab berbeda kebutuhan pangannya dengan orang dewasa.
Susu dan MPASI tentu merupakan prioritas bagi korban bencana anak-anak, bayi, dan balita. Demikian juga untuk kebutuhan sandang, obat-obatan, papan dan lain-lain, tentu harus sesuai dengan kebutuhan korban bencana di masing-masing desa.
Dengan melibatkan secara aktif pihak pemerintah desa dan seluruh kelembagaan desa maka diharapkan bantuan dapat mengalir lancar, karena warga desa pulalah yang mengetahui jalur-jalur jalan mana saja yang masih bisa dilalui mana yang tidak, sehingga bantuan dapat segera sampai kepada korban secara tepat waktu, tepat kuantitas/kualitas, tepat sarasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H