Mohon tunggu...
Ina Purmini
Ina Purmini Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga, bekerja sebagai pns

Menulis untuk mencurahkan rasa hati dan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Emak Tetap Sehat di Usia 90 Tahun, Apa Resepnya?

19 Juli 2020   23:55 Diperbarui: 21 Juli 2020   18:49 2548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sungguh bahagia, dapat pulang kampung setelah setengah tahun lebih tak berkunjung ke rumah emak. Sedianya Lebaran tahun ini yang jatuh di bulan Mei 2020 kemarin kami mudik, namun karena pandemi covid-19 terpaksa kami batalkan.

Mengapa saya bahagia? Karena emak di usianya yang akan mencapai 90 tahun di tanggal 31 Desember 2020 nanti, sungguh masih terhitung sangat sehat!

Ya...yangyut (eyang buyut), yangti (eyang putri), dan emak kami sampai hari ini tidak mempunyai penyakit serius yang biasa menjangkiti para manula misalnya hipertensi, rematik, stroke, diabetes, dan lain-lain. Emak biasanya sakit seputar tidak lancar BAB, badan meriang lungkrah capek, dan gatal di sekujur badan.

Penyakit-penyakit tersebut kami anggap cukup ringan dan bahkan untuk sakit meriang capek lungkrah bisa sembuh dalam sekejap dengan kedatangan anak, cucu, dan cicit yang mengajaknya ngobrol.

Bukan kami yang cerita, tetapi emaklah yang banyak bercerita ndongeng tentang masa lalunya. Kami hanya mendengarkan sambil membumbui sana sini, menanyakan ini itu yang membuat emak semakin semangat bercerita dan lupalah dengan sakitnya.

(Oh iya emak mempunyai anak sebanyak 12 orang, namun dua yang pertama meninggal saat masih bayi dan satunya lagi meninggal karena lahir prematur, sehingga tinggal kami 10 bersaudara terdiri dari 9 perempuan dan 1 laki-laki)

Di usianya yang menginjak tahun ke-90 dan tetap sehat, membuat kami anak-anaknya menganalisis kehidupan emak, kok bisa tetap sehat di usia 90 tahun? Bahkan kami anak-anak dan menantunya, ada yang kalah sehat karena ada di antara kami yang menderita penyakit diabetes, jantung, dan juga stroke. 

Hasil analisis sederhana kami menyimpulkan bahwa emak tetap sehat di usia 90 tahun karena hal-hal sebagai berikut:

1. Aktif bergerak
Emak adalah seorang ibu rumah tangga dan seorang guru/kepala sekolah di desa. Dengan kondisi saat itu, banyak anak, masih kecil, pendapatan tak seberapa tentu emak dan bapak mengerjakan semuanya sendiri. Pekerjaan rumah tangga, berkebun dan berdagang kecil-kecilan dilakukan emak untuk membantu bapak memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Jadi emak memang kami lihat tidak pernah secara khusus melakukan gerakan-gerakan olahraga (berbeda dengan bapak yang kami lihat sering melakukan gerakan olahraga ringan), tetapi beliau aktif bergerak. Beliau perawakannya kecil, langsing dan jika langkahnya dihitung dalam sehari, sepertinya sudah memenuhi kriteria kesehatan saat ini yaitu minimal 1000 langkah sehari.

Emak tidak bisa bersepeda, jadi dari rumah ke pasar, ke kebun, ke sungai (dulu waktu kami belum punya sumur) selalu jalan kaki dan itu sepertinya salah satu rahasia sehatnya.

2. Kebiasaan bangun dan mandi pagi
Emak selalu bangun pagi-pagi, biasanya jam 04.00 WIB atau terkadang 03.30 WIB beliau sudah bangun serta langsung mandi pakai air hangat. Saya masih ingat ketika masih kecil, masih di pembaringan dan pagi-pagi sekali  mendengar emak berdendang kecil selesai mandi, rasanya senang sekali.

Setelah mandi barulah emak sholat jadi kata beliau rasanya segar dan rasa sakit pegal hilang dengan mandi pagi-pagi sebelum subuh. Kebiasaan mandi pagi sebelum subuh ini terus berlangsung sampai hari ini.

