Mohon tunggu...
Inayatun Najikah
Inayatun Najikah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Lepas, Pecinta Buku

Belajar menulis dan Membaca berbagai hal

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Posesif

6 September 2023   11:58 Diperbarui: 6 September 2023   12:01 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tahu tiga hari ini sikap saya terlalu berlebihan terhadapmu. Saya terlalu mengkhawatirkan kondisi kesehatanmu meski beberapa kali kau meyakinkan Saya bahwa masih baik-baik saja. Inginnya saya juga begitu, namun bertolak belakang dengan apa yang saya rasakan. Apalagi terlihat sangat jelas dari wajahmu yang tak secerah hari biasanya, dan suhu tubuh yang hangat. Maafkanlah saya jika perhatian ini justru malah membuatmu tak nyaman.

Sabtu lalu kau datang dengan wajah yang lesu dan batuk tanpa henti. Pagi itu saya mencoba turut membantu dengan membuatkan wedang jahe untuk menghangatkan tubuhmu. Awalnya saya kira kau akan berangsur membaik. Tapi saya salah. Karena keegoisan saya yang ingin membuktikan bahwa dirimu masih peduli, sore hari itu juga kondisi fisikmu makin lemah. Bahkan batuk yang kau derita makin parah.

Saya ingin katakan sekali lagi mengapa saya selalu mendiamkanmu saat telah terjadi sesuatu. Meski sebenarnya sebelum kita berpisah untuk kembali pulang ke rumah masing-masing, saya sudah jabarkan saat itu juga. Saya pernah mengatakan kepadamu bahwa saya tak suka jika ada kebohongan. Lebih baik saya mendengarkan kejujuran meski itu menyakitkan. Dan kau entah karena banyak pikiran atau apa, seolah kau melupakan segalanya.

Ketika saya tiba-tiba berubah menjadi diam, dulu kau langsung memeluk saya dan bertanya ada apa. Ketika perselisihan dan kesalahpahaman sehari itu tak kunjung membaik, kau biasanya memberi saya sebuah hadiah (bunga) untuk meluluhkan hati saya. Jujur saya merindukan dirimu yang itu. Bahkan saya selalu meminta kepadamu untuk menceritakan segala apa yang kau rasakan. Kau dulu bisa melakukannya, tapi entah mengapa akhir-akhir ini semua terasa angin lalu bagimu.

Itulah yang membuat saya dengan tiba-tiba mendiamkan dirimu. Saya hanya ingin membuktikan bahwa kau yang semula telah mampu merubah kebiasaan baik dari berbagi cerita atau melakukan sesuatu seperti yang pernah saya sampaikan tersebut, tak kembali ke asal lagi. Tetapi pada kenyataannya saya salah besar. Perasaan saya hancur. Dan entah sudah berapa banyak air mata ini menetes hanya untuk memastikan hal itu.

Tetapi berkat peristiwa sabtu itu dimana kau yang biasanya malam bahkan pagi hari selalu menghubungi saya, tiba-tiba menghilang. Dalam kesendirian dan ketermenungan itulah saya menjadi sadar. Bahwa saya tak bisa memaksa atau merubah dirimu seperti apa yang saya inginkan. Kebahagiaan yang awalnya saya kira akan terus tumbuh, dalam sekejap mampu berubah menjadi sesuatu hal yang sangat menyakitkan.

Saya begitu takut dan khawatir sesuatu terjadi padamu. Hingga sebab kejadian itu kini membuat saya trauma. Ingin selalu memastikan bahwa kau tetap baik-baik saja. Namun tak hanya trauma saja, saya juga mendapatkan pelajaran berharga. Mencintai seseorang bukan berarti kita harus mendiktenya agar sesuai kemauan kita. Tetapi cinta yang sebenarnya adalah melepaskan. Bukan menggenggam erat untuk menahan. Maka jika kau ingin pergi sebab keegoisan saya dan sebagainya tersebut, silahkan sayang. Karena bagi saya yang terpenting adalah kebahagiaanmu.

Saya menyadari satu hal yang lain. Kebahagiaan yang kita impikan dari pasangan nyatanya itu merupakan sesuatu yang keliru. Kebahagiaan sumbernya dari diri sendiri. Mau bagaimana pun tingkah polah pasangan kita, jika kita mampu mengontrol diri dan memandangnya dari sudut kebahagiaan, maka kita akan bahagia. Sebaliknya jika kita memandang hal itu dadi sisi yang lain, menganggap pasangan kita telah berubah atau tak memperdulikan kita lagi, maka rasa sakit lah yang akan kita rasakan.

Sayang, maafkanlah jika keposesifan saya tiga hari ini membuat kau tak nyaman dan sebagainya. Maafkanlah keegoisan saya beberapa waktu belakangan ini. Saya mencoba lari dan menghindar darimu juga bukan tanpa alasan. Saya hanya ingin kau bahagia di jalur yang benar. Tetapi maaf jika langkah yang saya ambil terlalu tergesa-gesa. Maafkanlah saya dengan segala kesalahan ini.

Kini saya mengerti kesalingan dalam menjalin hubungan bukan hanya saling berbagi cerita dan hal apa saja. Melainkan saling mengutamakan kebahagiaan pasangannya. Jika boleh, izinkanlah saya memperbaiki semuanya sayang. Memperbaiki hubungan kita yang sudah tak sehat ini. Jika boleh saya meminta, bimbinglah saya dengan cinta yang kau punya hingga kebahagiaan lah yang akan selalu saya kenang. Saya sangat mencintaimu kekasihku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun