2. Jangan berikan jalan mudah bagi anak
Ada sebagian orang tua di negeri ini yang selalu ingin memberikan kemudahan bagi anaknya. Sebenarnya tidak ada yang salah, asal dilakukan dengan cara yang benar.Â
Namun jika kita menengok ke belakang, PPDB tahun 2015, 2016 misalnya dimana pada saat itu murid miskin dapat masuk ke sekolah yang dekat dengan tempat tinggalnya, termasuk sekolah favorit dengan kuota 20%, hanya dengan menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Lalu tiba-tiba banyak sekali orang mendadak miskin, bahkan mereka yang bermobil pun tidak malu mencari SKTM hanya agar anaknya diterima di sekolah favorit.Â
Dan untuk tahun ini, karena PPDB berbasis jarak, maka tiba-tiba kepadatan penduduk di sekitar sekolah favorit menjadi tinggi. Mengapa? Karena banyak orang tua mencarikan jalan mudah bagi anaknya untuk diterima di sekolah favorit dengan memindahkannya (hanya pindah pencatatan di Kartu Keluarga, sedangkan domisili anak tetap bersama orang tua) ke KK saudara, sahabat atau kerabat.
Dengan cara-cara seperti di atas, sadar atau tidak, telah mengajarkan perbuatan/akhlak yang buruk kepada anak. Anak menjadi terbiasa berbuat curang, tidak jujur dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Cara di atas, pada dasarnya adalah perbuatan yang dzolim. Kita telah mendzolimi anak-anak yang semestinya bisa masuk sekolah dengan SKTM yang sebenarnya, dengan jarak rumah ke sekolah yang sesuai KK. Tapi dengan SKTM abal-abal atau KK nitip nama sebentar, kita menggeser anak-anak yang semestinya diterima karena memang sesuai kriteria/persyaratan.
3. Jadikan sekolahmu sekolah favorit
Jika PPDB zonasi seperti sekarang ini terus dilanjutkan, tidak akan ada lagi sekolah favorit atau tidak favorit. Katakan saat ini yang favorit adalah SMA 1, dengan sistem zonasi, anak-anak cerdas bernilai 100 dan 90 mungkin hanya sebagian kecil, karena sebagian besar yang diterima adalah anak-anak yang dekat sekolah meski nilai/prestasinya kurang bagus atau bahkan cenderung rendah. Lantas akankah  dengan kondisi tersebut, yang terus menerus terjadi selama bertahun-tahun ke depan, SMA 1 tetap SMA favorit? Rasanya tidak.Â
Oleh karena itu, menjadi tidak penting bersekolah di sekolah favorit atau tidak. Yang paling penting justru menumbuhkan kepercayaan diri pada anak di manapun bersekolah, jadikanlah sekolahmu sekolah favorit. Bagaimana caranya? Tetap rajin belajar, menggali potensi diri dengan bimbingan guru, terus berusaha untuk lebih baik.Â
Pada gilirannya nanti, jika dilakukan  upaya bersama (murid, guru, orang tua siswa, masyarakat dan pihak terkait lainnya) secara optimal, akan tumbuh bibit-bibit unggul dari semua sekolah sehingga semua sekolah akan menjadi sekolah favorit.Â
Jadi, tak usah risau dengan PPDB sistem zonasi seperti sekarang ini, karena tujuannya baik. Yang penting bagi kita sebagai orang tua adalah tetap mendorong, memotivasi, mensupport anak untuk tetap rajin belajar, menggali potensinya, memberikan contoh perbuatan yang baik.Â