Terimakasih Tuhan karena telah mempertemukan saya dengan laki-laki yang kini masih menjadi kekasih saya. Saya sangat bersyukur memiliki kekasih seperti dirinya. Dia mau menerima saya apa adanya. Menerima keras kepalanya saya, sifat manjanya saya, dan sikap yang mudah berubah. Meski beberapa kali saya mengatakan untuknya menjaga dan mengontrol emosi, pada kenyataannya terkadang saya sendiri yang malah terpancing tunduk pada emosi.
Maafkan saya yang masih belum dewasa sayang. Maafkan saya juga masih selalu merepotkan dirimu dalam setiap hal yang saya kerjakan. Jujur, saya masih labil bila tak ada kamu sayang. Mengambil keputusan sesuka hati tanpa berfikir dan merencanakan secara matang dahulu. Saya hanya bisa berharap agar kamu tak pernah bosan untuk mengingatkan saya, meski kejadiannya terus berulang.
Kamu benar sayang. Hidup ini harus terus dijalani. Bagaimana dan apa yang kita rasakan tentu itu adalah bumbu-bumbu dalam memaknai sebuah kehidupan. Jika kita masih merasakan sedih, bahagia, kecewa, takut, dan sebagainya artinya kita masih diberikan hidup. Kata-kata itu kini menjadi dasar saya dalam menerima setiap hal yang terjadi baik yang telah saya rencanakan maupun tidak.
Sayang maaf jika pagi tadi saya sengaja membatalkan rencana kita untuk pergi berlibur bersama teman-teman. Ada beberapa pertimbangan yang menjadi keputusan saya ini. Pertama, teman-teman yang akan kita ajak tak ada kabar, bahkan setelah saya memancing percakapan dalam group whatsapp. Kedua, karena saya ingin kamu ada dirumah. Bisa bermain dan bercengkerama bersama keluarga. Ada waktu libur saya ingin kamu memanfaatkannya untuk menghabiskan waktu bersama keluargamu.Â
Ketiga, saya ingin kamu rehat sejenak dari segala aktivitas yang selama ini telah menguras fisik dan fikiranmu. Saya hanya ingin kamu tetap menyadari bahwa segalanya perlu jeda sayang. Bahkan jika hari itu nantinya juga menjadi jeda untuk hubungan kita, maka saya izinkan hal itu. Namun semua saya kembalikan lagi kepadamu sayang. Apapun keputusanmu pasti akan saya dukung jika untuk kebahagiaan dirimu.Â
Terimakasih ya karena hingga detik ini kamu masih mencintai saya dengan cara yang kamu mampu. Terimakasih karena telah bersedia membersamai perjalanan hidup saya di tiga tahun terakhir ini. Saya berharap kamu akan senantiasa membersamai saya hingga pada saatnya nanti kita dipersatukan jika memang itu kehendak Tuhan. Aamiin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H