Wabah covid-19 sedang melanda dunia, tak terkecuali negeri kita tercinta Indonesia. Berbagai upaya dilakukan Presiden dan seluruh jajarannya di tingkat pusat dan daerah. Pengerahan sumber daya dilakukan termasuk diantaranya 'dana'. Salah satunya adalah dengan melakukan refocussing kegiatan dan realokasi anggaran.
Artinya kegiatan-kegiatan, proyek dan belanja-belanja yang dapat ditunda pelaksanaannya, tidak harus tahun ini, anggarannya dapat direalokasikan untuk kegiatan-kegiatan, belanja dalam rangka percepatan penanganan wabah covid-19. Realokasi anggaran ini dilakukan baik di pusat melalui APBN maupun di daerah dengan APBD masing-masing.
Disebabkan kebutuhan anggaran untuk percepatan penanganan covid-19 ini memang besar, ada wacana dari pemerintah untuk memotong gaji Aparatur Sipil Negara (ASN).
Di Pusat, semula ibu Sri Mulyani menyampaikan gaji ke-13 dan THR ASN kemungkinan tidak bisa dibayarkan, namun berita terakhir setelah dilakukan kalkulasi, PNS Golongan I, II dan III tetap memperoleh THR dan Gaji ke-13. Sementara untuk Golongan IV masih akan dirapatkan kembali dengan Presiden.
Saya pribadi sebagai PNS Â (yang kebetulan sudah golongan IV, yang saat ini masih dag dig dug menanti bu SMI menyampaikan kabar baik) hanya bisa menerima saja, dengan ikhlas, apapun nanti keputusan Pemerintah. Mengapa? kok kesannya pasrah sekali, tidak ada upaya protes atau apa gitu.Â
Satu, karena saya percaya, apapun keputusan pemerintah pasti sudah melalui rapat, diskusi, perhitungan/kalkulasi yang matang dan berbagai pertimbangan objektif lainnya.
Saya selalu percaya hal tersebut, sebab yang rasakan/alami sebagai PNS, jika kita membahas suatu masalah pasti melalui rapat dan perdebatan yang alot sebelum diambil keputusan. Dan memang keputusan yang akhirnya diambil oleh pimpinan terkadang tidak sesuai dengan pendapat kita. Tapi  keputusan tersebut diambil setelah mendengarkan banyak masukan dari kita dan mempertimbangkan banyak hal.
Kedua, Â gaya hidup saya yang menyesuaikan dengan pendapatan. Dengan gaji PNS yang pas-pasan (pas butuh pas ada uangnya ...alhamdulillah) saya berusaha bergaya hidup sederhana.
Saya tidak suka berhutang untuk keperluan konsumtif, misalnya beli mobil baru, motor baru, tas bermerk, perhiasan dan baju-baju mahal, dan lain-lain gaya hidup mewah.
Saya memang lebih suka membeli dengan cara menabung terlebih dahulu, meski yang saya peroleh tentu bukan barang-barang baru dengan harga selangit, tetapi misalnya mobil ya second, motor baru tetapi bukan merk atau harga yang selangit, tas baju sepatu yang harganya terjangkau.Â
Ketiga, menahan diri agar tidak berhutang. Sudah menjadi rahasia umum barangkali bahwa sebagian besar PNS 'menyekolahkan SK' di bank. Dan saya termasuk yang sebagian kecil, dimana saya lebih suka menyelenggarakan home schooling untuk SK saya. SK cukup saya simpan di rumah.
Sebab, sekali berhutang sangat sulit lepas dari hutang berikutnya. Bisa dibayangkan ketika gaji sebulan misalnya Rp5.000.000,00 dan harus dipotong angsuran bank Rp4.000.000,00 maka tinggal Rp1.000.000,00 untuk biaya hidup sebulan! Bahkan ada beberapa kasus PNS yang gajinya ...minus!
Jadi setiap kali gajian bukannya menerima uang justru harus setor. Biasanya memang masih ada pendapatan lainnya yang diandalkan oleh PNS misalnya tunjangan kinerja atau honor-honor lainnya, namun jika sudah ada yang minus dari satu sumber tentu akan mengganggu pendapatan lainnya, bahkan ujung-ujungnya akan berhutang lagi untuk menutup keperluan rumah tangga.
Bukan berarti saya tidak pernah berhutang, sebab kalau tidak pernah berhutang diragukan sebagai PNS sejati hehe.... Ya saya memang pernah berhutang tetapi untuk kebutuhan-kebutuhan produktif/investasi yaitu membeli/merenovasi rumah.
Keempat, biasakan menabung. Banyak PNS yang mengeluh, bagaimana mungkin bisa menabung? dengan pendapatan sebesar itu dan kebutuhan yang semakin banyak, tidak mungkin bisa menabung. Sangat bisa menabung jika kita mau disiplin. Saya mempunyai TANAS (tabungan anak sekolah) yang sejatinya bisa untuk keperluan apa saja, sebab ini sebuah tabungan rencana.
Contoh simpel, ketika anak saya masuk SD, saya membuka Tanas Rp100.000,00 per bulan selama 6 tahun (72 kali setoran) dan di akhir tahun ke-6 saat anak saya masuk SMP, saya memperoleh dana Rp10.000.000,00 yang dapat saya pakai untuk membayar semua keperluan sekolah mulai pendaftaran, seragam, laptop, dll. Demikian seterusnya saat sampai anak kuliah saya selalu buka Tanas agar saatnya anak-anak masuk jenjang sekolah yang lebih tinggi sudah tersedia dananya tanpa harus berhutang.
Kelima, selalu bersyukur. Sungguh luar biasa efek dari selalu bersyukur ini sebagaimana firman Allah dalam QS 14 : 7 "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatKu) maka pasti azabKu sangat berat."
Ketika kita selalu bersyukur atas apa yang kita terima, kita miliki sebagai sutau nikmat dari Allah, rasanya selalu cukup di hati. Dan ketika hati kita merasa selalu cukup, kita  tidak akan merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain. Ketika ada teman PNS yang sama golongannya dengan kita tetapi dia  memiliki rumah 3, mobil mewah, tasnya berharga jutaan, kita akan tetap santuuy...dan tidak tergerak untuk KKN dalam rangka memiliki semua barang tersebut. Insya Allah...
Keenam, jika benar PNS golongan IV tidak memperoleh THR dan Gaji-13 dan/atau gaji ASN dipotong untuk membantu pemerintah dalam rangka percepatan penanganan covi19, saya akan menerimanya dengan ikhlas. Kami di kantor sudah menggalang dana dari honor yang kami terima untuk membantu membeli APD bagi teman-teman medis paramedis di RSUD.
Kami terbiasa menggalang dana jika terjadi bencana banjir, tsunami, gunung meletus dan sebagainya. Jadi membantu teman-teman, saudara, sahabat, kerabat baik jauh atau dekat baik mengenal secara pribadi atau tidak bukan sesuatu yang baru bagi saya, bagi kami dan bagi kita bangsa Indonesia.
Jadi kalau sekarang saya sebagai PNS harus dipotong gaji, harus tidak menerima THR dan Gaji-13 (meski agak sedih), saya rela, saya ikhlas membantu Negara dalam rangka percepatan penanganan covid-19.
Kapan lagi saya bisa berbuat negeri ini, sebagaimana kata-kata Presiden AS ke-35 John F. Kennedy "Jangan tanyakan apa yang Negara dapat perbuat untuk anda, tetapi tanyakanlah apa yang dapat anda perbuat untuk Negara".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H