Baru sekarang saya sempat menonton Ip Man 4: The Finale (8/1) di Ambarukmo, Yogyakarta. Entah kenapa, saya agak malas keluar dari 'zona nyaman' seminggu menjelang tahun baru dan seminggu setelah tahun baru. Padahal, sebelumnya saya sudah sangat berhasrat sekali untuk menonton Ip Man 4: The Finale tanggal 20 Desember 2019 kemarin, sebagaimana jadwal tayang perdananya. Ternyata, filmnya baru dapat tayang secara normal pada awal tahun, walaupun sebelumnya sudah 2 kali midnight show sebelum berganti tahun.
Saya mengikuti film Ip Man sejak awal. Dan memang, film Ip Man 4: The Finale menjadi paling menarik, terlepas dari kata 'finale'-nya atau tidak. Namun ada beberapa hal yang perlu saya utarakan dalam tulisan ini setelah menonton film Ip Man 4: The Finale ini.
Hal pertama yang paling saya soroti adalah ketika Wan Zong-Hua (Wu Yue) berkata kepada anaknya Yonah Wan (Vanda Margraf) untuk tidak menunduk kepada ayah Becky. Yonah berharap dengan sangat untuk memaafkan ayahnya dan tidak menerima tantangan untuk fight. Pada saat itu, Barton Geddes (Scott Adkins) menantang Wan Zong-Hua untuk berduel dengannya.
Inilah yang menjadi identitas dari film Ip Man sejak awal, tak akan pernah tunduk di hadapan lawan meski nyawa taruhannya. Menurut saya secara pribadi, nilai inilah yang menjadi modal besar bagi etnis Cina di belahan dunia manapun.
Secara tidak langsung, modal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan negara Cina di era saat ini. Padahal dalam sejarah, pada awal abad ke-19 Cina tidak termasuk tandingan bagi negara-negara besar di dunia. Namun, pada saat ini Cina berhasil berada di urutan pertama dengan ekonomi terbesar mengalahkan  negara superpower, yaitu Amerika. Bahkan, dalam beberapa waktu terakhir Cina sudah mempu memboikot produk Amerika. Lihat beritanya di sini dan di sini.
Hal kedua yang saya soroti adalah semangat multikulturalisme yang diusung oleh film Ip Man 4: The Finale ini. Komunitas Cina di Amerika tidak akan pernah merendahkan kebudayaan (seni bela diri) dari masyarakat atau komunitas tertentu. Namun, setiap kali ada tantangan dengan tujuan meremehkan kebudayaannya, mereka terima tantangan tersebut tanpa berpikir panjang menang atau kalah.
Inilah yang dilawan oleh aktor protagonis dalam film Ip Man 4: The Finale ini. Kegiatan yang dilakukan oleh Bruce Lee dengan merekrut etnis bangsa lain untuk menjadi muridnya sangat didukung oleh Ip Man, walaupun pada awalnya ditentang oleh CBA yang diketuai oleh Wan Zong-Hua.
Pada waktu itu, orang Amerika masih memandang etnis dari Asia adalah pendatang sebagaimana yang diperankan oleh Becky, teman dari Yonah di sekolah. Yonah mengkritik pernyataan Becky, karena semua etnis adalah pendatang, kecuali suku Indian.
Setiap etnis yang datang ke Amerika, mereka berkontribusi dalam membangun Amerika, termasuk Cina. Dalam film Bulan Terbelah di Langit Amerika 2, pelaut Cina sudah terlebih dahulu sampai dibandingkan dengan Christopher Columbus. Artinya, film ini menjadi kritik bagi masyarakat Amerika agar menyadari akan multikulturalisme-nya, tidak ada istilah asli Amerika atau bukan.
Pemikiran dari Ip Man dan Bruce Lee ini membuahkan hasil. Antara suatu etnis dan komunitas mempelajari kebudayaan masing-masing, agar saling menghargai. Sekarang, Wing Chun serta Kung Fu sudah dikenal luas di seluruh belahan dunia, termasuk di kota yang saya tempati saat ini. Pertanyaannya, sudut bumi mana yang tidak ada etnis Cina-nya?
Kita harus mengakui, untuk saat ini negara Amerika dan Cina adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar. Indonesia saja memiliki hutang ke Amerika dan Cina sebesar US$ 22,54 miliar dan US$ 16,99 miliar. Kedua negara ini berada pada urutan ke-3 dan 4 sebagai pemberi utang terbesar ke Indonesia, setelah Singapura dan Jepang. Artinya, Indonesia tidak bisa lepas begitu saja dari kedua negara ini.