Inipun kami nilai sebagai salah satu rahasia sehat emak, sebab memang dengan mandi badan terasa lebih segar. Terlebih jika itu dilakukan sebelum kita beribadah sholat yang notabene untuk berkomunikasi berdoa kepada Allah SWT sehingga hati dan pikiran menjadi tenang, 'semeleh'.

3. Makanan
Emak hidup di desa di mana pada jaman itu hampir semua makanan yang dikonsumsi emak dan kami sekeluarga adalah makanan sehat, bahkan vegetarian dengan sendirinya hehe.. Ya...karena pada jaman dahulu, untuk makan daging ayam saja harus menunggu saat lebaran atau slametan.

Artinya dalam keseharian kami, makanan yang kami konsumsi lebih banyak sayur dan buah berasal dari kebun kami sendiri, nasi, sayuran seperti daun singkong, lembayung, daun ubi jalar, kangkung semuanya kami ambil dari kebun.

Lauknya yang paling sering adalah tahu, tempe kedelai, tempe gembus, kerupuk. Sesekali ada protein hewani seperti iwak pe, iwak pindang, telur bebek (hasil kami memelihara bebek sendiri). Buahnya kami punya pohon mangga dan pisang yang selalu ada sepanjang tahun.

Bisa jadi pola makanan seperti ini juga meruapakan rahasia sehat emak, karena minim protein hewani dan lebih banyak buah dan sayur. Dan dari cerita emak, kami tahu meskipun  punya 12 anak tetapi emak tidak pernah minum jamu. Mungkin kalau emak juga rajin minum jamu, bisa lebih sehat lagi.

4. Keharmonisan rumah tangga
Sepanjang yang saya tahu, saya tidak pernah melihat atau mendengar emak bertengkar dengan bapak. Saya tidak tahu apakah emak yang nerimo dengan segala keadaan kami yang pas-pasan atau bapak yang memang sabar menghadapi emak.

Namun kami anak-anaknya memang tidak pernah mendengar secara terbuka bapak dan emak bertengkar, yang terlihat adalah keharmonisan keluarga kami. Setiap pagi emak menyiapkan sarapan bagi kami sekeluarga dan segelas teh tubruk untuk bapak.

Saya seringkali ikut minum teh tubruk bapak bahkan sebelum bapak meminumnya hehe...tapi mungkin karena saya anak ragil, rasanya tidak pernah dimarahi untuk hal itu.

Faktor keharmonisan keluarga ini juga kami nilai menjadai rahasia sehat emak, karena biar bagaimanapun secara psikologis ketentraman hati, jiwa dan pikiran berpengaruh kepada kesehatan.

(Oh iya bapak saya sudah meninggal di usia 78 tahun disebabkan sakit jantung bawaan (jatung bapak tidak sempurna, katanya sih ada yang bocor gitu).

5. Anak-anak yang menghibur
Nah...faktor terakhir ini kami masukkan juga, mengingat sepeninggal bapak, kamilah anak-anak yang menemani emak, menghibur emak. Meskipun emak tinggal di desa bersama kakak ragil, tetapi kami yang tinggal di luar kota (yang dekat dengan tempat tinggal emak) selalu berusaha bergantian setiap minggu di akhir pekan menengok emak agar terhibur, merasa diperhatikan dan tidak kesepian.

Karena memang sangat nyata bedanya, makala lama tidak ada anak, cucu, cicit yang menengok karena kesibukan satu dan lain hal, maka emak biasanya  agak marah-marah dan merasa kecewa, merasa tidak diperhatikan, dan menjadi mengeluh sakit ini itu, tidak enak badan, padahal sebenarnya bisa jadi hanya karena kangen.

Karena ketika kami datang dan kemudian ngobrol bercengkrama, maka tanpa disadari sakit emah yang dikeluhkan tadi hilang dengan sendirinya dan berganti dengan keceriaan.

Itu hanya analisis kasar atas sehatnya emak kami di usianya yang menjelang 90 tahun. Kebenarannya kami juga tidak tahu persis, namun jika ada hal-hal baik yang berpengaruh terhadap rahasia sehat emak, ya bolehlah kita tiru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun