Mohon tunggu...
Ina Purmini
Ina Purmini Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga, bekerja sebagai pns

Menulis untuk mencurahkan rasa hati dan isi pikiran

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berhaji, Sebelum Usia 50 Tahun

18 Februari 2020   00:48 Diperbarui: 18 Februari 2020   00:58 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Nabawi di Madinah, musim haji 2019 (dokpri)

Berhaji merupakan salah satu rukun Islam yang harus dilaksanakan umat Islam, setelah syahadat, sholat, puasa dan zakat. Berhaji  wajib dilaksanakan bagi umat Islam yang mampu. 

Mampu di sini baik mampu secara jiwa dan raga yaitu sehat jasmani dan rohani dan juga mampu secara finansial, sebab untuk melaksanakan ibadah haji memang dibutuhkan biaya yang cukup mahal yaitu sekitar 35 juta rupiah untuk musim haji tahun 2019 dan 2020 sekarang ini.

Saya pribadi punya target : harus dapat melaksanakan ibadah haji sebelum usia 50 tahun! Saya banyak mendengar cerita teman-teman yang sudah berhaji, menyarankan sebaiknya berhaji jangan menunggu pensiun. 

Sebab saat sudah pensiun, tenaga kita 'kurang kuat' (meski tergantung kondisi personal masing-masing) mengingat ibadah haji  membutuhkan  fisik yang sehat bugar dan stamina yang kuat.  

Rangkaian ibadah haji seperti thawaf, sa'i, wukuf di Arafah, lempar jumroh di Mina, bahkan pulang pergi dari hotel ke Masjidil Haram/Masjid Nabawi setiap hari membutuhkan energi yang cukup tinggi, membutuhkan fisik yang prima. 

Cita-cita tersebut (berhaji sebelum usia 50 tahun) bisa jadi cukup muluk jika dilihat penghasilan saya sebagai PNS golongan III dan suami saya yang karyawan biasa sebuah perusahaan swasta. 

Penghasilan kami rasanya pas-pasan, artinya pendapatan dan belanja sungguh (kami buat) imbang. Sebenarnya kebutuhan rutin bulanan rumah tangga dengan 3 orang anak sekolah, berbagai kebutuhan belanja bulanan, cicilan rumah, biaya asisten rumah tangga dan lain-lain  membuat kami sulit 'bergerak". 

Namun karena keinginan yang begitu besar, membuat saya harus kuat menahan segala godaan, dan saya harus bisa menyisihkan terlebih dahulu sebagian pendapatan saya untuk ditabung!

Godaan apa saja yang saya hadapi ? Diantaranya adalah :

Saat teman-teman membeli mobil baru dari dealer (rata-rata mereka menyicil) saya lebih memilih membeli mobil second, toh manfaatnya sama yang penting bisa dipakai mudik, jalan-jalan tidak kehujanan tidak kepanasan dan tidak mogok. 

Saat teman-teman menambah aset baru seperti rumah kedua atau mobil kedua (untuk suami istri) saya cukupkan satu saja dulu tak perlu yang kedua karena belum membutuhkannya (duitnya juga tidak ada hehe...). 

Saat anak-anak SMA rata-rata dibelikan motor sport baru orang tuanya, anak saya cukup memakai motor vespa ayahnya (dan untungnya mereka justru bangga karena 'lain dari yang lain' dan dikenal sebagai satu-satunya anak SMA di sekolahnya yang pake vespa PX 150 Exclusive). 

Saat teman-teman membeli baju, tas, sepatu, hijab dan aneka pernak-pernik bermerk yang mahal di butik, saya cukup belanja kebutuhan tersebut di toserba atau pasar tradisional, dan tak perlu merk keren toh fungsinya sama yang penting nyaman dipakai. 

Ya...intinya saya yang  pada dasarnya memang tidak suka kemewahan (kan gak ada uang buat bermewah-mewah hehe...) menjalani hidup secara sederhana saja, sak madya, yang penting masih bisa menikmati hidup, masih bisa ngajak makan di luar anak-anak saat moment-moment penting seperti ulang tahun misalnya, masih bisa jalan-jalan tipis-tipis ke kota-kota sekitar yang deket. 

Dan mulailah saya menabung untuk berhaji di tahun 2008,  tentu di tabungan haji yang tak ada ATMnya, agar tidak menggoda iman. Dan pada bulan Desember 2011 alhamdulillah....tabungan saya sudah cukup untuk membayar pendaftaran haji di Kantor Departemen Agama yaitu Rp25 juta dan saya memperoleh porsi haji dengan rencana keberangkatan tahun 2019. Tabungan haji tetap saya lanjutkan, agar cukup saat harus pelunasan untuk keberangkatan nanti. 

Dan alhamdulillah....tahun 2019 yang baru lalu, saya bersama suami diberi kesempatan Allah untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci, di usia : 48 tahun! Artinya target pribadi saya tercapai dan alhamdulillah....berkat kasih sayangNYA kami berdua dapat melaksanakan ibadah haji, baik rukun, wajib dan sunahnya dengan lancar, sehat dari berangkat sampai pulang kembali ke tanah air.

Saya termasuk calon jamaah haji yang beruntung, sebab antrian dari saat pendaftaran yaitu tahun 2011 sampai dengan saat keberangkatan yaitu tahun 2019, hanya perlu waktu 8 tahun. 

Semakin lama antrian ibadah haji semakin panjang, seperti  seorang teman yang mendaftar baru-baru ini, awal tahun 2020 ini, mendapat antrian di tahun 2036 atau saat dia berusia 60 tahun.

Oleh karena itu, sebaiknya menabung haji sejak dini jika menginginkan berhaji masih di usia produktif. Bahkan untuk saat ini, saat anak-anak masih kecil pun sebaiknya sudah dipersiapkan untuk biaya haji, di samping biaya pendidikan. Hal ini mengingat antrian yang sudah mencapai 10-20 tahun lebih, tergantung daerahnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun