Mohon tunggu...
Nurjannah
Nurjannah Mohon Tunggu... Freelancer - Masih belajar

Happy woman as a mother and a learner...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Minta Tolong, Tahapan dan Konsekuensi

11 Maret 2020   10:53 Diperbarui: 11 Maret 2020   10:54 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah anda pernah meminta bantuan orang lain untuk sesuatu yang sangat mendesak? Harusnya sih semua orang pernah. Meminta bantuan tenaga, ide, saran atau berupa materi alias dana alias uang.

Setelah merasakan pengalaman "meminta bantuan" saya menyadari ada beberapa aspek penting terkait aktivitas ini. Saya akan membahasnya menjadi 3 bagian: pre-meminta bantuan,  meminta bantuan in action dan post meminta bantuan. Bahasan ini akan dipandang dari sudut orang yang "jarang atau hampir tidak pernah" meminta bantuan. 

Yah, jenis orang-orang yang biasanya selalu bisa mengatasi masalah sendiri atau bahkan biasanya malah sering memberi bantuan kepada orang lain. Kita bisa sebut tipe mandiri dan kokoh lah. Karena bagi orang-orang seperti ini, meminta bantuan oranglain adalah pilihan terakhir dan tersulit, mengingat rasa "harga diri" dan "rasa tidak ingin merepotkan orang lain" yang tinggi. Dilema lah...

Pertama, pre meminta bantuan. Jadi ini adalah situasi sebelum kita memutuskan untuk meminta bantuan orang lain. Menurut pengalaman saya, ini adalah fase yang paling makan waktu, karena otak dan hati sering sekali tidak sejalan. Ada rasa malu, gengsi atau tidak enak hati. Jadi maju, mundur, maju, mundur.

Sampai akhirnya hati bilang, "coba dulu deh walaupun malu" (padahal seharusnya ga usah malu, kan minta tolong tidak melanggar hukum toh...). Kemudian, kita bisa membuat daftar siapa subjek yang berpotensi untuk dimintakan tolong. Mulai dari yang paling dekat, sahabat,  keluarga, kolega atau orang asing. Kita boleh mendaftar subjek yang kita ketahui memiliki kesempatan 50+1% untuk menolong, sehingga kemungkinan berhasil menjadi lebih besar.

Setelah membuat daftar, kita harus menyusun langkah-langkah pendekatan yang paling tepat sesuai subjek sasaran. Misalnya, kepada sahabat kita bisa menggunakan bahasa informal dan dapat merinci masalah secara detail dan sangat jujur. Kepada keluarga bisa juga menggunakan bahasa informal, tapi mungkin informasi tentang masalah yang dihadapi dibagi secara bertahap agar mereka tidak shock. 

Kepada kolega atau orang asing mungkin kita harus menggunakan bahasa formal dan mungkin beberapa lembar surat kesepakatan. Terakhir tentukan waktu eksekusi dengan detail, misalnya untuk sahabat dan keluarga paling tepat adalah dijam-jam santai, waktu minum teh atau saat makan malam. Bungkus...

Kedua, meminta bantuan in action. Saatnya eksekusi. Berdoalah sebelum melakukan eksekusi. Cobalah jangan panik dan pastikan anda sudah benar-benar membaca dan mengingat rencana yang sudah dibuat. Akan lebih baik jika anda berlatih terlebih dahulu, mungkin didepan cermin dikamar. Lakukan dan ikuti langkah2 yang sudah ditetapkan dengan seksama. Jika eksekusi dilakukan lewat telepon, pastikan anda sudah menyusun kata-kata yang akan diucapkan diselembar kertas agar tetap fokus. 

Jika bertemu langsung, perhatikan sikap tubuh dan mimik muka, jangan terlalu mendramatisir juga jangan kelihatan angkuh. Tenang dan rileks, ini adalah usaha yang pantas untuk dilakukan. Sepengetahuan saya, kemungkinan akan keluar keringat dingin, tenggorokan yang tiba-tiba kering atau bahkan air mata berada diatas 70%. Jadi persiapkan air putih dan tisu agar semua tetap terkendali. Sampaikan hajat anda dengan intonasi yang rendah dan ritme yang sedang. 

Gunakan vokal yang bulat agar subjek sasaran menangkap jelas maksud anda dan tidak terdapat ambiguitas makna. Saran terpenting, sampaikan berita permintaan tolong anda dengan singkat dan padat, jangan bertele-tele. Kemudian, tutup mulut anda dan buka jika anda perlu menjawab saja. Pasang telinga dengan baik dan dengarkan apapun dengan penuh perhatian. Bertahan lah meskipun anda merasakan telinga anda seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Percayalah itu hanya persepsi saja, telinga anda tetap berada di tempatnya dan baik-baik saja. Yang penting sabar dan tawakal. Sekali lagi, ini adalah usaha yang pantas untuk dicoba.

Ketiga, Post meminta bantuan. Difase ini, 50% beban anda sudah terangkat. Sekarang hanya tinggal menunggu hasil saja. Dalam tahap ini sangat diperlukan perasaan ikhlas yang besar dan ketenangan batin, karena jawaban yang akan anda dapat bisa melenceng jauh dari harapan yang anda buat. Jika anda tidak bersiap-siap, gap antara kenyataan dan harapan ini akan menimbulkan luka hati yang sangat perih. Jika jawaban yang anda dapatkan adalah sesuai dengan harapan anda, dalam artian subjek sasaran bersedia membantu, maka anda harus segera bersyukur kepada Tuhan karena atas izinnya anda mendapat bantuan. 

Hargai orang yang membantu anda dan buatlah proses penerimaan bantuan menjadi simpel dan tidak ribet. Misalnya, kalau berupa tenaga, sediakan fasilitas jemput dan antar. Kalau berupa uang, sediakan fasilitas penjemputan atau transfer bank. Kalau berupa nasehat, pastikan anda datang lebih awal 30 menit dari waktu yang telah dijanjikan. Jika, jawaban yang anda dapatkan tidak sesuai dengan harapan anda, dalam artian permintaan anda ditolak, anda boleh bersedih. 

Tapi jangan lama-lama. Anda harus segera menyusun strategi baru, misalnya mencari subjek sasaran potensial lain, memperbaiki pendekatan anda dan mungkin menawarkan barter. Anda boleh juga mundur dan mempersiapkan diri untuk menghadapi akibat dari masalah anda. Apapun itu, andalah satu-satunya orang yang bertanggungjawab terhadap hidup anda, jangan pernah menyalahkan orang lain. Anda boleh dalam keadaan hina dan menyedihkan tapi tetap lah berpegang teguh pada prinsip dan keyakinan diri anda, tetaplah hidup dengan jujur dan penuh integritas. Ingatlah, bahwa kesulitan selalu datang dengan kemudahan.

Terakhir, ada beberapa konsekuensi yang harus diantisipasi dari aktifitas meminta bantuan ini. Saya baru menyadarinya setelah mengalaminya. Pertama, kemungkinan besar sikap orang yang  dimintakan tolong akan berubah. Bisa jadi mereka menjauh, memutuskan kontak atau bahkan memutuskan hubungan apapun yang pernah terjalin. Jadi pastikan anda siap untuk kehilangan sahabat, dipinggirkan keluarga ataupun dikeluarkan dari lingkungan pertemanan kantor. 

Tapi siapalah kita, kita tidak berhak untuk mengatur respon orang lain terhadap diri kita, yang bisa kita atur adalah pikiran dan diri kita sendiri. Jangan marah atau kecewa, tiap-tiap orang memiliki pertimbangan sendiri atas sikap mereka. Fahamilah, mungkin mereka juga kecewa karena tidak mampu menolong atau mungkin hanya sekedar jijik mengenal orang lemah seperti kita. Dan itu bukanlah teritori kita. Kedua, ada hutang budi yang mungkin tidak akan pernah terbalas jika kita mendapat bantuan dari orang lain. 

Perasaan hutang budi ini seringkali akan membuat kita sungkan dan tidak enak hati pada orang yang membantu. Agar tidak terlalu membebani, anda bisa menyiasatinya dengan perjanjian tertulis yang lebih terbuka agar semua pihak merasa aman dan tidak dirugikan. Ketiga, akan muncul perasaan rendah diri jika kita gagal mendapatkan bantuan. 

Ini normal sebagai manusia, tapi yang penting jangan berlarut-larut, segeralah tegak berdiri dan lakukan semua usaha yang halal dan baik. Serta jangan putus asa untuk berdoa dan meminta kepada Tuhan agar kesulitan anda segera dimudahkan. Pada akhirnya, hanya ini tempat bersandar paling nyaman. Ingatlah, Tuhan hanya akan memberi ujian yang pasti mampu kita pikul dan kita tahan, tidak akan pernah melebihi kemampuan kita. Jadi optimislah, jika jalan ini belum berhasil anda bisa mencoba jalan lainnya. Salam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun